Suatu ketika, hiduplah seorang tua yang bijak. Pada suatu pagi, datanglah seorang anak muda yang sedang dirunfung banyak masalah. Langkahnya gontai dan raut muka yang ruwet. Tamu itu memang tampak seperti orang yang tak bahagia.
Tanpa membuang waktu, anak muda itu menceritakan semua masalahnya. Pak tua yang bijak mendengarkan dengan seksama. Lalu pak tua mengambil segenggam garam dan meminta tamunya untuk mengambil segelas air.
Ditaburkannya garam itu kedalam gelas, lalu diaduknya perlahan. "Coba minum ini, dan katakan bagaimana rasanya.." ujar pak tua. " Pahit. Pahit sekali", jawab anak muda sambil meludah ke samping.
Baca Juga kisah inspiratif lainnya :
- Rahasia Keutamaan Dzikir
- Cara Melatih Otak Untuk Berfikir Positif
- 7 Cara Sederhana Memotivasi Diri Sendiri
Pak tua itu sedikit tersenyum, lalu pak tua mengajak anak muda ini untuk berjalan ke tepi telaga didalam hutan dekat dengan tempat tinggalnya. Kedua orang itu berjalan berdampingan, dan akhirnya sampailah mereka ke tepi telaga yang tenang itu.
Pak tua itu, lalu kembali menaburkan segenggam garam, kedalam telaga itu. dengan sepotong kayu dibuatnya gelombang dengan mengaduk-aduk dan terciptanya riak air, air mengusik ketenangan telaga itu.
Pak tua bilang "coba ambil air dari telaga ini dan minumlah" saat anak muda itu selesai mereguk air itu, pak tua berkata lagi :"bagaimana rasanya?". "Segar" kata anak muda. "Apakah kamu merasakan garam didalam air itu?" tanya pak tua lagi. "Tidak!" jawab si anak muda.
Dengan bijak, pak tua itu menepuk-nepuk punggung si anak muda, ia lalu mengajaknya duduk berhadapan bersimpuh di samping telaga itu. "Anak muda, dengarlah.. pahitnya kehidupan layaknya segenggam garam tak lebih dan tak kurang, jumlah dan rasa pahit itu adalah sama dan memang akan tetap sama.. Tapi, kepahitan yang kita rasakan akan sangat tergantung dari wadah yang kita miliki. Kepahitan itu akan didasarkan dari perasaan tempat kita meletakkan segalanya.."
"itu semua akan tergantung pada hati, jadi pada saat kamu merasakan kepahitan dan kegagalan dalam hidup, hanya ada satu hal yang bisa kamu lakukan..Lapangkanlah dadamu menerima semuanya, luaskanlah hatimu untuk menampung semua kepahitan itu"
Pak tua itu memberikan nasihat "Perasaanmu adalah wadah itu" Perasaanmu adalah tempat itu. Kalbumu adalah tempat kamu menampung segalanya. Jadi, jangan jadikan hatimu seperti gelas.. buatlah laksana telaga yang mampu meredam setiap kepahitan itu dan merubahnya menjadi kesegaran dan kebahagiaan.
Lalu pak tua dan anak muda itu beranjak pulang, mereka sama-sama belajar hari itu. Semoga kisah ini bermanfaat, Amiin..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar