Pemuda ini lebih memilih Muhammad daripadanya orangtuanya sendiri |
Muhammad memiliki seorang budak yang ditebus dan dihadiahkan oleh istrinya di hari pernikahan mereka. Dia adalah Zayd yang berusia 15 tahun, memiliki ayah dan ibu yang berasal dari tempat terpandang pada masa itu yaitu Kalb dan Tayy. Takdirnya bisa menjadi budak ialah dikarenakan pada suatu waktu keluarganya kedatangan rampok yang juga menculik serta menjual dirinya menjadi budak di Makkah.
Setelah menjadi pelayan Muhammad, Zayd menantikan orang-orang dari suku ayahnya mengunjungi kakbah ketika musim haji. Ia menitipkan pesan dalam bentuk syair kepada rombongan haji dari Kalb. Maka sekembalinya jamaah ini ke asalnya, tersampaikanlah kabar tentang keberadaan Zayd ini ke telinga sang ayah, Haritsah.
Mendengar kabar itu, berangkatlah Haritsah ke Makkah ditemani seorang saudaranya Ka'b menemui Muhammad dengan maksud menebus putranya dengan harga berapapun. Namun, dikutip brilio.net dari buku Muhammad, Kisah Hidup Nabi Berdsarkan Sumber Klasik karya Martin Lings, bahwasanya sang nabi tidak langsung memberikannya.
Muhammad menawarkan, "Biarkanlah ia memilih. Jika ia memilihmu, ia akan menjadi milikmu tanpa tebusan. Tapi, jika ia memilihku, aku tidak akan menolak siapa saja yang memilihku."
Zayd yang telah mengenali ayah dan pamannya itu, ketika diminta memilih bersama Muhammad atau keluarganya, ternyata dengan mantap menjawab, "Aku tidak akan memilih siapapun selain engkau. Bagiku, engkau laksana ayah dan ibu," jawabnya kepada Muhammad.
Tentu saja kedua orang dari Kalb tadi protes keras, namun Zayd yang mengakui bahwa betapa baiknya majikannya itu mengatakan pada ayahnya, "Aku telah menyaksikan dari dia (Muhammad) sesuatu yang membuatku tidak dapat memilih siapapun selainnya."
Muhammad lantas membawa mereka menuju Ka'bah sebelum pertengkaran lebih lanjut terjadi. Di situ, Muhammad mengangkat Zayd sebagai anak yang kelak akan mendapat warisan dari dirinya. Sejak itu, bebaslah remaja itu dari perbudakan, ia lantas dikenal dengan nama Zayd bin Muhammad. Nama ini dipakai lama sampai turunnya wahyu yang berisi perintah anak angkat harus menggunakan nama keluarga kandung agar jelas siapa keluarga yang punya hubungan darah dengannya, yaitu Al Ahzab ayat 4-5.
Sang ayah meskipun tak mendapatkan Zayd namun merasa bangga karena anaknya mendapat tempat yang baik dan dimuliakan oleh penduduk Makkah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar