Idul Fitri merupakan waktu bagi Umat Islam untuk bergembira setelah menjalani puasa selama satu bulan. Semua orang merayakan kegembiraan itu, termasuk juga anak-anak yatim.

Terhadap anak yatim, Rasulullah merupakan sosok yang sangat sedih jika melihat ada anak yatim yang tidak bisa merayakan kegembiraan Idul Fitri. Rasulullah, bahkan pernah menjadikan anak yatim sebagai anak angkatnya.

Suatu ketika, usai melaksanakan salat Ied, Rasulullah mendapat seorang anak yatim berbaju lusuh yang menangis. Padahal, anak-anak yang lain sedang berkumpul dan berbahagia.

Mendapati hal itu, Rasulullah kemudian mendekati si anak yatim itu. Rasulullah kemudian bertanya kepada si anak yatim, "Hai anak kecil, mengapa engkau menangis dan tidak berkumpul bersama teman-temanmu?"

Si anak tidak tahu bahwa pria yang menyapanya adalah Rasulullah SAW. Si anak yatim itu menjawab pertanyaan Rasulullah dengan sesengukan. "Ya tuan, ayahku sudah meninggal dan ibuku kini telah menikah lagi. Ayah tiriku sangat kejam hingga mengusirku. Sekarang aku kelaparan, tidak punya makanan, minuman, pakaian, dan tempat tinggal. Dan hari ini aku melihat teman-teman berbahagia karena mempunyai ayah. Aku teringat musibah yang mengenai ayah sehingga aku menangis," kata si anak yatim.

Rasulullah kemudian menangis mendengar perkataan anak yatim itu. Dia langsung memeluk dan mencium kepala si anak yatim. 

"Hai anak kecil, maukah engkau sebut aku sebagai ayah, Aisyah sebagai ibumu, Ali sebagai pamanmu, Hasan dan Husein sebagai saudaramu, dan Fatimah sebagai saudara perempuanmu?" tanya Rasulullah.

Raut muka si anak yatim itu menjadi cerah. Dia sangat senang diangkat sebagai anak oleh Rasulullah. Kemudian, Rasulullah mengajak pulang si anak yatim itu dan memberikannya pakaian bagus, kemudian mengajaknya makan bersama.

Si nak merasa sangat gembira. Usai makan, dia langsung menemui teman-temannya untuk bermain.

Teman-temannya pun merasa heran dengan si anak yatim. "Sebelumnya engkau selalu menangis, mengapa engkau sangat gembira sekarang?' tanya teman-temannya.

Dengan ceria, si anak yatim kemudian menjawab, "Aku sebelumnya lapar, kini aku kenyang. Dulu aku adalah yatim, tapi kini aku sudah punya ayah, Rasulullah, ibuku adalah Aisyah, Ali adalah pamanku, Hasan dan Husein adalah saudaraku, dan Fatimah adalah saudara perempuanku."

Tetapi, kegembiraan si anak yatim tidak berlangsung lama. Ini karena Rasulullah kemudian meninggal.

"Kini aku tak punya keluarga lagi. Ayahku, Rasulullah telah meninggal," kata si anak yatim.

Hal itu terdengar oleh Abu Bakar As Shiddiq. Dia langsung menampung anak yatim itu di rumahnya.

Rasulullah dan kesedihan seorang anak yatim


Idul Fitri merupakan waktu bagi Umat Islam untuk bergembira setelah menjalani puasa selama satu bulan. Semua orang merayakan kegembiraan itu, termasuk juga anak-anak yatim.

Terhadap anak yatim, Rasulullah merupakan sosok yang sangat sedih jika melihat ada anak yatim yang tidak bisa merayakan kegembiraan Idul Fitri. Rasulullah, bahkan pernah menjadikan anak yatim sebagai anak angkatnya.

Suatu ketika, usai melaksanakan salat Ied, Rasulullah mendapat seorang anak yatim berbaju lusuh yang menangis. Padahal, anak-anak yang lain sedang berkumpul dan berbahagia.

Mendapati hal itu, Rasulullah kemudian mendekati si anak yatim itu. Rasulullah kemudian bertanya kepada si anak yatim, "Hai anak kecil, mengapa engkau menangis dan tidak berkumpul bersama teman-temanmu?"

Si anak tidak tahu bahwa pria yang menyapanya adalah Rasulullah SAW. Si anak yatim itu menjawab pertanyaan Rasulullah dengan sesengukan. "Ya tuan, ayahku sudah meninggal dan ibuku kini telah menikah lagi. Ayah tiriku sangat kejam hingga mengusirku. Sekarang aku kelaparan, tidak punya makanan, minuman, pakaian, dan tempat tinggal. Dan hari ini aku melihat teman-teman berbahagia karena mempunyai ayah. Aku teringat musibah yang mengenai ayah sehingga aku menangis," kata si anak yatim.

Rasulullah kemudian menangis mendengar perkataan anak yatim itu. Dia langsung memeluk dan mencium kepala si anak yatim. 

"Hai anak kecil, maukah engkau sebut aku sebagai ayah, Aisyah sebagai ibumu, Ali sebagai pamanmu, Hasan dan Husein sebagai saudaramu, dan Fatimah sebagai saudara perempuanmu?" tanya Rasulullah.

Raut muka si anak yatim itu menjadi cerah. Dia sangat senang diangkat sebagai anak oleh Rasulullah. Kemudian, Rasulullah mengajak pulang si anak yatim itu dan memberikannya pakaian bagus, kemudian mengajaknya makan bersama.

Si nak merasa sangat gembira. Usai makan, dia langsung menemui teman-temannya untuk bermain.

Teman-temannya pun merasa heran dengan si anak yatim. "Sebelumnya engkau selalu menangis, mengapa engkau sangat gembira sekarang?' tanya teman-temannya.

Dengan ceria, si anak yatim kemudian menjawab, "Aku sebelumnya lapar, kini aku kenyang. Dulu aku adalah yatim, tapi kini aku sudah punya ayah, Rasulullah, ibuku adalah Aisyah, Ali adalah pamanku, Hasan dan Husein adalah saudaraku, dan Fatimah adalah saudara perempuanku."

Tetapi, kegembiraan si anak yatim tidak berlangsung lama. Ini karena Rasulullah kemudian meninggal.

"Kini aku tak punya keluarga lagi. Ayahku, Rasulullah telah meninggal," kata si anak yatim.

Hal itu terdengar oleh Abu Bakar As Shiddiq. Dia langsung menampung anak yatim itu di rumahnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar