999 dari 1.000 Orang Akan Masuk Neraka |
Banyak nash yang menyatakan banyaknya jumlah manusia yang akan masuk neraka, dan sedikit yang masuk surga. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
“Dan sebagian besar manusia tidak akan beriman, walaupun engkau sangat menginginkannya.” (Qs. Yusuf[12]: 103)
“Dan sesungguhnya iblis telah dapat membuktikan kebenaran sangkaannya terhadap mereka, lalu mereka mengikutinya, kecuali sebagian orang yang beriman.” (Qs. Saba’[34]: 20)
“Sungguh neraka jahanam akan Kami penuhi dengan jenismu (iblis) dan semua orang di antara mereka yang mengikutimu.” (Qs. Shad[38]: 85)
Sebuah indikasi tentang sangat besarnya jumlah orang kafir dan musyrik yang menolak seruan para rasul Allah adalah bahwa pada hari kiamat nanti, ada di antara para nabi yang datang dengan sekelompok kecil (kurang dari sepuluh orang), sedangkan yang lainnya dengan satu atau dua orang saja, dan ada pula yang tanpa pengikut sama sekali. Muslim meriwayatkan dari Ibn ‘Abbas bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda, “Kepadaku diperlihatkan berbagai umat, dan aku melihat seorang nabi yang diikuti oleh sekelompok kecil orang, yang lainnya diikuti oleh satu atau dua orang saja, sedangkan yang lain tanpa pengikut sama sekali...” [1]
Banyak nash menyatakan bahwa 999 dari setiap 1.000 orang anak Adam akan masuk neraka, dan hanya satu orang yang masuk surga.
Bukhari meriwayatkan dari Abu Sa’id bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda, “Allah subhanahu wa ta’ala akan berfirman kepada Adam, ‘Wahai Adam!” Adam menjawab, ‘Aku mendengar panggilan-Mu, aku patuh kepada perintah-perintah-Mu, dan semua kebaikan ada di tangan-Mu.’ Kemudian Allah subhanahu wa ta’ala memerintahkan Adam ‘Sisihkan para penghuni neraka?’ Adam bertanya, ‘Berapa banyaknya para penghuni neraka?’ Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, ‘Dari setiap 1.000 orang, ambil 999 orang.’ Pada saat itu, rambut anak-anak berubah menjadi uban dan setiap wanita hamil akan keguguran secara spontan, dan engkau akan melihat orang-orang seolah-olah mabuk padahal mereka tidak mabuk, tetapi azab Allah sangat pedih.” Ucapan ini sanat menyedihkan para Sahabat, dan mereka berkata, “Ya Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam, siapa di antara kita yang akan menjadi yang seorang (di antara seribu) itu?” Beliau bersabda, “Bergembiralah, yang seribu orang itu adalah dari Ya’juj dan Ma’juj, sedangkan yang satu orang itu dari kalian.” Kemudian beliau bersabda, “Demi Yang jiwaku berada di tangan-Nya, aku berharap agar jumlah kamu adalah sepertiga dari penduduk surga.” Para Sahabat memuji dan mengagungkan allah subhanahu wa ta’ala. Kemudian beliau bersabda, “Demi Yang jiwaku berada di tangan-Nya, aku berharap seperdua penduduk surga adalah kalian, karena kalian dibanding umat-umat lain adalah seperti sehelai bulu putih di tengah-tengah bulu hitam seekor banteng, atau seperti bulatan tanpa bulu di kaki depan seekor keledai.” [2]
‘Imran ibn Hushain meriwayatkan bahwa pada suatu ketika tatkala Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam sedang dalam perjalanan, sementara beberapa orang Sahabat masih berada di belakang, beliau mengangkat suara dan membacakan ayat berikut:
“Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu; sesungguhnya keguncangan pada hari kiamat itu adalah suatu kejadian yang sangat dahsyat. Pada hari kamu melihatnya, setiap ibu yang menyusui, akan lupa kepada bayinya yang sedang menyusu. Dan setiap wanita yang mengandung akan gugur kandungannya. Ketika itu akan engkau lihat manusia seperti mabuk padahal mereka tidak mabuk, tetapi azab Allah benar-benar amat keras.” (Qs. Al-Hajj[22]: 1-2)
Ketika para Sahabat mendengarnya, mereka bergegas, karena mereka tahu bahwa Rasulullah hendak mengatakan sesuatu. Begitu mereka telah sampai kepada Rasulullah, beliau bersabda, “Tahukah kalian hari apa itu? Pada hari itu, Adam alaihissalam akan dipanggil oleh Allah subhanahu wa ta’la dan Allah berfiran, ‘Hai Adam, sisihkanlah para penghuni neraka.’ Adam bertanya, ‘Ya Tuhan, berapa banyak para penghuni neraka itu?’ Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, ‘Dari setiap 1.000 orang, 999 orang akan masuk neraka, dan yang seorang lagi akan masuk surga.’”
Para Sahabat serta merta menjadi kecewa dan berhenti tersenyum. Ketika Rasulullah melihat hal tersebut, beliau bersabda, “Bergembiralah dan berusaha keraslah, karena, demi Yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, kalian tidak termasuk ciptaan Allah yang jumlahnya jauh lebih besar dibandingkan yang lain: Ya’juj dan Ma’juj, dan golongan terkutuk dari anak-anak Adam dan anak-anak iblis.” Para Sahabat gembira sekali mendengar keterangan Rasulullah tersebut. Rasulullah kemudian bersabda, “Berusaha keras dan bergembiralah, karena, demi Tuhan yang di tangan-Nya terletak jiwa Muhammad, dibandingkan dengan golongan manusia lainnya, kalian ibarat sebuah tahi lalat pada seekor unta atau seperti sebuah bulatan di kaki depan seekor keledai.” Hadits ini diriwayatkan oleh Ahmad, Tirmidzi, dan an-Nasa’i, dan menurut Tirmidzi hadits ini hasan-sahih. [3]
Tirmidzi menceritakan dari ‘Imran ibn Hushain bahwa ketika ayat, “Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu; sesungguhnya keguncangan hari kiamt itu adalah suatu kejadian yang sangat dahsyat,” (Qs. Al-Hajj[22]: 1) diturunkan, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam yang saat itu sedang dalam perjalanan bersabda, “Tahukah kamu hari apa itu?” Para Sahabat berkata, “Allah subhanahu wa ta’ala dan rasul-Nya yan paling tahu.” Rasululullah berkata, “Itu adalah hari ketika Allah subhanahu wa ta’ala memerintahkan Adam, ‘Siapkan para penduduk neraka.’ Adam menjawab, ‘Oh Tuhan, siapa para penduduk neraka itu?’ Tuhan berfirman, ‘999 orang masuk neraka dan hanya satu orang yang masuk surga.’” Orang-orang mukmin mulai menangis. Kemudian Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda, “Berusahalah dengan sebaik-baiknya, karena tidak ada nabi yang tidak dikelilingi oleh kaum jahiliah. Jumlah sebanyak itu akan diambil dari kaum jahiliah, dan jika jumlah sebanyak itu belum terpenuhi, sisanya akan diambil dari golongan munafik. Dibandingkan dengan umat-umat lain, kamu seperti bulatan kecil di kaki depan seekor binatang, atau seperti tahi lalat di tubuh seekor unta.” Kemudian Rasulullah bersabda, “Aku berharap agar separuh dari penduduk surga adalah kalian.” Mereka lalu menyerukan, “Allahu Akbar!” Perawi hadits ini berkata, “Saya tidak yakin, mungkin juga Rasulullah mengatakan, ‘dua pertiga penduduk surga.” Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad; Tirmidzi berkata bahwa hadits ini hasan-sahih. [4]
Dalam hal ini, timbul pertanyaan: Bagaimana hubungan hadits-hadits tersebut dengan sebuah hadits dalam Shahih al-Bukhari yang diriwayatkan Abu Hurairah dimana Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda, “Orang pertama yang akan dipanggil pada hari kiamat nanti adalah Adam. Adam lalu melihat kepada para keturunannya dan kepada mereka dikatakan, ‘Inilah bapak kalian, Adam.’ Adam pun berkata (kepada Allah subhanahu wa ta’ala), ‘Aku siap mengabdi kepada-Mu dan aku patuh terhadap semua perintah-Mu.’ Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, ‘Pisahkan para penduduk neraka di antara keturunan-keturunanmu.’ Adam menjawab, ‘Oh Tuhanku, berapa jumlahnya yang harus saya pisahkan?’ Allah berfirman, ‘Pisahkan 99 dari setiap 100 orang.’” Orang-orang berkata, “Ya Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam, jika 99 orang diambil dari setiap 100 dari kita, berapa lagi yang tinggal dari kita?” Rasulullah bersabda, “Umatku, jika dibandingkan dengan umat-umat yang lain, bagaikan sehelai bulu putih pada bulu-bulu banteng hitam.” [5]
Jelaslah bahwa hadits-hadits tersebut tidak bertentangan denan hadits sahih yang baru saja kita kutip, karena jumlah tersebut tidak berlaku hanya untuk satu kelompok saja, melainkan untk kelompok yang berbeda-beda. Hadits-hadits yang membandingkan 999 dengan 1 dapat ditafsirkan sebagai merujuk pada semua kelompok keturunan Adam, sementara hadits Bukhari yang menyebut 99:1 dapat ditafsirkan sebagai merujuk pada keturunan Adam tanpa mengikutsertakan Ya’juj dan Ma’juj. Penafsiran seperti ini kemungkinan benarnya lebih besar, sebagaimana yang dikemukakan Ibn Hajr, karena Ya’juj dan Ma’juj disebutkan dalam hadits Abu Said, sementara dalam hadits Abu Hurairah tidak.
Mungkin juga dikatakan bawah hadits pertama mengacu pada semua ciptaan. Jadi, rasio orang-orang yang dimasukkan ke dalam neraka apabila semua umat dihitung adalah 999:1. Sementara, hadits Bukhari yang disebutkan terakhir tadi menjelaskan rasio orang-orang yang akan masuk neraka dari umat Muhammad saja. Ibn Hajar berkata, “Penafsiran ini didukung oleh ucapan para Sahabat dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, ‘Jika 99 dari setiap 100 diambil dari kita, berapa lagi jumlah kita yang tinggal?’ Jadi, pembagian manusia ini dapat terjadi dua kali: pertama menyangkut semua bangsa, apabila 1 dalam 1.000 akan masuk surga, dan kedua menyangkut umat ini (umat Muhammad) saja, apabila 10 dari setiap 1.000 akan masuk surga.” [6]
Hikmah Banyaknya Orang yang Masuk Neraka
Alasan mengapa begitu banyak orang yang masuk neraka bukanlah karena kebenaran tidak sampai kepada mereka. Allah subhanahu wa ta’ala tidak menyalahkan siapa saja yang tidak terjangkau oleh seruan-Nya: “Dan Kami tidak akan mengazab sebelum kami mengutus seorang rasul.” (Qs. Al-Isra’[17]: 15)
Allah subhanahu wa ta’ala telah mengirimkan seorang rasul untuk memberikan peringatan kepada setiap umat, “Dan tidak ada suatu umat pun kecuali telah ada padanya seorang pemberi peringatan.” (Qs. Fathir[35]: 24)
Alasan mengapa jumlah penghuni neraka begitu banyak adalah karena sedikitnya jumlah orang yang menyambut seruan para rasul Allah, sedangkan jumlah orang yang tidak percaya kepada mereka besar sekali. Lagipula, banyak orang yang menyambut seruan para rasul itu tidak sepenuhnya meyakini kebenarannya.
Dalam bukunya, at-Takhwif min an-Naar, Ibn Rajab membahas penyebab sedikitnya penghuni surga dan banyaknya penghuni neraka:
Hadits-hadits ini dan hadits-hadits serupa lainnya membuktikan bahwa sebagian besar anak-cucu Adam akan masuk neraka, dan para pengikut rasul-rasul Allah sedikit sekali jumlahnya jika dibandingkan dengan anak-cucu Adam yang membangkang kepada mereka. Mereka yang membangkang itu akan masuk neraka, kecuali mereka yang tidak terjangkau oleh pesan-pesan para rasul tersebut, atau mereka yang tidak bisa memahaminya karena tidak mengerti apa yang mereka dengar itu. Banyak di antara orang-orang yang mengaku sebagai pengikut dari para rasul sebenarnya adalah para penganut agama palsu dan mengikuti kitab palsu, dan mereka pun akan masuk neraka, sebagaimana yang difirmankan Allah subhanahu wa ta’ala, “Dan barangsiapa di antara mereka yang kafir kepada Al-Qur’an, maka nerakalah tempat yang diancamkan bagi mereka...” (Qs. Hud[11]: 17)
Mengenai orang-orang yang mengaku mengikuti kitab dan hukum Allah subhanahu wa ta’ala, agama yang benar, banyak di antara mereka yang akan masuk neraka, yaitu orang-orang munafik yang akan ditempatkan di neraka pada tingkat paling bawah. Banyak pula di antara orang-orang yang mengaku mengikuti agama Allah secara terang-terangan atau secara diam-diam akan diuji dengan keragu-raguan; mereka ini adalah para pencipta bid’ah yang sesat dan orang-orang yang mengikutinya. Terdapat beberapa hadits yang mengatakan bahwa umat ini akan terbagi ke dalam 70 golongan lebih, semuanya akan masuk neraka kecuali satu golongan. Allah juga akan menguji manusia dalam hal hawa nafsu, dan hukuman yang dijanjikan bagi yang tidak lulus dalam ujian ini adalah api neraka, walaupun hukuman tersebut tidak abadi. Tidak ada orang dari umat ini yang aman dari api neraka, atau secara mutlak berhak masuk surga, kecuali satu golongan dari mereka, yakni yang mengikuti contoh-contoh dan sunnah-sunnah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam dan para Sahabatnya, baik secara terang-terangan maupun secara diam0diam, dan lolos dari berbagai godaan hawa nafsu dan keragu-raguan. Jumlah orang-orang yang demikian itu memang sedikit sekali.” [7]
Alasan utama mengapa begitu banyak jumlah orang yang mengikuti saja hawa nafsunya adalah karena kecintaan terhadap hal-hal serupa itu memang telah tertanam sangat dalam di jiwa manusia: “Dijadikan indah pada pandangan manusia kecintan terhadap apa-apa saja yang diinginkan, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia...” (Qs. Ali Imran[3]: 14)
Banyak manusia yang ingin memenuhi keinginan-keinginan tersebut dengan cara apa saja, tanpa mempedulikan hukum Allah subhanahu wa ta’ala, termasuk dengan mengikuti cara-cara yang dilakukan para nenek moyang mereka yang bertentangan dengan hukum-hukum Allah.
“Dan demikianlah, Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang pemberi peringatan pun dalam suatu negeri, melainkan orang-orang yang hidup mewah di negeri itu berkata, “Sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak kami menganut suatu agama dan sesungguhnya kami adah pengikut jejak-jejak mereka.” (Rasul itu) berkata, “Apakah kamu akan mengikutinya juga sekalipun aku membawa untukmu agama yang lebih nyata memberi petunjuk daripada apa yang kamu dapati dianut oleh bapak-bapakmu?” Mereka menjawab, “Sesungguhnya kami mengingkari agama dimana kamu diutus untuk menyampaikannya.” (Qs. Az-Zukhruf[43]: 23-24)
Mencintai cara-cara yang dijalankan oleh para nenek moyang sampai kepada tingkat menyakralkannya adalah penyakit yang diderita banyak umat, dan pengaruhnya sangat besar terhap hawa nafsu manusia.
Tirmidzi, Abu Daud, dan an-Nasa’i meriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaih wassalam bersabda, “Pada waktu Allah subhanahu wa ta’ala menciptakan neraka, Dia berfirman kepada Jibril, ‘Pergi dan lihatlah neraka itu.’ Jibril lalu pergi dan melihat neraka, dan ketika ia kembali, ia berkata, ‘Mahabesar Engkau, ya Allah, saya khawatir bahwa tidak ada orang yang pernah mendengar tentangnya akan masuk ke dalamnya.’ Allah lalu meliputi neraka dengan hawa nafsu, dan berkata, ‘Pergi dan lihatlah.’ Jibril pergi dan melihatnya. Ketika kembali, Jibril berkata, ‘Mahabesar Engkau, aku khawatir bahwa tidak ada orang yang tidak masuk ke dalamnya.’ (Setelah kata-kata “pergi dan lihatlah neraka itu,” versi yang diriwayatkan oleh an-Nasa’i menambahkan kata-kata “dan apa-apa yang telah Aku persiapkan untuk para penghuninya.”) [8]
Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda, “Neraka diselubungi dengan hawa nafsu (syahwat), dan surga dengan kesulitan-kesulitan.”
Hadits yang diriwayatkan dalam Shahih Muslim menggunakan kata “dikelilingi” sebagai pengganti kata “diselubungi.” [9]
Siddiq Hasan Khan mengatakan, “Yang dimaksud dengan syahwat adalah apa-apa yang diinginkan dan dinikmati orang.” [10] Al-Qurtubi berkata, “Syahwat adalah semua yang disukai orang sehingga mereka selalu berusaha untuk mendapatkannya, dan mengelilingi sesuatu berarti menempatkan sesuatu di sekelilingnya, sehingga ia tidak bisa dicapai tanpa melewatinya. [11]
Referensi: Al-Asyqar, 'Umar Sulaiman (2001). Surga dan Neraka. Jakarta: Serambi Ilmu Semesta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar