Pria Buta Ini Rela Berjalan Jauh Jualan Sapu Dan Tidur Di Masjid, Demi Menafkahi Keluarga
Seorang laki- laki jika menikahi seorang wanita, maka wajib baginya memberinya nafkah, Allah SWT berfirman: ‘’Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya dengan cara yang ma’ruf.’’ (QS.Al-Baqarah 228)

Ibnu Katsir berkata,’’maksudnya, para istri mempunyai hak diberi nafkah oleh suaminya yang seimbang dengan hak suami yang diberikan oleh istrinya, maka hendaklah masing- masing menunaikan kewajibannya dengan cara yang makruf, dan hal itu mencakup kewajiban suami memberi nafkah istrinya, sebagaimana hak- hak lainnya .’’  (Tafsir al-Qur’anil Adhim 1/272)

Pria Buta Ini Rela Berjalan Jauh Jualan Sapu Dan Tidur Di Masjid, Demi Menafkahi Keluarga
Sebagai seorang suami yang notebene adalah kepala keluarga memang harus bertanggung jawab memberikan nafkah pada anak dan istrinya. Meskipun seorang suami tersebut tunanetra atau tidak bisa melihat.

Hal itulah yang selalu dipegang teguh oleh Bapak Muhammad (52) asal Kebumen, Jawa Tengah, walaupun dia harus berjuang keras untuk memenuhi kewajiban tersebut. Penyandang tunanetra ini sama sekali tak pernah patah semangat demi menghidupi keluarganya.

Bapak Muhammad yang buta sejak lahir itu setiap harinya berjualan kipas tradisional dan sapu ijuk di Pasar Beringharjo, Yogyakarta. Ketika ditemui di sekitar Pasar Beringharjo, Lelaki yang biasa disapa Pak Muh itu sedang melayani seorang pembeli yang hendak membeli sapu.

"Saya sudah berjualan disini sejak tahun 86, tinggalnya juga di masjid pasar sini. Jualan di Yogya karena di daerah asal saya Kebumen, Penjualannya tidak seramai seperti disini," terangnya.

Beliau yang telah dikaruniai 3 putra tersebut juga harus rela berpisah dengan keluarganya demi mencari nafkah, merantau di Yogyakarta.

Walaupun keuntungannya tak begitu besar namun cukup untuk menafkahi anak-istrinya.

"Pendapatan sehari ya nggak tentu mas, Namanya juga rejeki, sudah ada yang ngatur, Tapi kalau dirata-ratakan sekitar Rp. 25 ribu, Alhamdulillah cukup untuk memenuhi kebutuhan istri dan anak-anak saya di Kebumen sana," jelasnya.

Lalu bagaimana caranya ia bisa sampai ke Yogyakarta? Padahal ia seorang tunanetra?

Bapak Muhammad yang penampilannya selalu memakai peci hitam tersebut menjelaskan jika ia sudah terbiasa sejak dari dulu naik angkutan bis umum.

"Pulang pergi naik bis, pulang ke Kebumen jika dagangannya sudah habis. Nanti kembali ke Yogya lagi setelah kulakan (beli barang dagangan baru, red)" tuturnya.

Beliau bersyukur walaupun dirinya tunanetra, Namun tak ada orang yang tega menipunya. "Alhamdulillah, saya tak pernah ditipu oleh pembeli, Dari bentuk uang saya sebenarnya bisa menebak nominalnya" ucapnya dengan penuh syukur.

Pria Buta Ini Rela Berjalan Jauh Jualan Sapu Dan Tidur Di Masjid, Demi Menafkahi Keluarga

Pria Buta Ini Rela Berjalan Jauh Jualan Sapu Dan Tidur Di Masjid, Demi Menafkahi Keluarga
Seorang laki- laki jika menikahi seorang wanita, maka wajib baginya memberinya nafkah, Allah SWT berfirman: ‘’Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya dengan cara yang ma’ruf.’’ (QS.Al-Baqarah 228)

Ibnu Katsir berkata,’’maksudnya, para istri mempunyai hak diberi nafkah oleh suaminya yang seimbang dengan hak suami yang diberikan oleh istrinya, maka hendaklah masing- masing menunaikan kewajibannya dengan cara yang makruf, dan hal itu mencakup kewajiban suami memberi nafkah istrinya, sebagaimana hak- hak lainnya .’’  (Tafsir al-Qur’anil Adhim 1/272)

Pria Buta Ini Rela Berjalan Jauh Jualan Sapu Dan Tidur Di Masjid, Demi Menafkahi Keluarga
Sebagai seorang suami yang notebene adalah kepala keluarga memang harus bertanggung jawab memberikan nafkah pada anak dan istrinya. Meskipun seorang suami tersebut tunanetra atau tidak bisa melihat.

Hal itulah yang selalu dipegang teguh oleh Bapak Muhammad (52) asal Kebumen, Jawa Tengah, walaupun dia harus berjuang keras untuk memenuhi kewajiban tersebut. Penyandang tunanetra ini sama sekali tak pernah patah semangat demi menghidupi keluarganya.

Bapak Muhammad yang buta sejak lahir itu setiap harinya berjualan kipas tradisional dan sapu ijuk di Pasar Beringharjo, Yogyakarta. Ketika ditemui di sekitar Pasar Beringharjo, Lelaki yang biasa disapa Pak Muh itu sedang melayani seorang pembeli yang hendak membeli sapu.

"Saya sudah berjualan disini sejak tahun 86, tinggalnya juga di masjid pasar sini. Jualan di Yogya karena di daerah asal saya Kebumen, Penjualannya tidak seramai seperti disini," terangnya.

Beliau yang telah dikaruniai 3 putra tersebut juga harus rela berpisah dengan keluarganya demi mencari nafkah, merantau di Yogyakarta.

Walaupun keuntungannya tak begitu besar namun cukup untuk menafkahi anak-istrinya.

"Pendapatan sehari ya nggak tentu mas, Namanya juga rejeki, sudah ada yang ngatur, Tapi kalau dirata-ratakan sekitar Rp. 25 ribu, Alhamdulillah cukup untuk memenuhi kebutuhan istri dan anak-anak saya di Kebumen sana," jelasnya.

Lalu bagaimana caranya ia bisa sampai ke Yogyakarta? Padahal ia seorang tunanetra?

Bapak Muhammad yang penampilannya selalu memakai peci hitam tersebut menjelaskan jika ia sudah terbiasa sejak dari dulu naik angkutan bis umum.

"Pulang pergi naik bis, pulang ke Kebumen jika dagangannya sudah habis. Nanti kembali ke Yogya lagi setelah kulakan (beli barang dagangan baru, red)" tuturnya.

Beliau bersyukur walaupun dirinya tunanetra, Namun tak ada orang yang tega menipunya. "Alhamdulillah, saya tak pernah ditipu oleh pembeli, Dari bentuk uang saya sebenarnya bisa menebak nominalnya" ucapnya dengan penuh syukur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar