Tidak ada hal yang lebih disesali selain dari pada belum sempat mengucapkan salam perpisahan dan ucapan selamat tinggal pada orang yang paling kita cintai di detik-detik terakhir kepergiannya. Sungguh sebuah keadaan yang paling mengharukan, ketika orang yang kita cintai harus pergi untuk selama-lamanya. Merelakan kepergian orang yang paling kita cintai dalam hidup ini tentu bukan hal yang mudah. Namun kematian adalah sebuah kepastian dimana setiap orang pada akhirnya akan menemui ajalnya. Siap atau tidak, kita harus bisa melepas dan merelakannya untuk pergi dengan tenang. Seperti sebuah kisah sedih yang terjadi di Shenyang, provinsi Liaoning, China ini.
Sebuah foto yang diunggah oleh seorang netizen di media sosial ini membuat pilu hati siapa saja yang melihatnya. Betapa tidak, dalam foto tersebut nampak seorang pria paruh baya yang tengah memeluk tubuh istrinya yang terkulai lemas di pinggir jalan raya dengan suhu membeku di China.
Gambar tersebut menjelaskan betapa memilukan hati seorang pria paruh baya ini harus menelan kenyataan pahit bahwa istrinya yang begitu ia cintai harus lebih dulu meninggalnya sendiri. Dengan tangis haru dan lalu lalang kendaraan serta keramaian orang yang menyaksikan, si suami terus memeluk istrinya yang sudah tak bernyawa dan kedinginan di jalan raya.
Seperti tergambar dalam foto tersebut, cinta kasih sang suami kepada istri yang begitu dikasihinya begitu dalam, meskipun lalu lalang orang banyak menawarinya bantuan, namun ia menolak dan lebih memilih memeluk sejenak tubuh sang istri untuk yang terakhir kalinya.
Belakang diketahui wanita yang tewas di tengah jalan tersebut, menghembuskan nafas terakhirnya saat hendak membeli obat. Namun karena suhu China pada saat itu yang terlalu ektrim membuat wanita ini tidak kuat berjalan menembus hawa dingin yang pada saat itu mencapai 26 derajat celisius.
Detik Terakhir Kepergian Sang Istri
Mengharukan, Suami Terus Peluk Istri yang Meninggal Dunia di Jalan Raya |
Kisah ini bermula pada hari Rabu waktu setempat pada (17/12) He sang suami harus rela kehilangan sang istri untuk selama-lamanya. Sang istri yang namanya tidak disebutkan itu, kabarnya pada saat itu sedang berada dalam perjalanan menuju sebuah toko obat. Wanita berusia 63 tahun ini belakangan diketahui memang tengah mengidap penyakit jantung dan pada saat itu ia berniat untuk membeli obat ke apotik setempat. Tanpa ditemani sang suami, dirinya memutuskan untuk pergi sendiri. Pada saat itu, ia menyadari jika udara diluar begitu dingin, namun karena kondisinya yang mendesak untuk segera mendapatkan obat, membuatnya tak lagi dapat menunggu sang suami sehingga pada akhirnya ia memutuskan untuk membelinya sendiri.
Meskipun pada saat itu pakaian yang dikenakan sang istri sudah cukup tebal dengan syal dan jaket tebal sebagai penahan udara dingin. Namun nyatanya, hal ini tidak cukup membuatnya hangat dan malah mengantarkannya pada kedinginan yang dahsyat dan berujung pada kematian. Cuaca ekstrim yang menyelimuti Tiongkok sejak awal bulan telah membuat wanita ini tak berdaya dan akhirnya membuatnya lemas dan tumbang dijalanan.
Udara Dingin yang Merenggut Istriku
Menyusuri jalan pada cuaca ekstrim pada suhu 24 derajat celcius memang membuat istri He kepayahan pada saat itu, sehingga tak ayal jika hal ini membuatnya tak kuasa menahan dingin pada malam itu dan membuatnya ambruk di satu titik jalan yang ramai. Seorang saksi mata yang melihat kejadian pada saat itu mengungkapkan bahwa perempuan paruh baya ini tiba-tiba jatuh terkulai pada saat ia hendak menyebrang dijalan dan sempat sadarkan diri. Sebelum menutup mata, si wanita tersebut sempat menyebutkan nama dan alamatnya pada seorang pejalan kaki yang melintas. Pada saat itu, si pejalan kaki langsung menghubungi polisi dan meminta bantuan.
Setibanya polisi dilokasi kejadian, istri He memang sudah tidak bernafas. Namun ketika diperiksa petugas menemukan nomor telpon di saku mantel wanita yang tinggal di kota Fushun sekitar 45 kilometer dari Shenyang. Seolah si wanita telah mengetahui waktunya tidak lama lagi, nomor telepon tersebut tak lain adalah nomor telepon milik He sang suami. Petugas pada saat itu langsung mengontak He dan memberitahukan berita mengejutkan itu padanya.
He yang pada saat itu mendapati istriya tak ada di rumah dan mendengar kabar mengejutkan dari ponselnya, langsung tergesa mengahampiri tempat kejadian yang diberikan oleh si petugas. Setibanya di lokasi dan mendapati sang istri sudah tidak bernyawa, He lantas memeluk tubuh sang istri dengan begitu erat dan terus bertanya-tanya mengapa hal ini bisa terjadi pada istrinya. Orang yang paling berharga dalam hidupnya harus pergi meninggalkannya, kini He tak lagi memiliki teman hidup yang setia menemani dirinya setiap saat. Tak akan lagi didegar suara batuk sang istri yang sudah seringkali ia dengar.
Spontan pada saat itu, He terus memeluk tubuh istrinya dan memandangi wajah sang istri sambil menangis. Raut wajahnya begitu sendu terselimuti oleh kesedihan sehingga ia tidak bisa berbuat apa-apa, sambil terus menangis dan memeluk tubuh istrinya. He juga menolak bantuan petugas dan orang-orang yang akan membawa istrinya untuk di tangani di rumahnya. Ia hanya ingin terus memeluk tubuh sang istri untuk yang terakhir kalinya hingga sang anak tiba menjemputnya.
Cuaca malam pada saat itu semakin dingin sehingga orang-orang yang lewat membantu He dengan memberinya mantel dan sarung tangan agar He tak kedinginan. Pemandangan yang mengiris hati ini berlangsung selama kurang lebih 2 jam. Saat itu, sebagaimana dikutip dari shanghaiist.com, He tetap bersikeras tak mau meninggalkan tempat tersebut kecuali dijemput putranya yang baru datang 2 jam kemudian.
Saat itu, polisi dan beberapa orang sudah mengelilingi mereka. Cerita dan kisah ini lantas menyebar dengan begitu cepat ke jejaring sosial terutama di China dengan begitu cepat. Nitizen mengungkapkan rasa hormat dan duka cita mendalam untuk istri He, sekaligus merasa tersentuh dengan kisah perpisahan yang belum sempat diucapkan selamat tinggal oleh He pada istri tercintanya.
Sungguh sebuah kisah yang benar-benr mengiris hati. Siapa yang tidak menyesal dan tersakiti hatinya, jika pada saat terkahir kalinya, kita belum sempat mengucapkan salam perpisahan pada orang yang benar-benar kita cintai.
Dengan menyimak kisah ini, semoga kita bisa mencintai dan menyayangi kelurga, orangtua serta orang-orang disekeliling kita selagi mereka masih ada. Cinta dan kasih bukan hanya indah dijalani, namun juga bisa menjadi kekuatan yang menyatukan satu dengan lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar