Kisah nyata perjuangan Adik kepada Kakaknya
Dalam sebuah keluarga, kakak beradik memegang peranan yang cukup penting dalam menjadikan sebuah keluarga bagaikan berasa di surga. Saling mengingatkan, mengarahkan, membantu, atau bahkan harus saling berbagi suka maupun duka.

Jika anda merasa telah melakukan hal tersebut, syukurlah. Berarti anda telah menjadi seseorang yang turut menjaga keutuhan dan keharmonisan keluarga anda sendiri. Namun jika sebaliknya, sering cek-cok atau tidak kompak, sebaiknya anda coba baca dan resapi kisah inspirasi yang saya ambil dari Kaskus di bawah ini.

Sebuah kisah nyata mengenai pengorbanan dan perjuangan seorang adik kepada kakaknya. Demi keberhasilan dan kebahagiaan sang kakak, adiknya rela bekerja membanting tulang.

Aku adalah Angela, dilahirkan di sebuah desa pegunungan yang sangat terpencil. Setiap harinya orang tuaku membajak tanah yang kuning dan kering dengan membungkukkan punggung mereka ke langit. Aku mempunyai seorang adik yang usianya tiga tahun lebih muda dariku. Suatu ketika, untuk membeli sebuah sapu tangan yang selalu di pakai oleh gadis-gadis seusiaku, aku selalu mencuri uang lima puluh sen dari laci Ayahku. Ayah mengetahuinya, sambil memegang sebuah tongkat bambu di tangannya lalu beliau menyuruhku dan adikku berlutut di depan tembok. Beliau bertanya, “Siapa yang mencuri uangku?!?”. Aku terpaku dan sangat takut untuk berbicara. Ayah tidak mau tahu siapapun yang mengaku diantara kami berdua dan langsung saja mengatakan, “Baiklah kalau begitu, kalian berdua layak di pukul!”. Kemudian beliau mengangkat tongkat bambu itu tinggi-tinggi. Tiba-tiba adikku mencengkram tangannya dan berkata, “Aku yang melakukannya, aku yang mencuri uang itu Ayah”. Tongkat panjang itu bertubi-tubi menghantam punggung adikku. Karena sangat marah, Ayah terus-menerus memukulinya sampai kehabisan nafas. Lalu, beliau duduk di atas ranjang batu bata dan memarahi adikku, “Kamu sudah mulai belajar mencuri sekarang, hal memalukan apa lagi yang akan kamu lakukan di masa yang akan datang?! Kamu layak di pukul sampai mati! Dasar kamu pencuri tidak tahu malu!”.

Malam itu, ibu dan aku memeluk adikku. Tubuhnya penuh dengan luka, tetapi dia tidak menitikkan air mata setetespun. Di pertengahan malam itu, aku tiba-tiba mulai menangis meraung-raung. Adikku menutup mulutku dengan tangan kecilnya dan berkata, “Kak, tolong jangan menangis lagi sekarang. Semuanya telah terjadi”. Aku masih selalu membenci diriku karena selalu tidak punya keberanian untuk maju dan mengakuinya. Bertahun-tahun berlalu, tapi kejadian tersebut kelihatan masih seperti baru kemarin. Aku takkan pernah lupa tampang adikku saat ia melindungiku. Waktu itu, adikku berusia 8 tahun, dan aku 11 tahun.

Saat adikku berada pada tahun terakhirnya di SMP, ia lulus masuk SMA di pusat kabupaten. Dan pada saat yang sama, aku diterima di sebuah Universitas di Provinsi. Malam itu, Ayah berjongkok di halaman, menghisap rokoknya sebatang demi sebatang. Aku mendengar obrolannya dengan Ibu saat itu, “Kedua anak kita menunjukkan hasil yang sangat baik”. Lalu Ibu menghela nafas dan mengusap air matanya yang mengalir, “Lalu, apa gunanya? Bagaimana kita bisa membiayai keduanya sekaligus?”. Saat itu juga, adikku berjalan ke luar ke hadapan Ayah dan berkata, “Ayah, saya tidak mau melanjutkan sekolah lagi, saya merasa telah cukup membaca buku”. Seketika itu juga Ayah mengayunkan tangannya dan memukul tepat wajahnya. “Kenapa engkau mempunya jiwa yang begitu keparat lemahnya?! Sekalipun saya harus mengemis di tengah jalan, saya akan menyekolahkan kalian berdua sampai selesai!”. Sesaat itu juga Ayah mengetuk tetangga sebelah rumah untuk meminjam uang. Aku menjulurkan tanganku selembut yang aku bisa ke muka adikku yang terlihat bengkak, dan berkata, “Seorang anak laki-laki harus meneruskan sekolahnya, karena kalau tidak ia tidak akan pernah meninggalkan jurang kemiskinan ini”. Aku, sebaliknya, telah memutuskan untuk tidak melanjutkan ke Universitas. Tidak di duga, keesokan harinya saat subuh datang, adikku meninggalkan rumah dengan beberapa helai pakaian lusuh dan sedikit kacang yang sudah mulai mengering. Dia menyelinap ke samping ranjangku dan meninggalkan secarik kertas di atas bantalku. Isinya, “Kak, masuk ke Universitas itu tidaklah mudah. Saya akan pergi mencari kerja dan mengirim uang”. Aku memegang secarik kertas itu sampai air mataku serasa tak ingin berhenti bercucuran. Tahun itu, adikku berusia 17 tahun, aku 20.

Dengan uang hasil pinjaman Ayahku ke tetangga sekitar dan uang yang dihasilkan oleh adikku dari mengangkat semen di punggungnya di lokasi konstruksi, aku akhirnya sampai ke tahun ke tiga (di Universitas). Suatu hari, aku sedang belajar di kamarku, ketika teman sekamarku masuk dan memberitahukan “Ada seorang penduduk dari dusun menunggumu di luar sana”. Aku heran kenapa ada seorang dari dusun yang mencariku? Aku segera berlari dan melihat adikku dari kejauhan, seluruh badannya kotor tertutup debu semen dan pasir. Aku menanyakannya, “Kenapa kamu tidak bilang pada teman sekamarku kamu adalah adikku?”. Dia tersenyum, dan menjawab, “Lihatlah bagaimana penampilanku. Apa kata mereka jika tahu bahwa aku adalah adikmu? Mereka akan mentertawakanmu bukan?”. Aku merasa terenyuh dan air mata mulai membasahi pipiku. Aku menyapu debu-debu dari tubuh adikku semuanya, dan tersekat-sekat aku berkata, “Aku tidak peduli dengan omongan siapapun! Kamu adalah adikku! Bagaimanapun itu penampilanmu”. Dari sakunya, ia mengeluarkan sebuah jepit rambut berbentuk kupu-kupu. Lalu ia memakaikannya untukku dan menjelaskan, “Saya melihat semua gadis kota memakainya, jadi saya pikir kamu juga harus memilikinya satu”. Aku tidak dapat menahan diri lebih lama lagi, lalu menarik tubuh adikku ke dalam pelukanku dan menangis, terus menangis. Tahun itu ia berusia 20, dan aku 23.

Saat pertama kali aku membawa pacarku ke rumah, kaca jendela yang pecah telah terganti. Dan tiba-tiba kelihatan bersih dimana-mana. Setelah pacarku pulang, aku menari seperti gadis kecil di depan Ibuku. “Ibu, Ibu tidak perlu menghabiskan begitu banyak waktu untuk membersihkan rumah kita!”. Sambil tersenyum, Ibu menjawab, “Itu adalah adikmu yang pulang lebih awal demi membersihkan rumah ini. Apakah kamu tidak melihat luka pada tangannya? Ia terluka ketika memasang kaca jendela baru itu”. Aku segera masuk ke ruangan kecil adikku. Melihat mukanya yang kurus, serasa seratus jarum menusukku. Aku mengoleskan obat dan membalut lukanya. Aku bertanya, “Apakah itu sakit?”. “Tidak, tidak sakit. Kamu tahu, ketika saya bekerja di lokasi konstruksi, batu-batu berjatuhan pada kakiku setiap waktu. Bahkan itu tidak menghentikanku untuk bekerja, dan…”. Di tengah kalimat itu aku menyuruh ia berhenti bercerita, aku membalikkan wajahku dan air mata keluar tak tertahankan. Saat itu, adikku berusia 23 tahun, dan aku 26.

Ketika aku menikah, aku tinggal di kota. Aku dan suamiku sering mengajak orang tuaku untuk datang dan tinggal bersama kami, tetapi mereka tidak pernah mau. Mereka mengatakan, saat mereka meninggalkan dusun, mereka tidak tahu harus mengerjakan apa. Adikku juga tidak setuju, dan mengatakan, “Kak, jagalah mertuamu saja. Saya akan menjaga Ayah dan Ibu disini”. Suamiku menjadi direktur di pabriknya. Kami menginginkan adikku mendapatkan pekerjaan sebagai manager di departemen pemeliharaan. Tetapi adikku menolak tawaran tersebut. Ia bersikeras memulai bekerja sebagai pekerja reparasi. Suatu hari, adikku di atas sebuah tangga untuk memperbaiki sebuah kabel. Dan mendapatkan sengatan listrik hingga masuk Rumah Sakit. Aku dan suamiku pergi menjenguknya. Melihat gips putih pada kakinya, aku menggerutu, “Mengapa kamu menolak menjadi manager? Manager tidak akan pernah melakukan sesuatu yang berbahaya seperti ini. Lihat kamu sekarang, luka yang begitu serius. Mengapa kamu tidak pernah mau mendengarkan kami?”. Dengan tampang serius pada wajahnya, ia membela diri terhadap keputusannya, “Pikirkan kakak ipar, ia baru saja mendapatkan jabatan direktur. Sementara saya, hampir tidak berpendidikan!. Jika saya menjadi manager, berita apa yang akan didapatkan setelah itu?!”. Pipi suamiku mulai dialiri air mata, dan kemudian aku mengatakan sesuatu dengan terpatah-patah, “Tapi kamu kurang berpendidikan itu karena aku!”. “Mengapa membicarakan masa lalu..”, lalu adikku menggenggam tanganku. Tahun itu, ia berusia 26, dan aku 29.

Saat adikku berusia 30, ia menikahi seorang gadis anak petani di dusun. Dalam acara pernikahannya, pembawa acara perayaan itu bertanya kepadanya. “Siapa yang paling kamu hormati dan kasihi?, tanpa berfikir, ia menjawab “Kakakku..”. Sesaat itu juga ia menceritakan kembali sebuah kejadian yang sama sekali tak teringat olehku. “Ketika saya pergi sekolah SD, ia berada pada dusun yang berbeda. Setiap hari saya dan kakakku berjalan selama dua jam untuk pergi ke sekolah dan pulang ke rumah. Suatu hari, saya kehilangan satu dari sarung tangan saya. Kakak saya memberikan satu dari kepunyaannya. Ia hanya memakai satu saja dan berjalan sejauh itu. Ketika kami tiba di rumah, tangannya begitu gemetaran karena cuaca yang sangat dingin sampai-sampai ia tidak dapat memegang sumpitnya. Sejak hari itu, saya bersumpah, selama saya masih hidup saya akan menjaga kakakku dan baik kepadanya”. Tepuk tangan membanjiri ruangan itu. Semua tamu memalingkan wajahnya kepadaku. Kata-kata begitu sulit terucap dari bibirku, “Dalam hidupku, aku sangat berterima kasih kepada adikku…”.

Semoga anda dapat mengambil hikmah dan pelajaran berharga dari kisah nyata yang inspiratif dan mengharukan di atas.

Kisah nyata perjuangan Adik kepada Kakaknya

Kisah nyata perjuangan Adik kepada Kakaknya
Dalam sebuah keluarga, kakak beradik memegang peranan yang cukup penting dalam menjadikan sebuah keluarga bagaikan berasa di surga. Saling mengingatkan, mengarahkan, membantu, atau bahkan harus saling berbagi suka maupun duka.

Jika anda merasa telah melakukan hal tersebut, syukurlah. Berarti anda telah menjadi seseorang yang turut menjaga keutuhan dan keharmonisan keluarga anda sendiri. Namun jika sebaliknya, sering cek-cok atau tidak kompak, sebaiknya anda coba baca dan resapi kisah inspirasi yang saya ambil dari Kaskus di bawah ini.

Sebuah kisah nyata mengenai pengorbanan dan perjuangan seorang adik kepada kakaknya. Demi keberhasilan dan kebahagiaan sang kakak, adiknya rela bekerja membanting tulang.

Aku adalah Angela, dilahirkan di sebuah desa pegunungan yang sangat terpencil. Setiap harinya orang tuaku membajak tanah yang kuning dan kering dengan membungkukkan punggung mereka ke langit. Aku mempunyai seorang adik yang usianya tiga tahun lebih muda dariku. Suatu ketika, untuk membeli sebuah sapu tangan yang selalu di pakai oleh gadis-gadis seusiaku, aku selalu mencuri uang lima puluh sen dari laci Ayahku. Ayah mengetahuinya, sambil memegang sebuah tongkat bambu di tangannya lalu beliau menyuruhku dan adikku berlutut di depan tembok. Beliau bertanya, “Siapa yang mencuri uangku?!?”. Aku terpaku dan sangat takut untuk berbicara. Ayah tidak mau tahu siapapun yang mengaku diantara kami berdua dan langsung saja mengatakan, “Baiklah kalau begitu, kalian berdua layak di pukul!”. Kemudian beliau mengangkat tongkat bambu itu tinggi-tinggi. Tiba-tiba adikku mencengkram tangannya dan berkata, “Aku yang melakukannya, aku yang mencuri uang itu Ayah”. Tongkat panjang itu bertubi-tubi menghantam punggung adikku. Karena sangat marah, Ayah terus-menerus memukulinya sampai kehabisan nafas. Lalu, beliau duduk di atas ranjang batu bata dan memarahi adikku, “Kamu sudah mulai belajar mencuri sekarang, hal memalukan apa lagi yang akan kamu lakukan di masa yang akan datang?! Kamu layak di pukul sampai mati! Dasar kamu pencuri tidak tahu malu!”.

Malam itu, ibu dan aku memeluk adikku. Tubuhnya penuh dengan luka, tetapi dia tidak menitikkan air mata setetespun. Di pertengahan malam itu, aku tiba-tiba mulai menangis meraung-raung. Adikku menutup mulutku dengan tangan kecilnya dan berkata, “Kak, tolong jangan menangis lagi sekarang. Semuanya telah terjadi”. Aku masih selalu membenci diriku karena selalu tidak punya keberanian untuk maju dan mengakuinya. Bertahun-tahun berlalu, tapi kejadian tersebut kelihatan masih seperti baru kemarin. Aku takkan pernah lupa tampang adikku saat ia melindungiku. Waktu itu, adikku berusia 8 tahun, dan aku 11 tahun.

Saat adikku berada pada tahun terakhirnya di SMP, ia lulus masuk SMA di pusat kabupaten. Dan pada saat yang sama, aku diterima di sebuah Universitas di Provinsi. Malam itu, Ayah berjongkok di halaman, menghisap rokoknya sebatang demi sebatang. Aku mendengar obrolannya dengan Ibu saat itu, “Kedua anak kita menunjukkan hasil yang sangat baik”. Lalu Ibu menghela nafas dan mengusap air matanya yang mengalir, “Lalu, apa gunanya? Bagaimana kita bisa membiayai keduanya sekaligus?”. Saat itu juga, adikku berjalan ke luar ke hadapan Ayah dan berkata, “Ayah, saya tidak mau melanjutkan sekolah lagi, saya merasa telah cukup membaca buku”. Seketika itu juga Ayah mengayunkan tangannya dan memukul tepat wajahnya. “Kenapa engkau mempunya jiwa yang begitu keparat lemahnya?! Sekalipun saya harus mengemis di tengah jalan, saya akan menyekolahkan kalian berdua sampai selesai!”. Sesaat itu juga Ayah mengetuk tetangga sebelah rumah untuk meminjam uang. Aku menjulurkan tanganku selembut yang aku bisa ke muka adikku yang terlihat bengkak, dan berkata, “Seorang anak laki-laki harus meneruskan sekolahnya, karena kalau tidak ia tidak akan pernah meninggalkan jurang kemiskinan ini”. Aku, sebaliknya, telah memutuskan untuk tidak melanjutkan ke Universitas. Tidak di duga, keesokan harinya saat subuh datang, adikku meninggalkan rumah dengan beberapa helai pakaian lusuh dan sedikit kacang yang sudah mulai mengering. Dia menyelinap ke samping ranjangku dan meninggalkan secarik kertas di atas bantalku. Isinya, “Kak, masuk ke Universitas itu tidaklah mudah. Saya akan pergi mencari kerja dan mengirim uang”. Aku memegang secarik kertas itu sampai air mataku serasa tak ingin berhenti bercucuran. Tahun itu, adikku berusia 17 tahun, aku 20.

Dengan uang hasil pinjaman Ayahku ke tetangga sekitar dan uang yang dihasilkan oleh adikku dari mengangkat semen di punggungnya di lokasi konstruksi, aku akhirnya sampai ke tahun ke tiga (di Universitas). Suatu hari, aku sedang belajar di kamarku, ketika teman sekamarku masuk dan memberitahukan “Ada seorang penduduk dari dusun menunggumu di luar sana”. Aku heran kenapa ada seorang dari dusun yang mencariku? Aku segera berlari dan melihat adikku dari kejauhan, seluruh badannya kotor tertutup debu semen dan pasir. Aku menanyakannya, “Kenapa kamu tidak bilang pada teman sekamarku kamu adalah adikku?”. Dia tersenyum, dan menjawab, “Lihatlah bagaimana penampilanku. Apa kata mereka jika tahu bahwa aku adalah adikmu? Mereka akan mentertawakanmu bukan?”. Aku merasa terenyuh dan air mata mulai membasahi pipiku. Aku menyapu debu-debu dari tubuh adikku semuanya, dan tersekat-sekat aku berkata, “Aku tidak peduli dengan omongan siapapun! Kamu adalah adikku! Bagaimanapun itu penampilanmu”. Dari sakunya, ia mengeluarkan sebuah jepit rambut berbentuk kupu-kupu. Lalu ia memakaikannya untukku dan menjelaskan, “Saya melihat semua gadis kota memakainya, jadi saya pikir kamu juga harus memilikinya satu”. Aku tidak dapat menahan diri lebih lama lagi, lalu menarik tubuh adikku ke dalam pelukanku dan menangis, terus menangis. Tahun itu ia berusia 20, dan aku 23.

Saat pertama kali aku membawa pacarku ke rumah, kaca jendela yang pecah telah terganti. Dan tiba-tiba kelihatan bersih dimana-mana. Setelah pacarku pulang, aku menari seperti gadis kecil di depan Ibuku. “Ibu, Ibu tidak perlu menghabiskan begitu banyak waktu untuk membersihkan rumah kita!”. Sambil tersenyum, Ibu menjawab, “Itu adalah adikmu yang pulang lebih awal demi membersihkan rumah ini. Apakah kamu tidak melihat luka pada tangannya? Ia terluka ketika memasang kaca jendela baru itu”. Aku segera masuk ke ruangan kecil adikku. Melihat mukanya yang kurus, serasa seratus jarum menusukku. Aku mengoleskan obat dan membalut lukanya. Aku bertanya, “Apakah itu sakit?”. “Tidak, tidak sakit. Kamu tahu, ketika saya bekerja di lokasi konstruksi, batu-batu berjatuhan pada kakiku setiap waktu. Bahkan itu tidak menghentikanku untuk bekerja, dan…”. Di tengah kalimat itu aku menyuruh ia berhenti bercerita, aku membalikkan wajahku dan air mata keluar tak tertahankan. Saat itu, adikku berusia 23 tahun, dan aku 26.

Ketika aku menikah, aku tinggal di kota. Aku dan suamiku sering mengajak orang tuaku untuk datang dan tinggal bersama kami, tetapi mereka tidak pernah mau. Mereka mengatakan, saat mereka meninggalkan dusun, mereka tidak tahu harus mengerjakan apa. Adikku juga tidak setuju, dan mengatakan, “Kak, jagalah mertuamu saja. Saya akan menjaga Ayah dan Ibu disini”. Suamiku menjadi direktur di pabriknya. Kami menginginkan adikku mendapatkan pekerjaan sebagai manager di departemen pemeliharaan. Tetapi adikku menolak tawaran tersebut. Ia bersikeras memulai bekerja sebagai pekerja reparasi. Suatu hari, adikku di atas sebuah tangga untuk memperbaiki sebuah kabel. Dan mendapatkan sengatan listrik hingga masuk Rumah Sakit. Aku dan suamiku pergi menjenguknya. Melihat gips putih pada kakinya, aku menggerutu, “Mengapa kamu menolak menjadi manager? Manager tidak akan pernah melakukan sesuatu yang berbahaya seperti ini. Lihat kamu sekarang, luka yang begitu serius. Mengapa kamu tidak pernah mau mendengarkan kami?”. Dengan tampang serius pada wajahnya, ia membela diri terhadap keputusannya, “Pikirkan kakak ipar, ia baru saja mendapatkan jabatan direktur. Sementara saya, hampir tidak berpendidikan!. Jika saya menjadi manager, berita apa yang akan didapatkan setelah itu?!”. Pipi suamiku mulai dialiri air mata, dan kemudian aku mengatakan sesuatu dengan terpatah-patah, “Tapi kamu kurang berpendidikan itu karena aku!”. “Mengapa membicarakan masa lalu..”, lalu adikku menggenggam tanganku. Tahun itu, ia berusia 26, dan aku 29.

Saat adikku berusia 30, ia menikahi seorang gadis anak petani di dusun. Dalam acara pernikahannya, pembawa acara perayaan itu bertanya kepadanya. “Siapa yang paling kamu hormati dan kasihi?, tanpa berfikir, ia menjawab “Kakakku..”. Sesaat itu juga ia menceritakan kembali sebuah kejadian yang sama sekali tak teringat olehku. “Ketika saya pergi sekolah SD, ia berada pada dusun yang berbeda. Setiap hari saya dan kakakku berjalan selama dua jam untuk pergi ke sekolah dan pulang ke rumah. Suatu hari, saya kehilangan satu dari sarung tangan saya. Kakak saya memberikan satu dari kepunyaannya. Ia hanya memakai satu saja dan berjalan sejauh itu. Ketika kami tiba di rumah, tangannya begitu gemetaran karena cuaca yang sangat dingin sampai-sampai ia tidak dapat memegang sumpitnya. Sejak hari itu, saya bersumpah, selama saya masih hidup saya akan menjaga kakakku dan baik kepadanya”. Tepuk tangan membanjiri ruangan itu. Semua tamu memalingkan wajahnya kepadaku. Kata-kata begitu sulit terucap dari bibirku, “Dalam hidupku, aku sangat berterima kasih kepada adikku…”.

Semoga anda dapat mengambil hikmah dan pelajaran berharga dari kisah nyata yang inspiratif dan mengharukan di atas.

6 komentar:

  1. Anda memiliki semua jenis masalah keuangan? Apakah u membutuhkan pinjaman untuk melunasi
    utang? Anda berada dalam krisis keuangan? mempercayai kami untuk memperlakukan semua jenis pinjaman,
    Lihat di bawah. Kami terdaftar dan
    Resmi perusahaan untuk mengeluarkan pinjaman dari 2%, dengan minimal 6 bulan
    jangka waktu maksimum 30 tahun.
    November memberikan kredit untuk minimum pada tahun 2000 ke puncak 50 juta orang.
    Memberikan layanan yang berbeda di bawah *
    Pinjaman pribadi (aman dan tidak aman)
    * Kredit Usaha (aman dan tidak aman)
    * Meningkatkan rumah
    * Pinjaman Inventor
    * Auto Pinjaman
    * Pernikahan Mortgage
    * Pinjaman Kesehatan dll
    Jadi .. jika Anda tertarik, silakan kembali ke kami melalui email kami
    larrybensonloancompany01@gmail.com
    Terima kasih dan harapan untuk melayani Anda dengan baik

    BalasHapus
  2. Anda memiliki semua jenis masalah keuangan? Apakah u membutuhkan pinjaman untuk melunasi
    utang? Anda berada dalam krisis keuangan? mempercayai kami untuk memperlakukan semua jenis pinjaman,
    Lihat di bawah. Kami terdaftar dan
    Resmi perusahaan untuk mengeluarkan pinjaman dari 2%, dengan minimal 6 bulan
    jangka waktu maksimum 30 tahun.
    November memberikan kredit untuk minimum pada tahun 2000 ke puncak 50 juta orang.
    Memberikan layanan yang berbeda di bawah *
    Pinjaman pribadi (aman dan tidak aman)
    * Kredit Usaha (aman dan tidak aman)
    * Meningkatkan rumah
    * Pinjaman Inventor
    * Auto Pinjaman
    * Pernikahan Mortgage
    * Pinjaman Kesehatan dll
    Jadi .. jika Anda tertarik, silakan kembali ke kami melalui email kami
    larrybensonloancompany01@gmail.com
    Terima kasih dan harapan untuk melayani Anda dengan baik

    BalasHapus
  3. Hello Everybody,
    My name is Mrs Sharon Sim. I live in Singapore and i am a happy woman today? and i told my self that any lender that rescue my family from our poor situation, i will refer any person that is looking for loan to him, he gave me happiness to me and my family, i was in need of a loan of S$250,000.00 to start my life all over as i am a single mother with 3 kids I met this honest and GOD fearing man loan lender that help me with a loan of S$250,000.00 SG. Dollar, he is a GOD fearing man, if you are in need of loan and you will pay back the loan please contact him tell him that is Mrs Sharon, that refer you to him. contact Dr Purva Pius,via email:(urgentloan22@gmail.com) Thank you.

    BORROWERS APPLICATION DETAILS


    1. Name Of Applicant in Full:……..
    2. Telephone Numbers:……….
    3. Address and Location:…….
    4. Amount in request………..
    5. Repayment Period:………..
    6. Purpose Of Loan………….
    7. country…………………
    8. phone…………………..
    9. occupation………………
    10.age/sex…………………
    11.Monthly Income…………..
    12.Email……………..

    Regards.
    Managements
    Email Kindly Contact: urgentloan22@gmail.com

    BalasHapus

  4. We offer fresh cut bank instrument for lease, such as BG, SBLC,Lease and Purchase Instruments can be obtained at minimal expense to the borrower compared to other banking options. This offer is opened to both individuals and corporate bodies.

    DESCRIPTION OF INSTRUMENTS

    1. Instrument: Funds backed Bank Guarantee(BG) ICC-600
    2. Currency : USD/EURO
    3. Age of Issue: Fresh Cut
    4. Term: One year and One day
    5. Contract Amount: United State Dollars/Euros (Buyers Face Value)
    6. Price : Buy:32%+1, Lease: 4%+2
    7. Subsequent tranches: To be mutually agreed between both parties
    8. Issuing Bank: Top RATED world banks like HSBC, Barclays, ING Dutch Bank, Llyods e.t.c
    9. Delivery Term: Pre advise MT199 or MT799 first. Followed By SWIFT MT760
    10. Payment Term: MT799 & Settlement via MT103
    11. Hard Copy: By Bank Bonded Courier


    Interested Agents,Brokers, Investors and Individual proposing international project funding should contact us for directives.We will be glad to share our working procedures with you upon request

    Name:Ardan Clooney
    Email:brandfinance33@gmail.com

    BalasHapus
  5. Good Day Sir/Madam: Do you need an urgent loan to finance your business or in any purpose? We are certified,legitimate and international licensed Loan Factory we offer loans to Business firms.interest rate of 1%.

    Available loans we offer are,

    1. Personal Loan
    2. Business Loan
    3. Investement Loan

    - Complete Name:
    - Loan amount needed:
    - Loan Duration:
    - Purpose of loan:
    - City / Country:
    - Telephone:

    Contact us today via:
    bdsfn.com@gmail.com
    anatiliatextileltd@gmail.com

    Get your instant loan approval


    Good Day Sir/Madam: Do you need an urgent loan to finance your business or in any purpose? We are certified,legitimate and international licensed Loan Factory we offer loans to Business firms.interest rate of 1%.

    Available loans we offer are,

    1. Personal Loan
    2. Business Loan
    3. Investement Loan

    - Complete Name:
    - Loan amount needed:
    - Loan Duration:
    - Purpose of loan:
    - City / Country:
    - Telephone:

    Contact us today via:
    bdsfn.com@gmail.com
    anatiliatextileltd@gmail.com

    Get your instant loan approval



    Good Day Sir/Madam: Do you need an urgent loan to finance your business or in any purpose? We are certified,legitimate and international licensed Loan Factory we offer loans to Business firms.interest rate of 1%.

    Available loans we offer are,

    1. Personal Loan
    2. Business Loan
    3. Investement Loan

    - Complete Name:
    - Loan amount needed:
    - Loan Duration:
    - Purpose of loan:
    - City / Country:
    - Telephone:

    Contact us today via:
    bdsfn.com@gmail.com
    anatiliatextileltd@gmail.com

    Get your instant loan approval



    Good Day Sir/Madam: Do you need an urgent loan to finance your business or in any purpose? We are certified,legitimate and international licensed Loan Factory we offer loans to Business firms.interest rate of 1%.

    Available loans we offer are,

    1. Personal Loan
    2. Business Loan
    3. Investement Loan

    - Complete Name:
    - Loan amount needed:
    - Loan Duration:
    - Purpose of loan:
    - City / Country:
    - Telephone:

    Contact us today via:
    bdsfn.com@gmail.com
    anatiliatextileltd@gmail.com

    Get your instant loan approval

    BalasHapus
  6. We offer you a good opportunity to take out a loan.
    - Flexible repayment schedule
    - Loan amount: € 5,000.00 and above
    - The interest rate of 1.5%
    - The approval is quick
    - No collateral check

    Apply now!

    Send the Below information for correspondence:

    Name:

    Address:

    Tel:

    Bernhard Herrmann
    Borya Kredit
    Bolshoy Cherkassky Lane, d. 15-17, P. 1, B. 61-65,
    Moscow, 109012

    Regards
    Philip James
    Email: info.jpfrancis@gmail.com
    Skype: info.jpfrancis@gmail.com

    BalasHapus