Besarnya Cinta Abu Bakar Ash-Shiddiq R.A. Kepada Nabi Muhammad S.A.W
Dalam hadist Imam Thabarani yang diriwayatkan Asma R.A., dia telah menutup semua lubang kecuali satu lubang. Dia menyadari bahwa mungkin terdapat binatang berbahaya di dalam lubang itu dan dia khawatir binatang itu akan keluar dan menggigit Nabi Muhammad S.A.W. ketika Nabi Muhammad S.A.W. sedang beristirahat, maka dia memasukkan tumitnya ke dalam lubang itu untuk menutupnya.

Tapi lubang itu ternyata adalah rumah bagi ular berbisa, dan ketika dia menempatkan tumitnya disana, ular itu menggigitnya. Bayangkanlah betapa luar biasa rasa sakitnya ketika Abu Bakar R.A. dipatuk oleh seekor ular. Abu Bakar pasrah dan dapat menerima jika memang dia harus mati karena dipatuk ular itu, namun dia tidak dapat menerima jika dia meringis dan bergerak untuk menahan rasa sakit itu, karena hal itu membuat Nabi Muhammad S.A.W. terbangun dari tidurnya. Dengan begitu dia tetap diam dan menahan rasa sakitnya. Tiba-tiba air matanya terjatuh mengenai wajah Rasulullah S.A.W., sehingga Rasulullah S.A.W. pun terbangun dan menyadari tentang apa yang terjadi. Kemudian Rasulullah S.A.W. mengoleskan ludahnya pada luka Abu Bakar R.A. sehingga bisa ular itu tidak berpengaruh apa-apa pada dirinya.

Dalam riwayat lainnya disebutkan bahwa ketika orang-orang kafir ada di sekitar gua itu, Nabi Muhammad S.A.W. pada saat itu sedang shalat, air mata mulai menetes dari mata Abu Bakar. Ketika Nabi Muhammad S.A.W. selesai shalat, Abu Bakar R.A. berkata “Ya Rasulullah S.A.W., biar kukorbankan orangtuaku, aku tidak menangis untuk diriku sendiri atau merasa takut bahwa aku akan terbunuh hari ini. Ya Rasulullah S.A.W. aku menangis karena mungkin saja kau berada dalam masalah sedangkan aku ada disini”, dan Abu Bakar tidak dapat menoleransi Rasulullah S.A.W. berada dalam masalah sedangkan dia ada disana.

Dan karena kecintaannya kepada Islam dan Rasulullah S.A.W. sehingga dia bisa tetap kuat dan teguh ketika para sahabat-sahabat lainnya sudah berputus asa. Jika kalian membaca buku hadist, kalian akan menyadari bahwa Abu Bakar R.A. begitu penyayang, hatinya lembut, ketika Nabi Muhammad S.A.W. berada di saat-saat terakhirnya, para sahabat datang dan berkata “Ya Rasulullah, sekarang waktunya shalat.” Nabi Muhammad S.A.W. bersabda “Katakan kepada Abu Bakar bahwa dia yang akan mengimami shalatnya.”

Apa yang dikatakan Aisyah R.A. pada saat itu? Aisyah R.A. menjelaskan “Ya Rasulullah S.A.W., biarlah Umar yang mengimami shalatnya. Abu Bakar sangat penyayang dan hatinya lembut, dia sering menangis ketika shalat, dan jika dia menangis maka para jamaah tidak akan dapat mendengar bacaannya, maka lebih baik jika kau menyuruh Umar.”

Dalam hadist lainnya ketika Nabi Muhammad S.A.W. meninggal, dia memberikan berdakwah. Dia menyebutkan "tahun lalu aku mendengar Rasulullah bersabda..." dia baru saja mengatakan kata-kata ini dan dia tidak dapat mengontrol dirinya, air matanya mengalir. Ketika mulai tenang dia kembali berkata “Tahun lalu aku mendengar Rasulullah bersabda...” dan lagi-lagi dia kehilangan kontrol dan air matanya mengalir.

Dan camkan ini dalam pikiran, bagaimana Abu Bakar R.A. dapat tetap kuat dan teguh, dan karena keteguhannya, maka agama Islam yang dibawa Rasulullah S.A.W. dapat tetap kuat seperti yang seharusnya. Hal ini tidak dapat kita pahami, dan kesukaran yang dialaminya begitu besar sampai-sampai ibunda kita meriwayatkan: “Ketika Nabi Muhammad S.A.W. wafat, ayahku mengalami kesukaran dan permasalahan yang luar biasa, andaikan masalah itu jatuh ke atas gunung yang besar, maka gunung itu akan hancur dan berubah menjadi debu.”

Ketika Nabi Muhammad S.A.W. wafat, menurut kalian bagaimana perasaan para sahabat? Ketika Nabi Muhammad S.A.W. wafat, apa yang mereka alami? Ketika anggota keluarga kita wafat, apa yang kita rasakan? Betapa sedihnya kita pada saat orang terdekat kita meninggal, menurut kalian bagaimana perasaan para sahabat ketika Nabi Muhammad S.A.W. wafat? Karena ini bukanlah wafatnya seorang manusia biasa, ini adalah wafatnya makhluk terbaik ciptaan Allah. Bahkan para sahabat tidak tahan berpisah dengannya bahkan sedetik pun, seseorang yang lebih mereka cintai daripada diri mereka, keluarga, anak-anak mereka, dan segalanya.

Seorang sahabat pernah berkata “Ya Rasulullah S.A.W., ayahku berpihak pada musuh, dia mencelamu, aku tidak dapat menoleransi ini, sehingga aku memenggal kepalanya dari tubuhnya.”

Sahabat kedua datang pada waktu berjihad dengan membawa anaknya dalam balutan kain, “Ya Rasulullah, aku tahu dia adalah putraku, dia tidak dapat berperang, aku tahu dia tidak dapat berjihad, aku tahu dia tidak dapat memegang pedang, tapi ya Rasulullah, ambillah putraku ini dan gunakan dia sebagai tameng, kapanpun orang-orang kafir datang dari kanan, maka gunakan dia sebagai tameng, kapanpun orang-orang kafir datang dari kiri, maka gunakan dia sebagai tameng.”

Sahabat ketiga datang dan dia berdiri melindungi Rasulullah S.A.W. ketika orang-orang kafir menyerang Rasulullah S.A.W., sahabat ini yang menahan panah dan tebasan pedang dengan dadanya.”

Sahabat keempat datang dan berkata “Ya Rasulullah S.A.W. kau lebih kusayangi daripada jiwaku, kau lebih kusayangi daripada keluarga dan anak-anakku, ketika aku berada di rumah dan memikirkanmu, maka aku menjadi gelisah sampai aku datang dan melihatmu, aku tahu suatu hari kau akan wafat, dan aku juga akan wafat. Ketika kau wafat, karena derajatmu yang mulia, maka kau akan bersama para anbiyya. Ya Rasulullah, apa yang akan terjadi dengan diriku, karena ketika aku masuk surga maka aku tidak akan bisa melihatmu. Ya Rasulullah, hanya karena memikirkan perpisahan ini membuatku begitu sedih.”

Ketika Rasulullah S.A.W. meludah, mereka akan berlomba-lomba ke tanah bekasnya dan mereka akan membasuhkan tanah itu ke tubuh dan wajah mereka.

Seperti yang diriwayatkan bahwa tidak pernah ada seorang budak yang begitu setia pada tuannya, bagaikan setianya para sahabat kepada Nabi Muhammad S.A.W. Dan camkan ini, bagaimana menurut kalian yang dirasakan para sahabat ketika Nabi Muhammad S.A.W. wafat?

Inilah mengapa ketika kita membaca kitab hadist dan sirah, kita tahu bahwa sampai-sampai Ustman R.A. tidak bergerak, dia tidak sadar apa yang terjadi ketika Rasulullah S.A.W. wafat, Ali R.A. jatuh pingsan, seorang sahabat yang merupakan orang Badui menengadahkan tangannya dan berdo’a “Ya Allah, mata ini sehingga aku bisa melihat rasul-Mu yang dirahmati, telinga ini sehingga aku bisa mendengar suaranya yang dirahmati, tapi sekarang dia tak ada lagi, jadi apa gunanya mata dan telinga ini?” Do’anya dikabulkan sehingga sejak saat itu dia menjadi buta.

Seorang sahabat berkata “Andai saja kita tidak perlu melihat hari ini, anda saja kita telah wafat sebelum hari ini.”

Inilah situasi umumnya bagi umat Muslim. Sekarang lihatlah situasinya untuk Abu Bakar R.A. Ketika ini terjadi, hati para sahabat hancur, mereka sangat bersedih dan berputus asa. Abu Bakar datang. Ini hari terakhir kehidupan Rasulullah S.A.W. Nabi Muhammad S.A.W. menyuruhnya untuk mengimami shalat. Dia mengimami orang-orang beriman dalam shalat. Kemudian dia datang dan meminta izin kepada Nabi Muhammad S.A.W. Dia pergi pulang ke rumahnya sebentar untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Kemudian ketika dia kembali, dia mendengar kabar bahwa Nabi Muhammad S.A.W. telah wafat. Air matanya mengalir dan kata-kata yang meluncur dari bibirnya adalah “Inna lillahi wa inna ilaihi roji’un (kita adalah milik Allah dan kepada Allah kita akan kembali).” 

Dia bergegas dan akhirnya tersadar bahwa berita ini telah membuat para sahabat hancur sampai-sampai sahabat terkuat, yaitu Umar bin Khatab R.A., dia berdiri dengan menggenggam sebuah pedang di tangannya dan berkatac“Para kafir berkata bahwa Nabi Muhammad S.A.W. telah wafat, Demi Allah dia belum meninggal. Dia belum kembali menemui Tuhannya. Demi Allah, jika siapapun mengatakan bahwa Nabi Muhammad telah meninggal, maka aku akan memenggal kepala mereka.

Jika bahkan Umar R.A. hancur, maka menurut kalian bagaimana perasaan para sahabat yang memiliki hati lembut dan sahabat-sahabat yang lemah? Jika dalam situasi seperti ini Abu Bakar hancur, maka dapat dimaklumi karena dia orang yang paling dicintai Nabi Muhammad S.A.W.

Ketika Nabi Muhammad S.A.W. ditanya “Siapa orang yang paling kau cintai?” Jawabannya adalah “Aku paling mencintai Abu Bakar.”
  1. Dia paling mencintai Nabi Muhammad S.A.W. 
  2. Dialah orang yang bersama Nabi Muhammad S.A.W. sejak masa kecil.
  3. Dialah orang pertama yang beriman kepada Nabi Muhammad S.A.W.
  4. Dialah satu-satunya yang menerima dan beriman ketika orang-orang mencelanya.  
  5. Dialah satu-satunya orang yang rumahnya selalu dikunjungi Nabi Muhammad S.A.W. setiap pagi dan sore. 
  6. Dialah orang yang sering dimintai pendapat oleh Nabi Muhammad S.A.W.
  7. Dialah orang yang paling sering bersama Nabi Muhammad S.A.W. dalam setiap momen, 
  8. Dia bersama Nabi Muhammad dalam perang Uhud, Badar, Khandaq, dan perang-perang lainnya.


Jadi dalam situasi seperti ini, jika Abu Bakar R.A. hancur maka dapat dimaklumi. Tapi lihatlah bagaimana Abu Bakar R.A. Dia datang dan meminta izin kepada istri Rasulullah (Aisyah R.A.). Dia memasuki rumahnya dan Nabi Muhammad S.A.W. berbaring di sudut ruangan dengan diselubungi kafan. Dia datang dan membuka kafannya, dia berlutut dan mencium wajah Nabi Muhammad S.A.W. yang dirahmati dan air matanya mengalir. Kemudian dia berkata “Umar bin Khatab salah. Nabi Muhammad S.A.W. telah meninggalkan dunia, dia telah meninggal. Ya Rasulullah, Allah merahmatimu.”

Ketika melihat situasi yang sulit menimpa para sahabat dan umat Muslim, dia pergi dan menuju masjid untuk berceramah dan menguatkan umat Muslim, menasihati mereka, dan menyemangati mereka kembali.

Dia berkata “Wahai sahabat-sahabatku, Nabi Muhammad S.A.W. telah memberitahu kalian bahwa dia akan pergi meninggalkan dunia ini. Allah telah berfirman pada kalian ketika Nabi Muhammad S.A.W. masih hidup. Allah juga telah berfirman bahwa kalian juga akan mati. Bukankah Allah S.W.T. telah berfirman: Segalanya akan merasakan akhir, hanya Tuhanmu yang tetap hidup. Setiap yang bernyawa akan merasakan kematian.’ Wahai orang-orang yang menyembah Allah. Allah Yang Maha Kuasa tetap hidup dan tak pernah mati. Rasulullah S.A.W. sudah wafat, takutlah kepada Allah Yang Maha Kuasa dan berpegang teguhlah kepada Islam.”

Baru setelah ceramah inilah para sahabat R.A. mulai bisa mengatasi kesedihan mereka, bahkan ketika Abu Bakar membacakan ayat-ayat Al-Qur’an, Umar R.A. berkata “Seakan-akan ayat Al-Qur'an ini belum diwahyukan sebelum ini.”

Saya akan mengakhiri tulisan ini dengan sebuah do’a. Saya berdo’a kepada Allah S.W.T. semoga Dia memberikan kita taufiq untuk mencintai Islam, untuk mencintai Nabi Muhammad S.A.W., untuk mencintai Allah S.W.T., untuk mencintai para salafush sholihin, mengikuti jalan para salaf, semoga kita selalu semangat untuk berkorban, berkomitmen, dan mengabdikan diri kepada Islam seperti yang mereka lakukan. Aamiin.

Besarnya Cinta Abu Bakar Ash-Shiddiq R.A. Kepada Nabi Muhammad S.A.W (5)

Besarnya Cinta Abu Bakar Ash-Shiddiq R.A. Kepada Nabi Muhammad S.A.W
Dalam hadist Imam Thabarani yang diriwayatkan Asma R.A., dia telah menutup semua lubang kecuali satu lubang. Dia menyadari bahwa mungkin terdapat binatang berbahaya di dalam lubang itu dan dia khawatir binatang itu akan keluar dan menggigit Nabi Muhammad S.A.W. ketika Nabi Muhammad S.A.W. sedang beristirahat, maka dia memasukkan tumitnya ke dalam lubang itu untuk menutupnya.

Tapi lubang itu ternyata adalah rumah bagi ular berbisa, dan ketika dia menempatkan tumitnya disana, ular itu menggigitnya. Bayangkanlah betapa luar biasa rasa sakitnya ketika Abu Bakar R.A. dipatuk oleh seekor ular. Abu Bakar pasrah dan dapat menerima jika memang dia harus mati karena dipatuk ular itu, namun dia tidak dapat menerima jika dia meringis dan bergerak untuk menahan rasa sakit itu, karena hal itu membuat Nabi Muhammad S.A.W. terbangun dari tidurnya. Dengan begitu dia tetap diam dan menahan rasa sakitnya. Tiba-tiba air matanya terjatuh mengenai wajah Rasulullah S.A.W., sehingga Rasulullah S.A.W. pun terbangun dan menyadari tentang apa yang terjadi. Kemudian Rasulullah S.A.W. mengoleskan ludahnya pada luka Abu Bakar R.A. sehingga bisa ular itu tidak berpengaruh apa-apa pada dirinya.

Dalam riwayat lainnya disebutkan bahwa ketika orang-orang kafir ada di sekitar gua itu, Nabi Muhammad S.A.W. pada saat itu sedang shalat, air mata mulai menetes dari mata Abu Bakar. Ketika Nabi Muhammad S.A.W. selesai shalat, Abu Bakar R.A. berkata “Ya Rasulullah S.A.W., biar kukorbankan orangtuaku, aku tidak menangis untuk diriku sendiri atau merasa takut bahwa aku akan terbunuh hari ini. Ya Rasulullah S.A.W. aku menangis karena mungkin saja kau berada dalam masalah sedangkan aku ada disini”, dan Abu Bakar tidak dapat menoleransi Rasulullah S.A.W. berada dalam masalah sedangkan dia ada disana.

Dan karena kecintaannya kepada Islam dan Rasulullah S.A.W. sehingga dia bisa tetap kuat dan teguh ketika para sahabat-sahabat lainnya sudah berputus asa. Jika kalian membaca buku hadist, kalian akan menyadari bahwa Abu Bakar R.A. begitu penyayang, hatinya lembut, ketika Nabi Muhammad S.A.W. berada di saat-saat terakhirnya, para sahabat datang dan berkata “Ya Rasulullah, sekarang waktunya shalat.” Nabi Muhammad S.A.W. bersabda “Katakan kepada Abu Bakar bahwa dia yang akan mengimami shalatnya.”

Apa yang dikatakan Aisyah R.A. pada saat itu? Aisyah R.A. menjelaskan “Ya Rasulullah S.A.W., biarlah Umar yang mengimami shalatnya. Abu Bakar sangat penyayang dan hatinya lembut, dia sering menangis ketika shalat, dan jika dia menangis maka para jamaah tidak akan dapat mendengar bacaannya, maka lebih baik jika kau menyuruh Umar.”

Dalam hadist lainnya ketika Nabi Muhammad S.A.W. meninggal, dia memberikan berdakwah. Dia menyebutkan "tahun lalu aku mendengar Rasulullah bersabda..." dia baru saja mengatakan kata-kata ini dan dia tidak dapat mengontrol dirinya, air matanya mengalir. Ketika mulai tenang dia kembali berkata “Tahun lalu aku mendengar Rasulullah bersabda...” dan lagi-lagi dia kehilangan kontrol dan air matanya mengalir.

Dan camkan ini dalam pikiran, bagaimana Abu Bakar R.A. dapat tetap kuat dan teguh, dan karena keteguhannya, maka agama Islam yang dibawa Rasulullah S.A.W. dapat tetap kuat seperti yang seharusnya. Hal ini tidak dapat kita pahami, dan kesukaran yang dialaminya begitu besar sampai-sampai ibunda kita meriwayatkan: “Ketika Nabi Muhammad S.A.W. wafat, ayahku mengalami kesukaran dan permasalahan yang luar biasa, andaikan masalah itu jatuh ke atas gunung yang besar, maka gunung itu akan hancur dan berubah menjadi debu.”

Ketika Nabi Muhammad S.A.W. wafat, menurut kalian bagaimana perasaan para sahabat? Ketika Nabi Muhammad S.A.W. wafat, apa yang mereka alami? Ketika anggota keluarga kita wafat, apa yang kita rasakan? Betapa sedihnya kita pada saat orang terdekat kita meninggal, menurut kalian bagaimana perasaan para sahabat ketika Nabi Muhammad S.A.W. wafat? Karena ini bukanlah wafatnya seorang manusia biasa, ini adalah wafatnya makhluk terbaik ciptaan Allah. Bahkan para sahabat tidak tahan berpisah dengannya bahkan sedetik pun, seseorang yang lebih mereka cintai daripada diri mereka, keluarga, anak-anak mereka, dan segalanya.

Seorang sahabat pernah berkata “Ya Rasulullah S.A.W., ayahku berpihak pada musuh, dia mencelamu, aku tidak dapat menoleransi ini, sehingga aku memenggal kepalanya dari tubuhnya.”

Sahabat kedua datang pada waktu berjihad dengan membawa anaknya dalam balutan kain, “Ya Rasulullah, aku tahu dia adalah putraku, dia tidak dapat berperang, aku tahu dia tidak dapat berjihad, aku tahu dia tidak dapat memegang pedang, tapi ya Rasulullah, ambillah putraku ini dan gunakan dia sebagai tameng, kapanpun orang-orang kafir datang dari kanan, maka gunakan dia sebagai tameng, kapanpun orang-orang kafir datang dari kiri, maka gunakan dia sebagai tameng.”

Sahabat ketiga datang dan dia berdiri melindungi Rasulullah S.A.W. ketika orang-orang kafir menyerang Rasulullah S.A.W., sahabat ini yang menahan panah dan tebasan pedang dengan dadanya.”

Sahabat keempat datang dan berkata “Ya Rasulullah S.A.W. kau lebih kusayangi daripada jiwaku, kau lebih kusayangi daripada keluarga dan anak-anakku, ketika aku berada di rumah dan memikirkanmu, maka aku menjadi gelisah sampai aku datang dan melihatmu, aku tahu suatu hari kau akan wafat, dan aku juga akan wafat. Ketika kau wafat, karena derajatmu yang mulia, maka kau akan bersama para anbiyya. Ya Rasulullah, apa yang akan terjadi dengan diriku, karena ketika aku masuk surga maka aku tidak akan bisa melihatmu. Ya Rasulullah, hanya karena memikirkan perpisahan ini membuatku begitu sedih.”

Ketika Rasulullah S.A.W. meludah, mereka akan berlomba-lomba ke tanah bekasnya dan mereka akan membasuhkan tanah itu ke tubuh dan wajah mereka.

Seperti yang diriwayatkan bahwa tidak pernah ada seorang budak yang begitu setia pada tuannya, bagaikan setianya para sahabat kepada Nabi Muhammad S.A.W. Dan camkan ini, bagaimana menurut kalian yang dirasakan para sahabat ketika Nabi Muhammad S.A.W. wafat?

Inilah mengapa ketika kita membaca kitab hadist dan sirah, kita tahu bahwa sampai-sampai Ustman R.A. tidak bergerak, dia tidak sadar apa yang terjadi ketika Rasulullah S.A.W. wafat, Ali R.A. jatuh pingsan, seorang sahabat yang merupakan orang Badui menengadahkan tangannya dan berdo’a “Ya Allah, mata ini sehingga aku bisa melihat rasul-Mu yang dirahmati, telinga ini sehingga aku bisa mendengar suaranya yang dirahmati, tapi sekarang dia tak ada lagi, jadi apa gunanya mata dan telinga ini?” Do’anya dikabulkan sehingga sejak saat itu dia menjadi buta.

Seorang sahabat berkata “Andai saja kita tidak perlu melihat hari ini, anda saja kita telah wafat sebelum hari ini.”

Inilah situasi umumnya bagi umat Muslim. Sekarang lihatlah situasinya untuk Abu Bakar R.A. Ketika ini terjadi, hati para sahabat hancur, mereka sangat bersedih dan berputus asa. Abu Bakar datang. Ini hari terakhir kehidupan Rasulullah S.A.W. Nabi Muhammad S.A.W. menyuruhnya untuk mengimami shalat. Dia mengimami orang-orang beriman dalam shalat. Kemudian dia datang dan meminta izin kepada Nabi Muhammad S.A.W. Dia pergi pulang ke rumahnya sebentar untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Kemudian ketika dia kembali, dia mendengar kabar bahwa Nabi Muhammad S.A.W. telah wafat. Air matanya mengalir dan kata-kata yang meluncur dari bibirnya adalah “Inna lillahi wa inna ilaihi roji’un (kita adalah milik Allah dan kepada Allah kita akan kembali).” 

Dia bergegas dan akhirnya tersadar bahwa berita ini telah membuat para sahabat hancur sampai-sampai sahabat terkuat, yaitu Umar bin Khatab R.A., dia berdiri dengan menggenggam sebuah pedang di tangannya dan berkatac“Para kafir berkata bahwa Nabi Muhammad S.A.W. telah wafat, Demi Allah dia belum meninggal. Dia belum kembali menemui Tuhannya. Demi Allah, jika siapapun mengatakan bahwa Nabi Muhammad telah meninggal, maka aku akan memenggal kepala mereka.

Jika bahkan Umar R.A. hancur, maka menurut kalian bagaimana perasaan para sahabat yang memiliki hati lembut dan sahabat-sahabat yang lemah? Jika dalam situasi seperti ini Abu Bakar hancur, maka dapat dimaklumi karena dia orang yang paling dicintai Nabi Muhammad S.A.W.

Ketika Nabi Muhammad S.A.W. ditanya “Siapa orang yang paling kau cintai?” Jawabannya adalah “Aku paling mencintai Abu Bakar.”
  1. Dia paling mencintai Nabi Muhammad S.A.W. 
  2. Dialah orang yang bersama Nabi Muhammad S.A.W. sejak masa kecil.
  3. Dialah orang pertama yang beriman kepada Nabi Muhammad S.A.W.
  4. Dialah satu-satunya yang menerima dan beriman ketika orang-orang mencelanya.  
  5. Dialah satu-satunya orang yang rumahnya selalu dikunjungi Nabi Muhammad S.A.W. setiap pagi dan sore. 
  6. Dialah orang yang sering dimintai pendapat oleh Nabi Muhammad S.A.W.
  7. Dialah orang yang paling sering bersama Nabi Muhammad S.A.W. dalam setiap momen, 
  8. Dia bersama Nabi Muhammad dalam perang Uhud, Badar, Khandaq, dan perang-perang lainnya.


Jadi dalam situasi seperti ini, jika Abu Bakar R.A. hancur maka dapat dimaklumi. Tapi lihatlah bagaimana Abu Bakar R.A. Dia datang dan meminta izin kepada istri Rasulullah (Aisyah R.A.). Dia memasuki rumahnya dan Nabi Muhammad S.A.W. berbaring di sudut ruangan dengan diselubungi kafan. Dia datang dan membuka kafannya, dia berlutut dan mencium wajah Nabi Muhammad S.A.W. yang dirahmati dan air matanya mengalir. Kemudian dia berkata “Umar bin Khatab salah. Nabi Muhammad S.A.W. telah meninggalkan dunia, dia telah meninggal. Ya Rasulullah, Allah merahmatimu.”

Ketika melihat situasi yang sulit menimpa para sahabat dan umat Muslim, dia pergi dan menuju masjid untuk berceramah dan menguatkan umat Muslim, menasihati mereka, dan menyemangati mereka kembali.

Dia berkata “Wahai sahabat-sahabatku, Nabi Muhammad S.A.W. telah memberitahu kalian bahwa dia akan pergi meninggalkan dunia ini. Allah telah berfirman pada kalian ketika Nabi Muhammad S.A.W. masih hidup. Allah juga telah berfirman bahwa kalian juga akan mati. Bukankah Allah S.W.T. telah berfirman: Segalanya akan merasakan akhir, hanya Tuhanmu yang tetap hidup. Setiap yang bernyawa akan merasakan kematian.’ Wahai orang-orang yang menyembah Allah. Allah Yang Maha Kuasa tetap hidup dan tak pernah mati. Rasulullah S.A.W. sudah wafat, takutlah kepada Allah Yang Maha Kuasa dan berpegang teguhlah kepada Islam.”

Baru setelah ceramah inilah para sahabat R.A. mulai bisa mengatasi kesedihan mereka, bahkan ketika Abu Bakar membacakan ayat-ayat Al-Qur’an, Umar R.A. berkata “Seakan-akan ayat Al-Qur'an ini belum diwahyukan sebelum ini.”

Saya akan mengakhiri tulisan ini dengan sebuah do’a. Saya berdo’a kepada Allah S.W.T. semoga Dia memberikan kita taufiq untuk mencintai Islam, untuk mencintai Nabi Muhammad S.A.W., untuk mencintai Allah S.W.T., untuk mencintai para salafush sholihin, mengikuti jalan para salaf, semoga kita selalu semangat untuk berkorban, berkomitmen, dan mengabdikan diri kepada Islam seperti yang mereka lakukan. Aamiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar