Rasulullah sering menghadapi berbagai hambatan ketika berdakwah menyebarkan Islam. Hambatan itu berasal dari penduduk suku Quraisy baik dalam skala kecil maupun besar. 

Bahkan, Rasulullah terpaksa harus berhijrah meninggalkan Mekkah. Ini dilakukan semata untuk menyelamatkan para pemeluk Islam dari tekanan bangsa Quraisy.

Suatu ketika, bangsa Quraisy secara terbuka mengajak berperang umat Islam. Padahal, waktu itu jumlah umat Islam tidak sebanding dengan bangsa Quraisy, dan Rasulullah pun belum pernah terlibat dalam peperangan.

Hal itu kemudian membuat Rasulullah membuat musyawarah untuk memutuskan apakah umat Islam harus berperang atau tidak. Rasulullah kemudian mengumpulkan para pemimpin Islam dan membuka musyawarah. 

"Sesungguhnya, kaum Quraisy telah keluar dari Mekkah dengan bersusah payah dan dengan secepat-cepatnya, maka dari itu, manakah yang lebih kalian sukai, kafilah dagang Quraisy atau tentara Quraisy?" tanya Rasulullah kepada para pemimpin.

Sebagian dari mereka menjawab, "Ya, kafilah dagang Quraisy lebih kami sukai daripada bertempur dengan musuh."

Ada juga sebagian yang lain mengatakan, "Ya Rasulullah, lebih baik Anda (mengejar) kafilah dagang Quraisy saja dan tinggalkanlah musuh."

Mendengar jawaban itu, raut wajah Rasulullah tampak muram. Dia bersedih, kekhawatirannya jika umat Islam tak mau berperang terbukti.

Namun demikian, saat itu, Abu Bakar kemudian memberi dukungan. "Ya Rasulullah, lebih baik bagi kita bertempur dengan musuh," kata Abu Bakar.

Sahabat Umar bin Khattab pun sepakat jika umat Islam harus bertempur. Demikian juga Migdad bin Al Aswad dan beberapa sahabat lainnya.

Bahkan, Migdad berkata, "Ya Rasulullah, teruskanlah pada apa yang telah Allah perintahkan kepada Anda. Kami akan bersama Anda. Demi Allah, kami tidak akan berkata kepada Anda seperti perkataan Bani Israel kepada Nabi Musa, 'Pergilah engkau bersama Tuhanmu dan berperanglah. Kami tetap duduk di sini saja.' Akan tetapi, kami akan berkata kepada Anda, 'Pergilah engkau bersama Tuhanmu dan berperanglah. Kami ikut berperang bersama engkau. Demi Allah, jika Anda berjalan bersama kami sampai ke desa Barkul Ghamad, niscaya kami berjuang bersama Anda. Kami akan berperang dari sebelah kanan Anda, di hadapan Anda, dan di belakang Anda."

Rasulullah kemudian menoleh ke arah Saad Muadz, yang merupakan pimpinan dari golongan Anshar. Melihat Rasulullah menoleh ke arahnya, Saad berdiri dan berkata, "Barangkali Anda berkehendak kepada kami golongan Anshar, ya Rasulullah?"

"Ya, tentu," jawab Rasulullah.

Saad lalu menyatakan kesediaan untuk berperang bersama Rasulullah. Sesaat kemudian, para pimpinan golongan Muhajirin dan Anshar sama-sama mengatakan, "Ya Rasulullah, kami tidak akan berkata kepada engkau seperti perkataan Bani Israel, tetapi kami akan berkata, 'Pergilah engkau bersama Tuhanmu dan berperanglah, Sesungguhnya kami bersama dan selalu mengikuti engkau."

Musyawarah kemudian ditutup dengan hasil bulat. Umat Islam harus berperang melawan tekanan bangsa Quraisy dalam perang Badar.

(Disarikan dari buku 'Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad' Moenawar Chalil)

Kisah Rasulullah bermusyawarah sebelum perang Badar


Rasulullah sering menghadapi berbagai hambatan ketika berdakwah menyebarkan Islam. Hambatan itu berasal dari penduduk suku Quraisy baik dalam skala kecil maupun besar. 

Bahkan, Rasulullah terpaksa harus berhijrah meninggalkan Mekkah. Ini dilakukan semata untuk menyelamatkan para pemeluk Islam dari tekanan bangsa Quraisy.

Suatu ketika, bangsa Quraisy secara terbuka mengajak berperang umat Islam. Padahal, waktu itu jumlah umat Islam tidak sebanding dengan bangsa Quraisy, dan Rasulullah pun belum pernah terlibat dalam peperangan.

Hal itu kemudian membuat Rasulullah membuat musyawarah untuk memutuskan apakah umat Islam harus berperang atau tidak. Rasulullah kemudian mengumpulkan para pemimpin Islam dan membuka musyawarah. 

"Sesungguhnya, kaum Quraisy telah keluar dari Mekkah dengan bersusah payah dan dengan secepat-cepatnya, maka dari itu, manakah yang lebih kalian sukai, kafilah dagang Quraisy atau tentara Quraisy?" tanya Rasulullah kepada para pemimpin.

Sebagian dari mereka menjawab, "Ya, kafilah dagang Quraisy lebih kami sukai daripada bertempur dengan musuh."

Ada juga sebagian yang lain mengatakan, "Ya Rasulullah, lebih baik Anda (mengejar) kafilah dagang Quraisy saja dan tinggalkanlah musuh."

Mendengar jawaban itu, raut wajah Rasulullah tampak muram. Dia bersedih, kekhawatirannya jika umat Islam tak mau berperang terbukti.

Namun demikian, saat itu, Abu Bakar kemudian memberi dukungan. "Ya Rasulullah, lebih baik bagi kita bertempur dengan musuh," kata Abu Bakar.

Sahabat Umar bin Khattab pun sepakat jika umat Islam harus bertempur. Demikian juga Migdad bin Al Aswad dan beberapa sahabat lainnya.

Bahkan, Migdad berkata, "Ya Rasulullah, teruskanlah pada apa yang telah Allah perintahkan kepada Anda. Kami akan bersama Anda. Demi Allah, kami tidak akan berkata kepada Anda seperti perkataan Bani Israel kepada Nabi Musa, 'Pergilah engkau bersama Tuhanmu dan berperanglah. Kami tetap duduk di sini saja.' Akan tetapi, kami akan berkata kepada Anda, 'Pergilah engkau bersama Tuhanmu dan berperanglah. Kami ikut berperang bersama engkau. Demi Allah, jika Anda berjalan bersama kami sampai ke desa Barkul Ghamad, niscaya kami berjuang bersama Anda. Kami akan berperang dari sebelah kanan Anda, di hadapan Anda, dan di belakang Anda."

Rasulullah kemudian menoleh ke arah Saad Muadz, yang merupakan pimpinan dari golongan Anshar. Melihat Rasulullah menoleh ke arahnya, Saad berdiri dan berkata, "Barangkali Anda berkehendak kepada kami golongan Anshar, ya Rasulullah?"

"Ya, tentu," jawab Rasulullah.

Saad lalu menyatakan kesediaan untuk berperang bersama Rasulullah. Sesaat kemudian, para pimpinan golongan Muhajirin dan Anshar sama-sama mengatakan, "Ya Rasulullah, kami tidak akan berkata kepada engkau seperti perkataan Bani Israel, tetapi kami akan berkata, 'Pergilah engkau bersama Tuhanmu dan berperanglah, Sesungguhnya kami bersama dan selalu mengikuti engkau."

Musyawarah kemudian ditutup dengan hasil bulat. Umat Islam harus berperang melawan tekanan bangsa Quraisy dalam perang Badar.

(Disarikan dari buku 'Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad' Moenawar Chalil)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar