Kisah Orang Ateis yang Menyukai Shalat
Kisah ini diceritakan oleh Syekh Muhammad al-Arifi. Beliau bercerita tentang pengalaman gurunya. Berikut ini kisahnya.

Dulu aku punya guru Bahasa Inggris di Riyadh dan aku bertanya padanya tentang bagaimana dia masuk Islam, apakah dia masuk Islam di Arab Saudi atau Amerika. Dia memberitahuku bahwa dia masuk Islam di Amerika kemudian datang kesini. Dia mendakwahkan Islam kepada ibunya dan ibunya juga masuk Islam. Dia menceritakan kepadaku kisah ini:

"Kami biasa shalat di Masjid King Fahad, Los Angeles. Sebuah masjid besar di bawah pengawasan kedutaan Arab Saudi." Jadi ibunya sering shalat disana. Dan ada seorang wanita Amerika yang kadang datang pada saat shalat Maghrib atau Isya, Dia bersama jamaah wanita lainnya, suka tengak-tengok saat shalat untuk meniru gerakan shalat orang lain, jelas sekali dia tidak tahu caranya shalat.

Jadi ibuku melihatnya pada suatu hari dan berpikir mungkin dia baru masuk Islam dan tidak tahu caranya shalat. Kemudian ibuku melihatnya lagi setelah dua minggu, dan setelah tiga minggu, dia datang satu atau dua kali dalam seminggu.

Jadi pada suatu hari ibuku menghampirinya dan bertanya "Apakah kau seorang Muslim?"

Dia menjawab: "Aku bukan Muslim."

Ibuku bertanya: "Kalau begitu kenapa kau datang ke Masjid? Apakah kau mau masuk Islam?"

Dia menjawab: "Tidak, aku tidak mau masuk Islam."

"Kalau begitu, kenapa kau kesini?"

Dia berkata: "Aku menderita kegelisahan dan depresi. Aku mencoba beberapa obat tapi tak ada pengaruhnya. Jadi orang-orang berkata padaku: "Cobalah memeluk suatu agama."

Jadi aku pergi sembahyang di gereja, mereka memainkan musik dan kami bernyanyi, tapi kurasa depresiku tidak berkurang. Kemudian mereka memberitahuku untuk pergi ke kuil Buddha dan aku juga mencoba agama-agama lainnya. Akhirnya yang belum kucoba hanyalah Islam. Jadi aku mulai datang ke Masjid pada malam hari (Maghrib dan Isya) karena pada saat siang (Zuhur dan Ashar) tidak dinyanyikan dengan suara keras. Dan aku menghadiri ibadah ini karena aku suka dengan nyanyian (bacaan Quran) dari sang pendeta (Imam)."

Jadi ibuku memberitahunya: "Orang itu disebut Imam dan dia tidak menyanyikan lagu, dan itu juga bukan puisi yang ditulisnya, melainkan yang dibacakannya adalah kalimat Allah S.W.T. Dan kau dapat membaca dan mendengarkannya sendiri, carilah di internet. Ketikkan (ini dan ini) maka kau akan menemukan bacaan Al-Qur'an yang indah. Tapi apa perasaanmu saat menghadiri shalat?

Dia berkata "Ketika aku datang sebagaimana dirimu dan mendengarkan kata-kata itu, segala depresiku menghilang dan aku merasa bahagia selama 3-4 hari ke depan. Kemudian depresiku kembali lagi Jadi aku datang lagi melaksanakan ibadah dan merasa baik lagi selama 3-4 hari."

Jadi ibuku menjelaskan tentang Islam kepadanya. Aku tidak tahu apakah dia masuk Islam atau tidak. Yang menjadi poin penting adalah, wanita ini bahkan bukan Muslim tapi dia merasakan tenang dan damai saat melaksanakan shalat jamaah.

Kisah Orang Ateis yang Menyukai Shalat

Kisah Orang Ateis yang Menyukai Shalat
Kisah ini diceritakan oleh Syekh Muhammad al-Arifi. Beliau bercerita tentang pengalaman gurunya. Berikut ini kisahnya.

Dulu aku punya guru Bahasa Inggris di Riyadh dan aku bertanya padanya tentang bagaimana dia masuk Islam, apakah dia masuk Islam di Arab Saudi atau Amerika. Dia memberitahuku bahwa dia masuk Islam di Amerika kemudian datang kesini. Dia mendakwahkan Islam kepada ibunya dan ibunya juga masuk Islam. Dia menceritakan kepadaku kisah ini:

"Kami biasa shalat di Masjid King Fahad, Los Angeles. Sebuah masjid besar di bawah pengawasan kedutaan Arab Saudi." Jadi ibunya sering shalat disana. Dan ada seorang wanita Amerika yang kadang datang pada saat shalat Maghrib atau Isya, Dia bersama jamaah wanita lainnya, suka tengak-tengok saat shalat untuk meniru gerakan shalat orang lain, jelas sekali dia tidak tahu caranya shalat.

Jadi ibuku melihatnya pada suatu hari dan berpikir mungkin dia baru masuk Islam dan tidak tahu caranya shalat. Kemudian ibuku melihatnya lagi setelah dua minggu, dan setelah tiga minggu, dia datang satu atau dua kali dalam seminggu.

Jadi pada suatu hari ibuku menghampirinya dan bertanya "Apakah kau seorang Muslim?"

Dia menjawab: "Aku bukan Muslim."

Ibuku bertanya: "Kalau begitu kenapa kau datang ke Masjid? Apakah kau mau masuk Islam?"

Dia menjawab: "Tidak, aku tidak mau masuk Islam."

"Kalau begitu, kenapa kau kesini?"

Dia berkata: "Aku menderita kegelisahan dan depresi. Aku mencoba beberapa obat tapi tak ada pengaruhnya. Jadi orang-orang berkata padaku: "Cobalah memeluk suatu agama."

Jadi aku pergi sembahyang di gereja, mereka memainkan musik dan kami bernyanyi, tapi kurasa depresiku tidak berkurang. Kemudian mereka memberitahuku untuk pergi ke kuil Buddha dan aku juga mencoba agama-agama lainnya. Akhirnya yang belum kucoba hanyalah Islam. Jadi aku mulai datang ke Masjid pada malam hari (Maghrib dan Isya) karena pada saat siang (Zuhur dan Ashar) tidak dinyanyikan dengan suara keras. Dan aku menghadiri ibadah ini karena aku suka dengan nyanyian (bacaan Quran) dari sang pendeta (Imam)."

Jadi ibuku memberitahunya: "Orang itu disebut Imam dan dia tidak menyanyikan lagu, dan itu juga bukan puisi yang ditulisnya, melainkan yang dibacakannya adalah kalimat Allah S.W.T. Dan kau dapat membaca dan mendengarkannya sendiri, carilah di internet. Ketikkan (ini dan ini) maka kau akan menemukan bacaan Al-Qur'an yang indah. Tapi apa perasaanmu saat menghadiri shalat?

Dia berkata "Ketika aku datang sebagaimana dirimu dan mendengarkan kata-kata itu, segala depresiku menghilang dan aku merasa bahagia selama 3-4 hari ke depan. Kemudian depresiku kembali lagi Jadi aku datang lagi melaksanakan ibadah dan merasa baik lagi selama 3-4 hari."

Jadi ibuku menjelaskan tentang Islam kepadanya. Aku tidak tahu apakah dia masuk Islam atau tidak. Yang menjadi poin penting adalah, wanita ini bahkan bukan Muslim tapi dia merasakan tenang dan damai saat melaksanakan shalat jamaah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar