Di Kala Rasulullah Menangis
Banyak sekali kita jumpai di antara kita orang-orang yang menangis, baik laki-laki maupun perempuan. Menangis adalah sesuatu yang alami dan menjadi bagian dari diri manusia. Namun yang perlu diperhatikan adalah bagaimana seharusnya menangis dan untuk apa kita menangis. Menangis tidak sekadar mengeluarkan air mata, melainkan tujuannya harus jelas. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa di zaman sekarang, seringkali orang-orang mengeluarkan air mata untuk tujuan yang tidak tepat. Misalnya kita lihat di televisi dimana anak-anak muda menangis hanya karena mereka tidak bisa berjumpa dengan para selebriti pujaan mereka, atau mereka menangis karena tidak bisa mendapatkan tanda tangan idola mereka. Atau ada juga orang yang menangis ketika tim olahraga kesayangannya kalah dalam sebuah partai final perebutan juara. Hal-hal seperti ini sebenarnya tidak perlu untuk ditangisi.

Lalu bagaimana dengan Nabi Muhammad sendiri? Ternyata Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wassalam pun seringkali menangis. Padahal kalau beliau mau, dunia ini ada di genggamannya. Sedangkan di surga, beliau berada di tingkat yang paling tinggi. Jadi untuk apa beliau menangis? Tangisan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam adalah tangisan seorang hamba yang tunduk dan bersyukur kepada Allah subhanahuu wa ta’ala. Beliau menangis ketika berdo’a, shalat, atau pada saat membaca Al-Qur’an. Getaran hati karena khusyuk dan rindu kepada Allah mampu membuat air matanya mengalir. Ayat-ayat Al-Qur’an membuat hati beliau bergetar. Hal ini dikarenakan hati beliau telah menyatu dengan ma’rifatullah (sangat dekat kepada Allah karena merasa diawasi).

Diriwayatkan dari Muthrif bin Abdullah bahwa bapaknya berkata,

“Aku pernah mendatangi Rasulullah, waktu itu aku dapati beliau sedang shalat. Dan aku mendengar tangisannya seperti orang merintih.” (H.R. Abu Daud)

Abdullah ibn Mas’ud berkata, “Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam berkata kepadaku, ‘Bacakanlah kepadaku Al-Qur’an.’ Aku pun menjawab, ‘Ya Rasulullah, aku membacakan Al-Qur’an kepadamu, sedangkan ia diturunkan kepadamu?’ Rasulullah kemudian berkata, ‘Aku ingin mendengarnya dari orang lain.’ Maka kubaca surat an-Nisa’. Ketika bacaanku sampai pada ayat, “Dan Kami datang kepadamu sebagai saksi atas mereka (Qs. An-Nisa’: 41), aku melihat air mata Rasulullah berjatuhan dalam isak tangis.” (H.R. Bukhari)

Karena seringnya Rasulullah menangis saat membaca Al-Qur’an, maka helai-helai jenggot beliau memutih (beruban). Ketika ditanya oleh Abu Bakar, beliau pun menjawab, “Surat Huud, al-Waqi’ah, al-Mursalaat, an-Naba’, dan at-Takwir, semuanya telah membuatku ubanan.” (H.R. Tirmidzi)

Demikianlah tangisan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam. Sebuah tangisan yang mulia karena tangisan tersebut dikarenakan hatinya selalu mengingat kebesaran dan keagungan Allah. Tangisnya tentu bernilai sangat mahal di sisi Allah subhanahu wa ta’ala. Semoga kita juga bisa mencontoh pribadi Rasulullah, dimana hati kita bisa luluh dan bergetar ketika mendengar ayat-ayat Al-Qur’an dibacakan.

Di Kala Rasulullah Menangis

Di Kala Rasulullah Menangis
Banyak sekali kita jumpai di antara kita orang-orang yang menangis, baik laki-laki maupun perempuan. Menangis adalah sesuatu yang alami dan menjadi bagian dari diri manusia. Namun yang perlu diperhatikan adalah bagaimana seharusnya menangis dan untuk apa kita menangis. Menangis tidak sekadar mengeluarkan air mata, melainkan tujuannya harus jelas. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa di zaman sekarang, seringkali orang-orang mengeluarkan air mata untuk tujuan yang tidak tepat. Misalnya kita lihat di televisi dimana anak-anak muda menangis hanya karena mereka tidak bisa berjumpa dengan para selebriti pujaan mereka, atau mereka menangis karena tidak bisa mendapatkan tanda tangan idola mereka. Atau ada juga orang yang menangis ketika tim olahraga kesayangannya kalah dalam sebuah partai final perebutan juara. Hal-hal seperti ini sebenarnya tidak perlu untuk ditangisi.

Lalu bagaimana dengan Nabi Muhammad sendiri? Ternyata Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wassalam pun seringkali menangis. Padahal kalau beliau mau, dunia ini ada di genggamannya. Sedangkan di surga, beliau berada di tingkat yang paling tinggi. Jadi untuk apa beliau menangis? Tangisan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam adalah tangisan seorang hamba yang tunduk dan bersyukur kepada Allah subhanahuu wa ta’ala. Beliau menangis ketika berdo’a, shalat, atau pada saat membaca Al-Qur’an. Getaran hati karena khusyuk dan rindu kepada Allah mampu membuat air matanya mengalir. Ayat-ayat Al-Qur’an membuat hati beliau bergetar. Hal ini dikarenakan hati beliau telah menyatu dengan ma’rifatullah (sangat dekat kepada Allah karena merasa diawasi).

Diriwayatkan dari Muthrif bin Abdullah bahwa bapaknya berkata,

“Aku pernah mendatangi Rasulullah, waktu itu aku dapati beliau sedang shalat. Dan aku mendengar tangisannya seperti orang merintih.” (H.R. Abu Daud)

Abdullah ibn Mas’ud berkata, “Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam berkata kepadaku, ‘Bacakanlah kepadaku Al-Qur’an.’ Aku pun menjawab, ‘Ya Rasulullah, aku membacakan Al-Qur’an kepadamu, sedangkan ia diturunkan kepadamu?’ Rasulullah kemudian berkata, ‘Aku ingin mendengarnya dari orang lain.’ Maka kubaca surat an-Nisa’. Ketika bacaanku sampai pada ayat, “Dan Kami datang kepadamu sebagai saksi atas mereka (Qs. An-Nisa’: 41), aku melihat air mata Rasulullah berjatuhan dalam isak tangis.” (H.R. Bukhari)

Karena seringnya Rasulullah menangis saat membaca Al-Qur’an, maka helai-helai jenggot beliau memutih (beruban). Ketika ditanya oleh Abu Bakar, beliau pun menjawab, “Surat Huud, al-Waqi’ah, al-Mursalaat, an-Naba’, dan at-Takwir, semuanya telah membuatku ubanan.” (H.R. Tirmidzi)

Demikianlah tangisan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam. Sebuah tangisan yang mulia karena tangisan tersebut dikarenakan hatinya selalu mengingat kebesaran dan keagungan Allah. Tangisnya tentu bernilai sangat mahal di sisi Allah subhanahu wa ta’ala. Semoga kita juga bisa mencontoh pribadi Rasulullah, dimana hati kita bisa luluh dan bergetar ketika mendengar ayat-ayat Al-Qur’an dibacakan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar