Agar Shalat Kita Khusyuk |
Shalat berkenaan dengan masalah rohaniah. Shalat harus datang dari hati dan pikiran kita. Seorang muslim yang sukses seperti yang difirmankan Allah:
“Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam sembahyangnya." (Q.S. Al-Mu’miinun:1-2)
Mereka menunaikan shalat dengan benar dan khusyu’. Untuk mencapai khusyu’, kita harus tahu di hadapan siapa kita berdiri dan kata-kata apa yang kita ucapkan. Semua perasaan ini harus datang dari hati kita. Semakin banyak rasa ini tertanam dalam hati kita, maka akan semakin baik shalat kit. Sebaliknya, semakin lemah rasa dan pikiran ini, maka akan semakin lemah shalat kita.
Kebanyakan dari kita mengkhayal ketika shalat. Seharusnya pemikiran kita tidak boleh bercabang ketika shalat. Kenapa? Karena keinginan kita untuk shalat menjadi hilang, konsentrasi juga hilang, dan kita tidak memahami apa yang kita baca.
Cara memperkuat kekhusyukan adalah dengan memahami siapa Allah S.W.T. Kita harus sadar di hadapan siapa kita menghadap?
Allah S.W.T. tidak membutuhkan kita. Allah S.W.T. Maha Besar. Dia tidak perlu ibadah kita, Dia tidak perlu khusyuk kita, Allah tidak menunggu amal dari kita. Kerajaan dan kekuasaan Allah tidak bertambah karena dzikir, tasbih, rukuk, dan sujud kita. Kitalah yang butuh Allah. Kita seharusnya merasa terhormat.
Pada saat kita mengucapkan takbir, seharusnya kita merasa terhormat karena Allah S.W.T. telah memberikan kita kesempatan untuk berbicara kepada-Nya. Inilah mengapa para ulama mengatakan “Siapapun yang mau berbicara dengan Allah, maka dia harus shalat.” Ketika kalian shalat, maka tidak ada pembatas antara kalian dengan Allah.
Rasulullah S.A.W. bersabda dalam sebuah hadist sahih
“Tidak ada tempat untuk keempat jari di seluruh jagat raya ini, melainkan ada seorang malaikat yang sedang bersujud di hadapan Allah S.W.T.”
Di setiap empat jari, bermilyar-milyar malaikat terus-menerus memuji Allah S.W.T.
Allah S.W.T. berfirman bahwa ketujuh langit beserta isinya memuji Allah, baik itu butiran tanah, pepohonan, dan lain-lain. Tapi kita tidak mengerti, kita tidak bisa memahami dan mendengar pujian mereka.
Allah tidak membutuhkan kita, karena kebanyakan dari kita merasa berkewajiban untuk mengerjakan shalat. Kebanyakan dari kita shalat untuk memenuhi kewajiban kita.
Jika kalian berdiri di hadapan Allah dengan keinginan seperti ini, apakah kalian tidak sadar bahwa Allah S.W.T. mengetahui dengan jelas apa keadaan hati kalian pada saat itu? Rasa yang membuat kita merasa terbebani dengan kewajiban shalat bukanlah rasa yang benar. Kalian seharusnya merasa terhormat.
Demi Allah, ketika kita berdiri di hadapan orang yang kita takuti, misalnya hakim di pengadilan, seorang presiden, atau seorang perdana menteri. Ketika kita berhadapan dengan mereka, yang terjadi adalah, hati kalian mulai berdebar-debar.
Ketika kalian berdiri di hadapan hakim dan dia akan memutuskan perkaranya, maka hati kalian mulai berdebar-debar. Kenapa? Karena kita sadar tentang siapa orang ini. “Aku tahu siapa dia, aku tahu apa wewenangnya, dia dapat menghancurkan hidupku.” Dan karena kita mengetahuinya, maka perasaan/emosi kita mulai meningkat.
Tapi masalahnya ketika kita berhubungan dengan Allah, maka perasaan ini tidak timbul. Kita berdiri di hadapan Allah, tapi malah berkhayal. Kita tahu bahwa Allah mengetahui apa yang ada di dalam hati kita. Tapi hal itu tidak menggerakkan apapun di dalam diri kita.
Ketika kita bermuram durja, ketika cobaan menerpa, maka shalat kita baru menjadi khusyuk. Selain daripada itu, shalat kita melenceng jauh dari yang seharusnya. Kenapa? Karena kita tidak sadar sedang berdiri di hadapan siapa.
Pemahaman bahwa Allah S.W.T. telah memberikan kalian kesempatan untuk berbicara dengan-Nya. Demi Allah saudara/saudariku, kita melihat umat muslim di dunia ini, ketika mereka bertemu dengan seorang aktor/aktris, maka mereka sangat bahagia karena bisa mendapatkan tanda tangannya. Mereka sangat terharu.
Subhanallah, memangnya siapa orang ini? Bayangkan jika kalian bisa bertemu dengan Muhammad S.A.W., bagaimana perasaan kalian? Bayangkanlah Rasulullah S.A.W. bersabda “Aku akan memberikanmu 5 menit waktuku, datanglah temui diriku.” Apa yang akan kalian pikirkan? Akankah kalian mengkhayal? Akankah kalian duduk bersama Rasulullah tapi pikiran kalian memikirkan istri kalian? Akankah kalian duduk bersama Rasulullah S.A.W. tapi pikiran kalian tertuju kepada pekerjaan? Jelas tidak mungkin. Kenapa? Karena Nabi Allah ada disini. Kalian akan terbawa suasana, kalian akan fokus dalam situasi itu.
Tapi Subhanallah, kita berdiri di hadapan Allah 5 kali dalam sehari, tapi malah mengkhayal. Kenapa? Karena kita tidak sadar tentang siapa Allah sebenarnya.
Dan betapa sabarnya Allah. Betapa Pengampunnya Allah S.W.T. Bayangkanlah, Allah S.W.T. mengetahui apa yang ada di hati kalian, tapi Dia memberi kalian segalanya. Dia memberikan kalian istri yang membuat kalian jadi sibuk, Dia memberikan kalian suami yang membuat kalian sibuk, Dia memberikan kalian pekerjaan yang membuatmu memikirkannya, Dia memberikan segala yang kalian pikirkan, yang menjauhkan kalian dari-Nya. Dia mengetahui itu, tapi Dia tetap sabar dengan kalian.
Sekarang, bayangkan seorang perdana menteri mengizinkan seorang rakyat jelata untuk menemuinya selama 5 menit. Tapi ketika rakyat jelata itu datang, dia masuk ke ruang kantornya, tapi dia malah bermain-main dengan barang-barang di kantornya dan melupakan sang perdana menteri. Apa yang akan terjadi setelahnya? Dia akan di blacklist. Dia tidak akan mendapatkan kesempatan untuk bertemu dengan sang perdana menteri lagi, karena dia telah diberi kesempatan, tapi tidak mau mengutarakan permasalahannya. Dia malah sibuk dengan hal lainnya.
Begitu juga, bayangkanlah Allah S.W.T. Sang Raja dari segala raja. 5 kali dalam sehari menyediakan kalian kesempatan untuk berbicara dengan-Nya, untuk mengutarakan masalah kalian dengan-Nya, untuk memohon kepada-Nya, tapi kalian malah mengkhayal. Tapi Allah S.W.T. masih mempersilahkan kalian. Allah tidak mem-blacklist kalian. Allah Maha Sabar, Allah tetap menunggu kalian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar