Besarnya Cinta Abu Bakar Ash-Shiddiq R.A. Kepada Nabi Muhammad S.A.W
Inilah mengapa dia disebut Shiddiq. Dia memeluk Islam tanpa takut dengan bencana yang akan menimpanya dan semua masalah yang akan dia hadapi. Karena keimanannya yang begitu besar, tidak ada rasa takut di dalam hatinya. Hal ini terbukti ketika dia mendatangi Nabi Muhammad S.A.W. dan berkata “Ya Rasulullah S.A.W., kita harus berdakwah terang-terangan.”

Nabi Muhammad S.A.W. menjelaskan “Ya Abu Bakar, bukan sekarang waktunya. Jumlah umat Muslim masih sangat sedikit di Mekkah. Biarlah kita jadi kuat dahulu, barulah kita menyampaikan pesan Allah secara terang-terangan.”

Abu Bakar R.A. terus memaksa sampai akhirnya Nabi Muhammad S.A.W. memberikan izin, padahal baru ada 39 Muslim yang ada di muka bumi waktu itu. Kemudian Abu Bakar R.A. pergi ke Masjidil Haram, di hadapan orang-orang kafir dan pemimpin mereka, dia menyampaikan dakwahnya secara terang-terangan. 

Ketika dia baru mulai berdakwah, orang-orang kafir menerjangnya dan memukulinya, menendangnya, menginjak-injaknya. Abu Bakar menerima begitu banyak pukulan sampai-sampai di dalam hadist dikatakan “Abu Bakar R.A. bersimbah darah dari ujung kepala hingga ujung jari.”Mereka memukulinya sampai dia pingsan dan setiap orang yang ada di Masjidil Haram merasa bahwa Abu Bakar tidak mungkin bertahan hidup setelah penyerangan ini, sampai-sampai anggota klan-nya datang dan membawanya, dan mereka berseru di Masjidil Haram bahwa jika Abu Bakar meninggal, maka klannya akan membunuh Utbah bin Rabiah karena telah mendalangi penyerangan ini.

Abu Bakar R.A. tidak sadarkan diri. Keluarganya berusaha membuatnya sadar namun dia tetap tak sadarkan diri. Di sepanjang hari sampai sore hampir berakhir, dia tetap tak sadarkan diri. Dan akhirnya ketika dia siuman, hadist mencatat bahwa kata-kata pertamanya adalah “Wahai keluargaku, katakan bagaimana keadaan Nabi Muhammad S.A.W.?”

Anggota keluarganya dan anggota klannya mendiskusikan hal ini... Sepanjang hari Abu Bakar berada dalam keadaan sekarat, dia dipukuli dengan begitu beringas, semua ini terjadi karena rasa cintanya kepada Muhammad bin Abdullah S.A.W. Dia baru siuman dan masih lemah, tapi satu-satunya orang yang dia pikirkan adalah Muhammad S.A.W. Dia terus-menerus bertanya “Wahai ibu, katakan padaku bagaimana keadaan Rasulullah S.A.W.?” Ketika ibunya memberitahunya “Aku tidak tahu bagaimana keadaan sahabatmu.”

Dia berkata “Pergilah ke Ummi Jamil (saudara Umar) yang juga telah masuk Islam, pergilah kepadanya dan tanyakan padanya, dia telah masuk Islam secara sembunyi-sembunyi.” Ketika ibunya pergi kepada Ummi Jamil, dia berkata “Aku tidak tahu apa yang kau bicarakan, aku tidak kenal siapa itu Abu Bakar, dan aku tidak kenal dengan Muhammad bin Abdullah.”

Meski berkata begitu, dia datang untuk melihat keadaan Abu Bakar R.A., dan ketika dia melihatnya dalam keadaan sekarat, dia tidak dapat menyembunyikan keimanannya, dia mulai menjerit dan menangis, dan Abu Bakar berkata “Ya Ummi Jamil, kau telah melihat Rasulullah S.A.W., katakan padaku bagaimana keadaan Rasulullah?” Ketika dia diberitahu bahwa Rasulullah S.A.W. baik-baik saja dan sedang berada di Darul Arqa, dia tidak tenang dan bersumpah “Demi Allah, aku tidak akan makan dan minum sampai aku melihat wajah Rasulullah S.A.W., sampai aku melihat bahwa Nabi Muhammad S.A.W. baik-baik saja dan berada di tempat yang aman.” Ibunya khawatir karena Abu Bakar R.A. tidak mau makan dan minum, dan ibunya tahu bahwa tidak mungkin dia membatalkan sumpahnya karena dia telah menyebut nama Allah.

Karena Abu Bakar R.A. masih lemah dan jalan terlihat aman, maka ibunya membawanya ke tempat Rasulullah S.A.W. Dan ketika dia melihat wajah Rasulullah S.A.W. yang dirahmati, dia merasa tenang. Dia mendekap Nabi Muhammad S.A.W. dan menangis sedalam-dalamnya, sehingga Nabi Muhammad S.A.W. juga ikut menangis. dan semua sahabat dan para Muslim lemah yang ada disana juga ikut menangis. Kemudian dia bertanya “Ya Rasulullah S.A.W., ini adalah ibuku, dia selalu merawatku dengan baik, kau adalah orang yang dirahmati. Ya Rasulullah, undanglah dia ke dalam Islam dan berdo’alah kepada Allah S.W.T. agar mengabulkan do'amu dan menyelamatkan ibuku dari api neraka.” Nabi Muhammad S.A.W. mengangkat tangannya dan kemudian ibunya Abu Bakar R.A. mengucapkan kalimat La ilaha ilallah muhammadar rasulullah.

Karena keberaniannya, Ali R.A. berkata “Hanya satu jam bersama Abu Bakar lebih baik daripada seluruh bumi yang dipenuhi orang-orang beriman seperti orang-orang beriman pada masa Fir’aun.” Hari ini ada milyaran umat Muslim. Kemudian terjadi peristiwa 9/11 dan kita mulai kehilangan identitas kita. Tiba-tiba umat Islam yang kuat menjadi lemah, mereka mencukur jenggotnya, mereka melepaskan identitas muslimnya. Padahal pada masa itu belum ada milyaran Muslim, baru ada 39 Muslim di muka bumi ketika Abu Bakar R.A. menyatakan keimanannya secara terbuka dan berdakwah/menyampaikan pesan Allah di antara orang-orang kafir.

Segalanya dia korbankan untuk Islam, dia mengorbankan kekayaannya untuk Islam, dia mengorbankan anak dan istrinya untuk Islam, bahkan dia tidak menyisakan apa-apa untuknya, dia menyumbangkan semuanya untuk Islam.

Dalam hadist Imam Abu Daud, Imam Tirmidzi, dan Imam Hakim, derajat hadist ini hasan sahih. Umar R.A. meriwayatkan bahwa pada suatu ketika ada perkumpulan di masjid bersama Nabi Muhammad S.A.W. Nabi Muhammad S.A.W. meminta kepada para sahabat R.A. untuk bersedekah di jalan Allah S.W.T. Nabi Muhammad S.A.W. butuh dana untuk mempersiapkan para Mujahidin dan mengirim mereka untuk melawan orang-orang kafir di Tabuk. Tabuk berjarak sekitar 700 km dari Madinah. Umar R.A. berkata “Aku begitu bahagia ketika Nabi Muhammad S.A.W. mengumumkan ini karena pada waktu itu aku mempunyai kekayaan. Dan aku berpikir bahwa hari inilah kesempatanku untuk mengalahkan Abu Bakar dalam berbuat kebaikan. Aku akan mengalahkan Abu Bakar karena dia tidak punya harta benda yang banyak, sehingga aku dapat menyumbang lebih banyak di jalan Allah S.W.T. Kemudian aku pulang ke rumah dan menceritakan hal ini kepada istriku. Dan segala yang kami punya, aku membaginya dengan takaran yang sama. Aku meninggalkan setengah hartaku untuk keluargaku, kemudian setengahnya lagi kupikul dengan bahuku ke masjid. Ketika Nabi Muhammad S.A.W. melihatku membawa harta benda di bahuku, dia bertanya: ‘Ya Umar, apa yang kau bawakan untukku dan apa yang kau tinggalkan untuk keluargamu?’”

Aku menjawab “Ya Rasulullah S.A.W., aku telah meninggalkan sesuatu untuk mereka.” Rasulullah S.A.W. bertanya “Ya Umar, apa yang kau tinggalkan?” Aku menjawab “Ya Rasulullah S.A.W., aku membagi segala yang kupunya dalam dua bagian. Aku meninggalkan setengah untuk keluargaku, dan aku memberikan setengahnya lagi untuk Allah dan rasul-Nya S.A.W.” Kemudian datanglah Abu Bakar dan dia membawa harta bendanya di bahunya. Aku tersenyum dan berkata dalam hati, “Hari ini aku dapat mengalahkan Abu Bakar R.A. dalam melakukan kebaikan dan bersedekah di jalan Allah S.W.T.”  Ketika Rasulullah S.A.W. melihat Abu Bakar R.A. membawa hartanya, Rasulullah S.A.W. bertanya “Ya Abu Bakar, apa yang kau bawakan untukku dan apa yang kau tinggalkan untuk keluargamu?”

Abu Bakar R.A. menjawab “Ya Rasulullah S.A.W., segala hal yang dimiliki tangan ini telah kubawakan untukmu dan aku meninggalkan Allah dan rasul-Nya untuk keluargaku. Allah yang akan menjaga keluargaku.” Segala harta yang dimilikinya dia korbankan untuk Islam.

Ketika Abu Bakar R.A. masuk Islam, dia mempunyai 40.000 dinar. Pada saat memeluk Islam hingga berhijrah, dia telah membelanjakan 35.000 dinar, bukan untuk dirinya, namun untuk Islam dan Nabi Muhammad S.A.W. Apa yang terjadi dengan 5.000 dinar sisanya? Dengarkanlah putrinya (Asma binti Abu Bakar)  meriwayatkan.

Besarnya Cinta Abu Bakar Ash-Shiddiq R.A. Kepada Nabi Muhammad S.A.W (3)

Besarnya Cinta Abu Bakar Ash-Shiddiq R.A. Kepada Nabi Muhammad S.A.W
Inilah mengapa dia disebut Shiddiq. Dia memeluk Islam tanpa takut dengan bencana yang akan menimpanya dan semua masalah yang akan dia hadapi. Karena keimanannya yang begitu besar, tidak ada rasa takut di dalam hatinya. Hal ini terbukti ketika dia mendatangi Nabi Muhammad S.A.W. dan berkata “Ya Rasulullah S.A.W., kita harus berdakwah terang-terangan.”

Nabi Muhammad S.A.W. menjelaskan “Ya Abu Bakar, bukan sekarang waktunya. Jumlah umat Muslim masih sangat sedikit di Mekkah. Biarlah kita jadi kuat dahulu, barulah kita menyampaikan pesan Allah secara terang-terangan.”

Abu Bakar R.A. terus memaksa sampai akhirnya Nabi Muhammad S.A.W. memberikan izin, padahal baru ada 39 Muslim yang ada di muka bumi waktu itu. Kemudian Abu Bakar R.A. pergi ke Masjidil Haram, di hadapan orang-orang kafir dan pemimpin mereka, dia menyampaikan dakwahnya secara terang-terangan. 

Ketika dia baru mulai berdakwah, orang-orang kafir menerjangnya dan memukulinya, menendangnya, menginjak-injaknya. Abu Bakar menerima begitu banyak pukulan sampai-sampai di dalam hadist dikatakan “Abu Bakar R.A. bersimbah darah dari ujung kepala hingga ujung jari.”Mereka memukulinya sampai dia pingsan dan setiap orang yang ada di Masjidil Haram merasa bahwa Abu Bakar tidak mungkin bertahan hidup setelah penyerangan ini, sampai-sampai anggota klan-nya datang dan membawanya, dan mereka berseru di Masjidil Haram bahwa jika Abu Bakar meninggal, maka klannya akan membunuh Utbah bin Rabiah karena telah mendalangi penyerangan ini.

Abu Bakar R.A. tidak sadarkan diri. Keluarganya berusaha membuatnya sadar namun dia tetap tak sadarkan diri. Di sepanjang hari sampai sore hampir berakhir, dia tetap tak sadarkan diri. Dan akhirnya ketika dia siuman, hadist mencatat bahwa kata-kata pertamanya adalah “Wahai keluargaku, katakan bagaimana keadaan Nabi Muhammad S.A.W.?”

Anggota keluarganya dan anggota klannya mendiskusikan hal ini... Sepanjang hari Abu Bakar berada dalam keadaan sekarat, dia dipukuli dengan begitu beringas, semua ini terjadi karena rasa cintanya kepada Muhammad bin Abdullah S.A.W. Dia baru siuman dan masih lemah, tapi satu-satunya orang yang dia pikirkan adalah Muhammad S.A.W. Dia terus-menerus bertanya “Wahai ibu, katakan padaku bagaimana keadaan Rasulullah S.A.W.?” Ketika ibunya memberitahunya “Aku tidak tahu bagaimana keadaan sahabatmu.”

Dia berkata “Pergilah ke Ummi Jamil (saudara Umar) yang juga telah masuk Islam, pergilah kepadanya dan tanyakan padanya, dia telah masuk Islam secara sembunyi-sembunyi.” Ketika ibunya pergi kepada Ummi Jamil, dia berkata “Aku tidak tahu apa yang kau bicarakan, aku tidak kenal siapa itu Abu Bakar, dan aku tidak kenal dengan Muhammad bin Abdullah.”

Meski berkata begitu, dia datang untuk melihat keadaan Abu Bakar R.A., dan ketika dia melihatnya dalam keadaan sekarat, dia tidak dapat menyembunyikan keimanannya, dia mulai menjerit dan menangis, dan Abu Bakar berkata “Ya Ummi Jamil, kau telah melihat Rasulullah S.A.W., katakan padaku bagaimana keadaan Rasulullah?” Ketika dia diberitahu bahwa Rasulullah S.A.W. baik-baik saja dan sedang berada di Darul Arqa, dia tidak tenang dan bersumpah “Demi Allah, aku tidak akan makan dan minum sampai aku melihat wajah Rasulullah S.A.W., sampai aku melihat bahwa Nabi Muhammad S.A.W. baik-baik saja dan berada di tempat yang aman.” Ibunya khawatir karena Abu Bakar R.A. tidak mau makan dan minum, dan ibunya tahu bahwa tidak mungkin dia membatalkan sumpahnya karena dia telah menyebut nama Allah.

Karena Abu Bakar R.A. masih lemah dan jalan terlihat aman, maka ibunya membawanya ke tempat Rasulullah S.A.W. Dan ketika dia melihat wajah Rasulullah S.A.W. yang dirahmati, dia merasa tenang. Dia mendekap Nabi Muhammad S.A.W. dan menangis sedalam-dalamnya, sehingga Nabi Muhammad S.A.W. juga ikut menangis. dan semua sahabat dan para Muslim lemah yang ada disana juga ikut menangis. Kemudian dia bertanya “Ya Rasulullah S.A.W., ini adalah ibuku, dia selalu merawatku dengan baik, kau adalah orang yang dirahmati. Ya Rasulullah, undanglah dia ke dalam Islam dan berdo’alah kepada Allah S.W.T. agar mengabulkan do'amu dan menyelamatkan ibuku dari api neraka.” Nabi Muhammad S.A.W. mengangkat tangannya dan kemudian ibunya Abu Bakar R.A. mengucapkan kalimat La ilaha ilallah muhammadar rasulullah.

Karena keberaniannya, Ali R.A. berkata “Hanya satu jam bersama Abu Bakar lebih baik daripada seluruh bumi yang dipenuhi orang-orang beriman seperti orang-orang beriman pada masa Fir’aun.” Hari ini ada milyaran umat Muslim. Kemudian terjadi peristiwa 9/11 dan kita mulai kehilangan identitas kita. Tiba-tiba umat Islam yang kuat menjadi lemah, mereka mencukur jenggotnya, mereka melepaskan identitas muslimnya. Padahal pada masa itu belum ada milyaran Muslim, baru ada 39 Muslim di muka bumi ketika Abu Bakar R.A. menyatakan keimanannya secara terbuka dan berdakwah/menyampaikan pesan Allah di antara orang-orang kafir.

Segalanya dia korbankan untuk Islam, dia mengorbankan kekayaannya untuk Islam, dia mengorbankan anak dan istrinya untuk Islam, bahkan dia tidak menyisakan apa-apa untuknya, dia menyumbangkan semuanya untuk Islam.

Dalam hadist Imam Abu Daud, Imam Tirmidzi, dan Imam Hakim, derajat hadist ini hasan sahih. Umar R.A. meriwayatkan bahwa pada suatu ketika ada perkumpulan di masjid bersama Nabi Muhammad S.A.W. Nabi Muhammad S.A.W. meminta kepada para sahabat R.A. untuk bersedekah di jalan Allah S.W.T. Nabi Muhammad S.A.W. butuh dana untuk mempersiapkan para Mujahidin dan mengirim mereka untuk melawan orang-orang kafir di Tabuk. Tabuk berjarak sekitar 700 km dari Madinah. Umar R.A. berkata “Aku begitu bahagia ketika Nabi Muhammad S.A.W. mengumumkan ini karena pada waktu itu aku mempunyai kekayaan. Dan aku berpikir bahwa hari inilah kesempatanku untuk mengalahkan Abu Bakar dalam berbuat kebaikan. Aku akan mengalahkan Abu Bakar karena dia tidak punya harta benda yang banyak, sehingga aku dapat menyumbang lebih banyak di jalan Allah S.W.T. Kemudian aku pulang ke rumah dan menceritakan hal ini kepada istriku. Dan segala yang kami punya, aku membaginya dengan takaran yang sama. Aku meninggalkan setengah hartaku untuk keluargaku, kemudian setengahnya lagi kupikul dengan bahuku ke masjid. Ketika Nabi Muhammad S.A.W. melihatku membawa harta benda di bahuku, dia bertanya: ‘Ya Umar, apa yang kau bawakan untukku dan apa yang kau tinggalkan untuk keluargamu?’”

Aku menjawab “Ya Rasulullah S.A.W., aku telah meninggalkan sesuatu untuk mereka.” Rasulullah S.A.W. bertanya “Ya Umar, apa yang kau tinggalkan?” Aku menjawab “Ya Rasulullah S.A.W., aku membagi segala yang kupunya dalam dua bagian. Aku meninggalkan setengah untuk keluargaku, dan aku memberikan setengahnya lagi untuk Allah dan rasul-Nya S.A.W.” Kemudian datanglah Abu Bakar dan dia membawa harta bendanya di bahunya. Aku tersenyum dan berkata dalam hati, “Hari ini aku dapat mengalahkan Abu Bakar R.A. dalam melakukan kebaikan dan bersedekah di jalan Allah S.W.T.”  Ketika Rasulullah S.A.W. melihat Abu Bakar R.A. membawa hartanya, Rasulullah S.A.W. bertanya “Ya Abu Bakar, apa yang kau bawakan untukku dan apa yang kau tinggalkan untuk keluargamu?”

Abu Bakar R.A. menjawab “Ya Rasulullah S.A.W., segala hal yang dimiliki tangan ini telah kubawakan untukmu dan aku meninggalkan Allah dan rasul-Nya untuk keluargaku. Allah yang akan menjaga keluargaku.” Segala harta yang dimilikinya dia korbankan untuk Islam.

Ketika Abu Bakar R.A. masuk Islam, dia mempunyai 40.000 dinar. Pada saat memeluk Islam hingga berhijrah, dia telah membelanjakan 35.000 dinar, bukan untuk dirinya, namun untuk Islam dan Nabi Muhammad S.A.W. Apa yang terjadi dengan 5.000 dinar sisanya? Dengarkanlah putrinya (Asma binti Abu Bakar)  meriwayatkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar