![]() |
Masya Allah.. Dua Mualaf Jerman Dakwah 'On The Street' Mengajak Kepada Islam dengan Membagikan Al-Quran |
Dua mualaf Jerman berdakwah 'on the street' mengajak orang-orang kepada Islam dengan membagikan al-Quran terjemahan bahasa Jerman.
Masya Allah....
Semangat dakwah mereka yang baru memeluk Islam seakan menampar kita-kita yang sudah Islam sejak lahir.
وَمَنۡ أَحۡسَنُ قَوۡلاً۬ مِّمَّن دَعَآ إِلَى ٱللَّهِ وَعَمِلَ صَـٰلِحً۬ا وَقَالَ إِنَّنِى مِنَ ٱلۡمُسۡلِمِينَ
Dan siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh dan berkata: "Sesungguhnya aku termasuk orang-orang Muslim". (QS Fushilat[41]: 33)
___
*Sumber foto: twitter @masajid_germany
Masya Allah.. Dua Mualaf Jerman Dakwah 'On The Street' Mengajak Kepada Islam dengan Membagikan Al-Quran
By Unknown
Allahhu Akbar !! 34 Tahun Buta Ibu Ini Sembuh Dengan Terapi Al-Qur'an |
Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al-Qur’an itu adalah benar. Tiadakah cukup bahwa sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?” (Fushilat 41 : 53)
Kedahsyatan teraphy penyembuhan dengan Al Quran kembali Allah tunjukan di Pelatihan RehabHati QuranicHealing yang digelar secara exclusive (300an Peserta dari PPA Darul Quran Yusuf Mansur Makassar, Mahasiswa/i Unhas dan Umum) di Makasar Minggu (26/01/2014) dimana seorang ibu yang menderita kebutaan selama 34Tahun sembuh seketika ketika diteraphy.
Ibu berusia 64 tahun itu terlihat antusias menyaksikan pelatihan RHQH itu dari awal hingga akhir, bibirnya diam namun hatinya bergemuruh penuh harap dan kesabaran. Adakah keajaiban itu hari ini datang? Anaknya yang sedari tadi ikut berpartisipasi saat ustad Perdana Ahmad membuka workshop, membisiki saya yang saat itu melakukan closing (sesi ruqyah massal dan teraphy langsung kepada pasien yang diruqyah massal) agar meruqyah ibu tercintanya. Konseling berlalu kurang dari 5 menit, karena peserta lain antri ingin merasakan sensasi ruqyah langsung.
eraphy dimulai dengan menyentuh kepala bagian belakang sambil membacakan surah al Hasyr 21 sebanyak 2 kali dan saya tiupkan ke wajahnya. Setelah itu saya bimbing ibu agar berdoa dalam hatinya, doa menyerupai komitment atau nadzar dan permohonan agar Alllah membukakan penglihatannya secara sempurna agar bisa baca al Quran.
Kemudian saya mulai membaca surah al Mulk, diayat ke 7 tangan ibu yang buta itu mulai mencari anaknya. Dan anaknya menggenggam erat penuh doa. Saya terus membacakan hingga ayat ke 10dan si ibu mulai lemas dan terjatuh telentang dari duduknya. Saya tutup matanya dengan tangan kanannya dan saya baca hingga ayat 11. Tangan kiri ibu mengusap-ngusap dadanya. Setelah itu saya tiup wajahnya..
"Ada halilintar.." Ibu bergumam, mengatakan ada cahaya halilintar dimatanya. Saya bimbing dia untuk bertakbir dan kemudian saya tiup. Mataya terbuka dan dia menangis menatap wajah anaknya...
Saya bimbing untuk berdoa lagi agar Allah menyempurnakan penglihatannya. Ibu mulai histeris tak kuasa meihat wajah anaknya yang baru saat itu ia lihat. Anak yang selama ini sabar mengantarnya berobat.
Saya ajak dia berdiri dan berjalan sendiri tanpa dituntun. Dia berjalan melihat sekitaran lantai 2 Gedung Lembaga Administrasi Negara Makassar yang saat itu ramai oleh peserta Pelatihan RHQH.
Katarak atau kebutaan yang ternyata sihir itu sembuh seketika. 34 tahun lalu diakad pernikahannya ibu ini mendadak buta, dan saat ini, diusia 64 dia dianugerahi kemampuan untuk melihat kembali setelah terbebas dari sihir di retina matanya.
Allahhu Akbar !! 34 Tahun Buta Ibu Ini Sembuh Dengan Terapi Al-Qur'an
By Unknown
Aku Menyesal Mengajari Ibu Facebook-an #KISAH NYATA |
“Aku sangat menyesal telah mengajari Mama Facebook-an,” kata seorang siswi SMA dengan wajah sedih, “sekarang Mama minta cerai”
Kok bisa? Ceritanya bermula saat siswi SMA tersebut merasakan manfaat Facebook. Ia bisa terhubung dengan teman-teman dan gurunya. Melalui grup ia bisa berkomunikasi dan rapat online dengan mudah. Melalui fan page yang ia suka, ia bisa mendapatkan info-info yang bermanfaat.
“Facebook bagus deh, Ma,” kata gadis itu sambil membuatkan akun
Facebook untuk mamanya. “Mama mau berteman dengan siapa, tinggal pilih. Ini kalau dengan teman SMP Mama, ini dengan teman SMA…”
Semula sang Mama perlu adaptasi dengan ‘mainan’ baru itu. Tetapi beberapa hari kemudian ia sudah mulai akrab. Dan yang tiba-tiba membuat hatinya deg-degan, ia bisa berteman dengan seorang pria yang dulu mereka sempat pacaran saat SMA tapi terputus setelah lulus.
Pertama surprise. Lalu saling bertanya tentang kabar, lalu saling curhat… dan cinta lama bersemi kembali.
Kalau sekedar rasa dan bisa diatasi, mungkin cinta itu tidak masalah.
Tetapi wanita ini begitu hanyut dalam perasaannya. Hatinya berbunga-bunga. Romantisme cinta SMA hadir menguasai jiwa dan menyeretnya untuk bertemu. Dari pertemuan di dunia maya mereka berdua kemudian bertemu fisik di dunia nyata.
Benarlah bahwa keburukan memanggil keburukan lainnya. Satu keburukan berteman akrab dengan keburukan lainnya. Begitu manusia terperangkan dalam satu keburukan kecil, keburukan yang lebih besar akan mengikuti.
Jika tidak segera diputus, keburukan yang jauh lebih besar tiba-tiba hadir dan mendominasi.
Dari say hello , mereka berkhalwat di dunia maya. Saling menulis kata-kata mesra. Setelah itu mereka bertemu, terjadilah zina mata.
Hingga di suatu hari, bagaikan petir di siang hari, wanita itu mengajukan cerai kepada suaminya. Alasannya? Ia ingin menikah dengan pacar lama yang baru ditemukannya melalui Facebook itu.
Mendengar ini, yang paling bersedih adalah anaknya. Ia yang membuatkan akun Facebook dan mengajari mamanya, kini ia dan keluarganya ditinggalkan oleh wanita itu.
Sang suami tidak bisa menghalangi niat istrinya. Akhirnya ia menceraikannya dan membiarkan wanita itu menjadi istri kedua pacar lamanya. Namun setelah beberapa bulan, wanita itu merasakan balasan dari Allah.
Ternyata menikah dengan pacar lama tidaklah seindah bayangannya selama ini. Suami yang telah ditinggalkannya jauh lebih baik. Keluarga yang ditinggalkannya jauh lebih membahagiakan. Dengan mengiba ia datang kembali ke mantan suaminya, ingin dinikahi lagi. Namun sang suami yang kinisingle parent itu menjawab tegas: “Maaf, saya tidak mungkin menikahi lagi wanita yang telah meminta cerai.”
*Based on true story
Aku Menyesal Mengajari Ibu Facebook-an #KISAH NYATA
By Unknown
![]() |
"Bu, Allah Adanya di Mana, Sih?" |
Keponakan saya yang manis, umurnya empat tahun, sering bertanya sama ibunya pertanyaan-pertanyaan begini:
“Bu, Allah adanya dimana sih?”
“Bu, Allah itu laki apa perempuan sih?”
“Bu, Allah sama Malaikat hebatan mana sih?”
“Bu, Allah itu ada berapa sih?”
Ibunya bertanya pada saya bagaimana caranya menjawab pertanyaan macam begini. Saya bilang, pertanyaan begini sih dijawab nggak dijawab akan kejawab sendiri. Meskipun anak pusing, biarkan saja. Toh, waktu jugalah yang akan mengajarkan dia semua misteri tentang Allah. Benar tidak ya, jawaban saya? Tahu, ah!
Menurut pemahaman Ahlus sunnah, Allah berada di Arsy'nya. Hal ini sesuai dengan ayat berikut: “Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, Kemudian dia bersemayam di atas ´Arsy dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar daripadanya dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepada-Nya. dan dia bersama kamu di mana saja kamu berada. dan Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Hadid: 4).
“Apakah kamu merasa aman terhadap Allah yang di langit bahwa dia akan menjungkir balikkan bumi bersama kamu, sehingga dengan tiba-tiba bumi itu bergoncang?. Atau apakah kamu merasa aman terhadap Allah yang di langit bahwa dia akan mengirimkan badai yang berbatu. Maka kelak kamu akan mengetahui bagaimana (akibat mendustakan) peringatan-Ku?” (QS. Al-Mulk: 16-17).
Ada lagi dalil dari hadits Mu’awiyah bin Hakam, dikatakan bahwa suatu hari ia berniat membebaskan seorang budak wanita sebagai kafarah. Lalu Ia bertanya kepada Rasulullah Saw, maka Rasulullah Saw menguji budak wanita tersebut. Beliau bertanya: “Dimanakah Allah?” maka ia menjawab: “Di atas sana.” Beliau bertanya lagi: “Siapa aku?” maka ia menjawab: “Anda utusan Allah.” Lalu beliau bersabda: “Bebaskanlah ia karna ia seorang yang beriman.” (HR. Muslim).
Nabi Ibrahim A.S pun pernah mencari-cari keberadaan Allah. Nabi Ibrahim A.S tumbuh dan berkembang di tengah-tengah para penyembah berhala. Dia ingin bertemu Tuhan yang sejati. Ibrahim melihat bintang-bintang yang bersinar, lalu kepada bintang dia berkata, “Kamu adalah Tuhanku.”
Akan tetapi, saat bulan purnama tiba, Ibrahim ragu sama bintang sebab ternyata bulan jauh lebih besar dan lebih bercahaya dibandingkan bintang-bintang di langit. Ibrahim melihat bulan itu dan berkata, “Engkaulah Tuhanku semata.” Besoknya matahari terbit, bulan dan bintang pun tenggelam oleh cahaya terangnya. Ibrahim berkatakepada matahari, “Engkau adalah Tuhanku semata.” Kemudian malam tiba, matahari pun tenggelam.
Ujung-ujungnya, Ibrahim pun tersadar, “Tuhanku adalah Dia yang mendatangkan benda-benda itu dan membawa mereka kembali. Tuhanku adalah Dia yang ada di balik semua perubahan itu.”
Inilah cara Nabi Ibrahim mencari Tuhan. Beliau adalah contoh pencari tauhid sejati. Kalau orang sesuci Nabi Ibrahim saja sempat gelisah mencari Allah, apalagi kita.
Dalam Al-Qur’an Allah berfirman, kalau ada seseorang bingung dan menanyakan tentang-Nya, jawabannya adalah, “Fa inni qarib...,” yang artinya, “Katakanlah kepada yang bingung wahai Muhammad, bahwa Aku (Allah) sesungguhnya sangat dekat. (Qs Al-Baqarah:186)”
Ada cara lain mencari Allah, yang sepertinya ini juga jadi penawar kebingungan kita. Suatu hari, seseorang bertanya kepada seorang syaikh, bagaimana caraanya agar sampai kepada Allah.
“Cara menuju Allah,” jawab syaikh, “adalah sebanyak makhluk. Tetapi, yang paling cepat dan gampang adalah melayani orang lain, tidak mengganggu orang lain, dan membahagiakan orang lain.”
Daripada bingung, kita temui saja Allah dengan cara yang disarankan sang syaikh tadi. Kita bisa “memegang” tangan Allah ketika kita memegang tangan fakir miskin. Kita bisa merasakan hadirnya Allah saat kita berbagi dengan sesama. Kita bisa membuat Allah ridha dengan membuat orang lain ridha dengan kita. Kita juga bisa “membahagiakan” Allah dengan cara membahagiakan tetangga, saudara, dan teman-teman kita.
Bertemu Allah juga tidak harus lewat kata-kata. Karena Allah akan menemukan anda yang rajin ibadah, baik ibadah buat anda sendiri maupin ibadah sosial. Jadi, kalau anda masih menanyakan tempat Allah, temuka Dia di dalam shalat anda, temukan Dia di tengah-tengah sahabat-sahabat yang anda bahagiakan, dan temukan Dia di tengah-tengah fakir miskin yang anda santuni.
Abu Yazid pernah berkata, “Pada awalnya, aku salah dalam melakukan empat perkara. Aku berusaha mengingat Allah, mengetahui-Nya, mencintai, dan mencari-Nya. Saat di akhir perjalanan, aku melihat bahwa Allah lebih dulu mengingatku sebelum aku mengingat-Nya, pengetahuan-Nya tentang aku mendahului pengetahuanku tentang-Nya, cinta-Nya kepadaku sudah lebih dulu terwujud sebelum cintaku kepada-Nya, dan Dia sudah lama mencariku sebelum aku mencari-Nya.”
Sekarang kita simak kisah lain. Saat jalan-jalan, Nabi Musa mendengar seorang gembala yang sedang berdo’a kepada Allah. Gembala itu juga menawarkan diri untuk menyisir rambut Allah, menyuci jubah, dan mencium tangan-Nya. Nabi Musa memarahi si gembala itu karena ulahnya. “Mungkin si gembala itu gila”, pikir Nabi Musa.
Lalu, malam itu Allah berfirman kepada Nabi Musa, “Kamu telah mengusir hamba-Ku dari ibadahnya. Dalam kesungguhannya, caranya yang tanpa neko-neko, si gembala itu jauh lebih dekat kepadaku daripada orang-orang berilmu yang hanya pandai bicara.” Nah, tuh!
Mikirin boleh. Bertanya tentang Allah juga boleh. Tapi..., stop! Pikiran tidak akan bisa menjawab semuanya. Yang jelas, carilah Allah lewat cara lain. Tidak usah neko-neko!
"Bu, Allah Adanya di Mana, Sih?"
By Unknown
Seorang Pencuri yang Mengungkap Aksi Pembunuhan Berantai | Kisah Nyata dari Yordania |
Sebuah stasiun radio berita di kerajaan Jordania. Stasiun radio ini unggul dengan berita-berita faktual dan aktual yang disiarkan secara langsung. Kisah ini berawal dari dering telepon pada sesi suara pendengar yang diberi titel “buka-bukaan” yang disiarkan rutin setiap hari. Penelepon tak dikenal itu memperkenalkan diri sebagai pencuri profesional, sangat mengandalkan keahliannya itu untuk hidup. Kepada pemandu acara dia menyampaikan hendak menceritakan sebuah peristiwa penting yang harus segera diketahui oleh pembawa acara maupun para pendengar bahkan pihak yang berwajib,
Pada awalnya pemandu acara hanya menganggapnya sebagai lelucon atau orang iseng; tidak mungkin seorang pencuri mengungkapkan jati dirinya sebagal pencuri. Namun demikian dia tetap memberi kesempatan kepada penelepon aneh tersebut untuk menceritakan peristiwa yang hendak disampaikannya itu. Setelah si pencuri menceritakan kisahnya, pahamlah si pemandu acara bahwa ini merupakan kasus serius yang tidak terbayangkan sebelumnya.
Berikut saya sampaikan kepada pembaca secara ringkas kasus tersebut:
Pencuri itu mengaku tengah melakukan pengintaian mengincar sebuah rumah mewah di kawasan elit ibu kota Jordania, yang dikenal dengan komplek ‘Abdun. Pekerjaan tersebut sudah hampir sebulan di lakukannya . Dia berharap memperoleh hasil yang besar karena semenjak awal dia tahu rumah besar bak vila tersebut hampir tidak pernah ditempati pemiliknya. Tetapi selang beberapa waktu melakukan pengintaian dia menyadari ada yang tidak beres dengan rumah mewah itu dan pemiliknya.
Dalam pengintaiannya itu dia melihat setiap hari sepasang laki-laki dan perempuan masuk ke rumah tersebut bersama seorang atau beberapa orang pemuda atau wanita remaja. Selang beberapa lama laki-laki dan perempuan itu meninggalkan rumah tersebut hanya berdua. Pemuda atau pemudi yang menyertai mereka tidak pernah tampak meninggalkan rumah.
Kejadian itu tersebut selalu berulang hampir tiap hari. Pencuri itu pun meningkatkan intensitas dan kualitas pengintaiannya. Perhatiannya kini beralih kepada rasa penasaran ke mana anak-anak muda tersebut menghilang ditelan rumah berpagar rapat dan tinggi itu tanpa jejak.
Dia pun memeriksa mengelilingi pagar dan setiap sudut rumah mewah itu. Dengan pengalaman mencurinya dia cukup paham celah-celah atau trik-trik yang mungkin dibuat pemilik rumah untuk meloloskan diri tanpa diketahui. Tetapi dia tidak menemukan tanda-tanda keberadaan pintu rahasia yang barangkali dilalui oleh anak-anak muda tersebut untuk meninggalkan rumah besar itu. Hal inilah yang mendorongnya menghubungi radio tersebut.
Dia tidak mungkin melapor ke kantor Polisi, Karena dia paham bagaimanapun identitasnya sebagai pencuri pasti terbongkar. Apalagi untuk menerangkan alasannya mengintai rumah mewah tersebut. Pemandu acara pun segera memperbaiki responnya terhadap penelpon anonim ini. Dia meminta informasi lebih lengkap dan detail tentang lokasi dan rumah yang dimaksud. Setelah merasa cukup yakin dengan kejujuran si pencuri pihak radio pun menelepon kepolisian.
Polisi segera menindak lanjuti laporan tersebut. Ternyata mereka sedang berhadapan dengan tindak kriminal
terburuk abad ini dalam sejarah kepolisian Jordania. Polisi menemukan rumah mewah tersebut ternyata kuburan masal dan penyedia organ tubuh manusia. Mereka berhasil mengungkap sepasang laki-laki dan perempuan tersebut adalah agen pemasok organ tubuh manusia ke pasar gelap perdagangan organ tubuh manusia.
Pasangan ini mengajak anak-anak muda tanggung dengan berbagai iming-iming melakukan kunjungan tertutup ke rumah mewah tersebut kemudian membunuh mereka untuk diambil organ-organ tubuh mereka yang diperlukan dan dapat menghasilkan uang. Sisanya mereka kubur di rumah mewah yang dilengkapi dengan fasilitas pendingin jenazah dan sarana-sarana pengawet organ tubuh itu.
Kejahatan besar dibongkar oleh seorang pencuri yang masih punya hati. Kasus yang tidak terbayangkan, terjadi di kawasan elit Aman ibu kota Jordania di siang bolong. Anak-anak muda yang melangkahkan kaki memasuki ladang pembantaian mereka dengan berbagai iming-iming dan motivasi. Ada yang diiming-imingi seks bebas, pesta anak muda, narkoba, bahkan lowongan kerja dengan imbalan yang menggiurkan dan lain sebagainya.
Demikianlah pencuri tersebut menyibak tabir yang menutupi kejahatan tingkat tinggi yang tertutup rapi yang kemudian menjadi headline media massa dan topik pembicaraan masyarakat dalam waktu yang cukup lama.
Kisah ini memperlihatkan kepada kita, bahwa betapa pun jahatnya seseorang, tetaplah ada dalam hatinya ruang kosong, meskipun sempit, untuk diisi oleh perasaan cinta terhadap kebaikan. Hal tersebut merupakan fitrah manusia yang telah Allah berikan kepada setiap hamba. Oleh karena itu janganlah pernah bersikap pesimis dalam dakwah, beramar makruf nahi mungkar.
Sumber: Majalah Qiblati Edisi 09 Tahun VII
Seorang Pencuri yang Mengungkap Aksi Pembunuhan Berantai | Kisah Nyata dari Yordania
By Unknown
Tentara AS Temukan Islam di Penjara Paling Mengerikan |
Hidayah Allah bisa datang kepada siapa saja. Kapan saja, dan di mana saja. Jika Allah sudah berkehendak, tak ada yang bisa mencegahnya.
Itulah yang dirasakan oleh Terry Colin Holdbrooks. Dia mengenal Islam justru bukan dari masjid atau surau. Tentara Amerika Serikat itu menemukan Islam di dalam penjara paling mengerikan di dunia: Guantanamo!
Holdbrooks bukanlah pria yang tumbuh dari keluarga religius. Sampai lulus SMA, dia tak tahu tujuan hidup. Hingga akhirnya melihat iklan di televisi tentang perekrutan militer AS.
Dia tertarik. Dan mengajukan lamaran. Tapi ditolak. Mencoba lagi, kembali ditolak. Holdbrooks baru diterima setelah lamaran ke empat. Setelah menjalani tes, dia ternyata mendapat nilai tinggi.
Tim rekrutmen mengundangnya kembali. Berdiskusi tentang karier di militer AS yang akan dia jalani. Dan pada 2002, Holdbrooks bergabung dengan tentara dan mulai latihan sebagai polisi militer.
Pada Mei 2002, Holdbrooks dikirim ke kamp tehanan Guantanamo Bay. Militer AS selalu menyiapkan personelnya sebelum dikirim ke sana. Holdbrooks dan kawan-kawannya dicekoki propaganda.
Di kamp pelatihan, saban hari mereka didoktrin bahwa penghuni penjara itu adalah orang yang paling buruk di antara orang terburuk di dunia. Para tahanan yang mayoritas Muslim itu disebut teroris.
Tak hanya itu, doktrin yang dijejalkan ke otak Holdbrooks dan personel lain menyebut bahwa para tahanan itu sangat membenci dan semua ingin membunuh orang AS. Dan semua itu terkait Islam.
Propaganda meresap. Para tentara itu dikirim ke Guantanamo dengan pesawat. Dalam hati mereka telah tertancap kebencian terhadap Muslim. Itu juga dirasakan Holdbrooks.
Tapi, setelah tiba di Guantanamo, Holdbrooks sungguh terkejut. Di sana dia melihat pemandangan yang sangat berbeda dengan gambaran sebelumnya. Sama sekali berbeda dari yang diinformasikan sebelumnya.
Dari 780 tahanan, ada dua remaca berusia 13 tahun. Ada pula kakek-kakek yang berusia lebih dari 70-an tahun. Tak ada tanda-tanda kebrutalan pada mereka.
Para tahana itu adalah orang-orang Muslim dari 46 negara, berbicara dalam 18 bahasa berbeda. Mayoritas dari mereka ditahan tanpa musabab yang jelas. Bukti penangkapan tak cukup kuat untuk menahan mereka di Guantanamo. Penjara paling mengerikan itu.
Lambat laun, tabir kebohongan di Guantanamo mulai tersibak. Holdbrooks mulai melihat kebenaran dan keyakinan.
Di Guantanamo itu, Holdbrooks menyaksikan dengan mata kepala sendiri bagaimana penjaga memerlakukan tahanan dengan buruk. Untuk meruntuhkan semangat tahanan, para penjaga terkadang mengambil Alquran dari mereka. Membuang dan bahkan merobeknya.
Tak hanya itu. Raung kesakitan selalu menggema di kamp itu. Tanda penjaga tengah menyiksa tahanan. Holdbrooks mulai bertanya tentang apa yang tengah dia jalani saat itu.
“Apakah ini tentara yang kuikuti? Apakah ini yang diperjuangkan negaraku? Apakah ini perilaku yang dilakukan Amerika? Apakah ini membuat negaraku bangga?” Berbagai tanya itu menggumpal dalam benak dan hati Holdbrooks.
Dia tak suka dengan kondisi itu. Setiap hari setelah berjaga, dia pulang ke rumah. Minum sebanyak-banyaknya untuk menenangkan diri. Dia tidur larut malam. Semua dilakukan untuk menghilangkan rasa bersalah dan malu. Tapi kondisi itu malah bertambah buruk.
Dia lalu mulai memperhatikan perilaku para tahanan. Di tengah siksaan yang mendera, seperti dicambuk dan siksaan yang tak berperi itu, Holdbrooks melihat para tahanan masih saja berdoa.
Holdbrooks melihat para tahanan menjalankan salat saban pagi, siang, sore, dan bahkan malam hari. Para tahanan itu berwudu. Berdoa kepada Allah. Baik berjamaah maupun sendiri-sendiri.
Dari sanalah mata Holdbrooks terbuka. Sadar bahwa para tahanan itu sangat percaya Allah mempedulikan mereka. Dan seorang tahanan yang beruntung masih memiliki Alquran, mengajak sesama tahanan untuk membacanya.
Mereka tersenyum. Bicara mereka pelan, tak kasar. Mereka tak menenggak alkohol, juga tak menyantap daging babi.
Perilaku ini membuat Holdbrooks bingung. Pasti ada sesuatu yang keliru. Sesuatu yang tidak disampaikan oleh militer AS kepadanya.
Dalam hati dia berkata. “Bagaimana bisa mereka masih punya keyakinan, kekuatan, dan kedamaian hati untuk berdoa kepada Allah? Mengapa mereka berdoa? Mengapa aku tak punya kebahagiaan itu? Mengapa aku tak punya kedamaian itu? Aku ingin itu.”
Saat Holdbrooks bertanya kepada para tahanan, mengapa mereka masih punya keyakinan meski menghadapi kemungkinan terburuk yang tak pernah dibayangkan, mereka menjawab, “Allah hanya menguji agama kami, keyakinan kami. Kami bisa melewati ini.”
Jawaban itu membawa Holdbrooks mendalami konsep agama. Dia mulai membaca buku-buku Islam. Duduk di lantai, di luar sel tahanan, dia bertanya kepada seorang tahanan khusus.
Setelah itu, dia mulai membaca Alquran. Mulailah Holdbrooks mengubah gaya hidupnya. Meski belum siap menjadi Muslim, dia berusaha sedikit demi sedikit.
Dia berhenti minum alkohol. Tak lagi makan babi. Mengurangi rokok. Dia menghabiskan waktunya untuk belajar dan membaca. Dan yang mengagumkan, dia menjadi lebih bahagia.
Dan pada 29 Desember 2003, Holdbrooks membaca Syahadat di depan tahanan khusus yang menjadi pembimbingnya. Holdbrooks menjadi Muslim.
Pada akhir 2004, Holdbrooks tak lagi berdinas militer. Dia kembali ke AS dengan memori menakutkan tentang Guantanamo. Namun kemudian dia menemukan jalan untuk menjalani kehidupannya lagi.
Dia terus belajar hidup sebagai Muslim. Dia kembali bersekolah, hingga merengkuh gelar sarjana sosiologi dari Arizona State University. Kini dia aktif menuntut penutupan Guantanamo. Penjara paling mengerikan itu.
Tentara AS Temukan Islam di Penjara Paling Mengerikan
By Unknown
![]() |
Subhanallah, Bandar Narkotika Kristen China Masuk Penjara & Akhirnya Mendapat Hidayah Islam |
Alhamdulillah, segala puji hanya bagi Allah Ta’ala, shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan untuk Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam, keluarganya, para shahabatnya dan seluruh umat Islam yang komitmen dengan sunnah-sunnahnya.
Nama saya adalah Chong Tan Peng, umur 31 tahun, anak kedua dari 5 bersaudara, kakak dan adik-adik saya semua sudah berkeluarga, begitu juga saya yang memiliki satu orang istri dan satu anak sebelum dipenjara. Keluarga saya adalah pemeluk Kristen Protestan, kecuali ibu sampai sekarang masih memeluk agama Budha. Saya sendiri belum pernah dibaptis seperti kakak dan adik-adik saya, jadi saya belum menjadi Kristen.
Ayah saya adalah Chinese Jakarta dan ibu adalah Chinese Kalimantan Barat (Kalbar). Kegiatan saya diluar sebelum masuk penjara tidak jauh dari perbuatan maksiat dengan membantu ayah angkat saya menjalankan bisnis narkotika ketika ayah angkat saya mendekam di penjara.
Saya diberi kepercayaan ayah angkat saya untuk memasarkan barang haram tersebut dan menjadi gudang penyimpanannya. Istri dan anak saya serta keluarga yang lain tidak mengetahui pekerjaan saya yang sebenarnya. Saat itu saya hanya mengatakan kepada mereka kalau saya bekerja sebagai sales minuman keras (miras) dan mereka percaya dengan perkataan saya tersebut.
Bisnis narkoba saya semakin besar bahkan berkembang sampai pada tahap memproduksi pil ektasi, dan saya diberi tanggung jawab penuh oleh ayah angkat saya untuk memproduksi barang haram tersebut.
Pada tahun 2009, ayah angkat saya meninggal di Rutan tempat dia ditahan, dan saya meneruskan bisnis narkobanya. Bisnis saya semakin besar hingga taraf nasional dan bahkan sampai luar negeri. Saya sudah masuk dalam lingkaran setan narkotik, sehingga sulit keluar dan waktu saya habis dengan pekerjaan haram ini sampai saya kehilangan waktu dengan keluarga, serta tidak ada waktu untuk anak dan istri saya.
Pada bulan April 2010, rumah tempat produksi pil ektasi saya digerebek polisi, kemudian saya dan 3 (tiga) orang teman saya ditangkap. Dengan penangkapan ini, maka semua keluarga saya mengetahui pekerjaan saya yang sebenarnya.
Saya ditahan dikepolisian selama kurang lebih 2 bulan, dan setelah itu saya dipindahkan ke Rutan sambil menungu proses persidangan berjalan. Setelah menjalani proses persidangan beberapa bulan, pengadilan akhirnya memvonis saya selama 20 tahun penjara, dan ketiga kawan saya masing-masing divonis 18 tahun penjara.
Dengan putusan vonis yang tinggi ini, ternyata pihak jaksa masih saja mengajukan banding kepada kami sehingga di Pengadilan Tinggi (PT), vonis saya berubah menjadi SH (seumur hidup), sedangkan ketiga kawan saya vonisnya tetap, yakni 18 tahun kurungan penjara.
Mendengar putusan tersebut istri saya langsung memberikan surat gugatan cerai pada awal tahun 2012 dan membawa pergi anak laki-laki saya tanpa kabar berita. Pada tahun 2011 setelah putusan PT, saya dipindah ke Lapas, bahkan sampai ke beberapa Lapas, hingga sampai akhirnya pada pertengahan tahun 2013 saya dipindah ke Lapas didaerah Jawa Tengah (Jateng).
Pada saat itu saya merasa sangat sedih, putus asa dan stres karena berpisah jauh dengan keluarga dengan waktu lama yang tidak jelas kapan kembalinya. Banyak dari teman-teman saya yang satu sel yang beragama Islam selalu menghibur dan menguatkan saya agar selalu sabar dan berserah diri kepada Allah.
Saat itu, saya merasa bahwa besar sekali perhatian mereka kepada saya ditengah menjalani nasib yang sama dipenjara. Hati kecil saya tersentuh melihat kesabaran dan akhlaq teman-teman satu sel saya yang Muslim. Bahkan dalam keadaan sesulit apapun, mereka selalu mengucapkan syukur alhamdulillah kepada Allah. Melihat perilaku teman-teman saya yang beragama Islam, saya sangat senang sekali dan mencoba untuk bergaul dan beradaptasi dengan teman-teman Muslim saya tersebut.
Hampir dua bulan kurang lebih saya memperhatikan cara hidup mereka, yang terlihat dengan mata kepala saya mereka menjalani hari-hari mereka di penjara tanpa ada rasa beban di hati. Saat melihat mereka menjalani kehidupan yang serba ringan dan tanpa beban, ada gejolak di batin ini. Saya mencoba memberanikan diri untuk menanyakan hal itu dan jawaban dari mereka sangat simpel dan jelas!
Mereka bisa tenang karena menajalaninya dengan sabar dan ikhlas terhadap takdir Allah yang mereka terima. Mereka juga sangat yakin kalau Allah Ta’ala senantiasa akan menjaga mereka, karenanya mereka selalu mendirikan ibadah sholat.
Perkataan kawan-kawan Muslim saya itu sangat menyentuh dan berbekas di hati saya, dan di dalam hati kecil saya, saya kemudian berkata memang inilah saatnya saya mencari ketenangan hati, ditengah kondisi jiwa dan pikiran saya yang sedang resah, bingung dan tidak terkontrol.
Bermula Dari Mendengarkan Ceramah Seorang Ustadz Napi LP, Hidayah Islam Akhirnya Datang
Akhirnya saya memberanikan diri untuk mencari kebenaran yang dikatakan teman saya itu dengan cara mengikutinya ke masjid untuk menemui orang yang bisa menjelaskan kepada saya tentang berbagai hal, khususnya soal ketenangan hati tersebut.
Kemudian, saya bertemu dengan seorang ustadz yang diberikan tanggung jawab untuk mengurus masjid disana. Lalu saya mendengarkan ceramah ustadz tersebut yang menjelaskan tentang agama Islam dan kisah Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam.
Ketika mendengarkan penjelasan ustadz tersebut, saya merasakan ketenangan dalam hati saya, belum pernah saya merasakan perasaan seperti itu pada saat sebelumnya. Sejak saat itu saya mulai tertarik untuk mempelajari agama Islam.
Ternyata di dalam agama Islam, semua aktivitas kita bisa bernilai ibadah, dan ada doa-doa harian yang bisa senantiasa kita ucapkan sehingga hal itu membawa ketenangan bagi hati saya. Selain itu, Al Qur’an adalah kitab suci yang sempurna bagi manusia yang mengatur seluruh aktivitas kita, dari perkara-perkara kecil sampai yang besar, semuanya ada aturannya didalam Islam. Subhanallah!!
Setelah saya mempelajari semuanya, dari akhlaq, sifat dan perilaku seorang Muslim, lalu saya akhirnya mengambil keputusan dan membulatkan tekad saya untuk memeluk agama Islam. Kemudian saya memberitahukan niat saya ini kepada ibu dan saudara-saudara saya. Mereka sempat kaget dengan keputusan saya yang mendadak itu, akan tetapi ibu saya memberikan izin dan menyetujui keputusan yang saya ambil itu.
Akhirnya pada hari Jum’at bulan Juni 2013 jam 10.00 WIB, saya mengucapkan dua kalimat syahadat yang disaksikan semua jama’ah masjid di LP, termasuk Kalapas dan petugas Lapas lainnya. Setelah mengucap dua kalimat syahadat, kemudian saya mengganti nama saya dengan nama Muhammad Sulaiman. Setelah menjadi muallaf, saya lalu mulai rutin mempelajari Islam secara tradisional selam kurang lebih 7 bulan.
Pada bulan Januari 2014, saya dan 13 orang teman saya dipindahkan ke LP Nusakambangan. Saya ditempatkan sendirian di Pulau Nusakambangan dan terpisah dengan ke 13 teman saya lainnya. Alhamdulillah saya ditempatkan dalam salah satu LP Nusakambangan yang kondusif kegiatan keIslamannya sehingga saya bisa meneruskan mempelajari Islam disini.
Di LP inipun saya bertemu dengan kawan-kawan tahanan kasus terorisme. Dengan mereka, saya kembali mempelajari Islam yang sesuai dalil-dalil dari Al-Qur’an dan As-Sunnah serta sesuai manhaj dan pemahaman para shahabat Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam. Di Pulau Nusakambangan, saya juga mulai belajar iqro yang di LP sebelumnya saya belum sempat mempelajarinya. Dan Alhamdulillah, sekarang ini saya sudah bisa membaca Al-Qur’an.
Napi Mujahid Berakhlaq Baik & Tidak Seperti Pemberitaan Media Massa
Disitu, saya pun bergaul dengan ikhwan-ikhwan mujahidin yang didakwa dengan kasus terorisme dan para santri binaan lainnya yang merupakan murid seorang napi mujahidin. Subhanallah, akhlaq dan pergaulan mereka sangat berkesan bagi saya, penuh hormat dan sopan dengan orang lain, banyak membantu ketika ada yang kesulitan dan masalah, dan juga ukhuwah mereka terhadap tahanan Muslim lainnya sangat kuat.
Inilah yang merubah pandangan saya selama ini tentang ikhwan-ikhwan mujahidin ini (pemerintah Thoghut menyebut mereka sebagai teroris). Kesan saya sebelum bertemu para mujahidin adalah kejam, menakutkan, tidak bisa bersosialisasi dan kejelekan lainnya sebagaimana digambarkan oleh kebanyakan media massa cetak maupun elektronik selama ini.
Tetapi setelah saya bergaul langsung dengan mereka, nampak keluhuran akhlaq dalam pergaulan mereka, dan nampak juga keteguhan mereka dalam berpegang dengan kebenaran Al-Qur’an dan Sunnah. Selama satu tahun kurang lebih saya bergaul dengan mereka, tidak nampak dimata saya dari sikap dan perilaku mereka yang melanggar aturan dan bersikap tidak baik kepada siapapun.
Akhlaq para mujahidin sangat baik dan bisa menjadi contoh bagi setiap muslim. Saya bersyukur kepada Allah ta’ala telah diberikan kesempatan untuk mengenal secara langsung para mujahidin dan bisa belajar mengenal Islam yang benar. Alhamdulillah..
Jadi menurut saya, opini buruk tentang para mujahidin yang tersebar di berbagai media massa itu tidak benar dan sangat bertolak belakang dengan kenyataannya, dan yang ada semuanya pemutarbalikan fakta, dan juga pembunuhan karakter terhadap para mujahidin dan Islam itu sendiri..!!
Mereka adalah orang-orang yang berusaha berjuang meninggikan agama Allah dan berusaha berdakwah membersihkan keyakinan umat dari berbagai kesyirikan dan keyakinan kufur. Mereka adalah orang-orang yang ikhlas beramal untuk kebaikan aqidah umat. Sesungguhnya, mereka adalah orang-orang yang didzholimi. Semoga Allah Ta’ala memudahkan semua urusan mereka dan urusan kaum Muslimin. Aamiin…
Disini, saya dan teman-teman lainnya mendapatkan kenikmatan dalam beribadah, sholat tepat waktu dan berjama’ah, sholat malam dan biasa puasa senin kamis atau puasa daud. Alhamdulillah…
Kami juga rutin olahraga sehingga semuanya bisa menjaga kesehatan hati dan fisik. Inilah kenikmatan dan ketenangan hidup yang saya rasakan sekarang ini. Terhadap kasus yang menjerat saya, saya pun tidak seperti dulu lagi, sekarang sepenuhnya saya berserah diri kepada Allah Ta’ala dan semoga Allah Ta’ala memudahkan semuanya bagi saya. Aamiin…
Harapan saya ke depan, semoga saya bisa lebih mendalam lagi mempelajari Islam ini serta dapat mengamalkannya dalam kehidupan nyata. Semoga saya bisa teguh dan komitmen dengan Islam ini dan bisa menjadi imam yang baik bagi keluarga saya, serta saya berharap dan berdoa kepada Allah Ta’ala semoga ibu dan saudara saya pun bisa mendapatkan hidayah Islam sehingga bisa menjadi bekal bagi kehidupan setelah mati nanti di akhirat dan merasakan ketenangan hidup di dunia dan akhirat nanti. Semoga, mati saya nantinya juga husnul khotimah. Aamiin…
Terakhir, Alhamdulillah segala puji bagi-MU ya Allah atas semua nikmat iman ini. Semoga saya dan juga kawan-kawan yang lain bisa istiqomah mengikuti jejak salafush-sholeh dan mujahidin dalam berjuang meninggikan agama-MU yang Haq ini. Aamiin,, Sholawat dan salam semoga tercurahkan selalu untuk Nabi kita Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan semua shahabat beliau. Alhamdulillahi Robbil ‘aalamiin..
Subhanallah, Bandar Narkotika Kristen China Masuk Penjara & Akhirnya Mendapat Hidayah Islam
By Unknown
Kisah Cinta dari orang yang sudah meninggal |
Kisah ini merupakan kisah nyata yang saya alami, saya punya pacar ketika saya Kuliah semester pertama di bangku kuliahku teknik arsitektur, kami begitu dekat, dia seorang yang sangat baik.
Seorang wanita yang sangat saya sayangi, begitu juga dia kepada saya, berselang 2 Tahun kemudian, ketika diperjalanan menuju sebuah kota, dia pergi sendirian menggunakan motor bebek yang sering dia pakai kemana-mana.
Sebelum berangkat dia sempat sms "aku pergi ya, jaga diri baik-baik" nanti aku kabarin kalo udah sampe sana, ternyata hari itu dan sms itu merupakan sms terakhir dia untuk saya.
Hari naas itu terjadi pada dirinya, tidak lama dari berangkat sekitar 30 menit diperjalanan dirinya kecelakaan, sebuah mobil melaju kencang menyerempet, dia terseret sekitar 10 meter dan terdapat luka besar dibagian kepala, saya pun tidak tau itu terjadi, dengan tenangnya saya masih sempat sms dia setelah kecelakaan, dengan bercanda, "iya aku tunggu kamu sampai, hati-hati dan baik, jangan lupa kasih kabar ya".
Sudah larut malam tidak ada kabar sedikitpun dari dirinya, saya bingung harus melakukan apa, saya coba main belakang, itu karena rasa prustasi saya yang sudah berlebihan.
Keesokan harinya saya mencoba menelponnya pagi-pagi buta, handphonenya masih saja tidak aktif, saya pasrah kemudian saya berpikir mungkin chargenya tertinggal.
Dia yang waktu itu sudah dibawa kerumah sakit terdekat blom sadarkan diri, disaat saya bertanya dimanakah dia ?
Siang itu menjelang, saya mencoba jalan-jalan untuk refreshing, tidak lama kemudian ada suara sms di handphoneku, yang berisikan "adik imam, reina sudah pergi",. itu merupakan sms dari kakaknya yang sudah akrab dengan saya.
saya pun menjawab sms itu dengan simple "iya mbak aku sudah tau kok, kemeren kan dia pergi".
disaat saya sedang duduk bersama teman teman, tidak lama handphone kembali bersuara, ada sms balesan dari kakaknya, "imam reina sudah pergi, dan dia pergi untuk selamanya". saya kemudian lemas dengan harapan kalo pergi untuk selamanya bukan meninggal melainkan pindah rumah.
saya langsung menelpon, ketika diangkat tidak ada sedikitpun percakapan, selain saya mendengar raung tangisan yang sejadi jadinya. tidak lama saya pingsan.
saya pun sudah sadar ketika saya sudah dirumah, saya tidak tau apa yang terjadi, yang saya tau hanya saya ingin bertemu reina, saya langsung pergi kerumahnya malam itu, saya melihat sudah ramai orang orang berpeci, saya masih sempat bingung apa yang terjadi, ketika saya masuk, saya melihat sebujur mayat di tengah tengah ruangan tamu rumah itu.
Saya terhenyak, dan saya dengan sekejab mendekat,saya bertanya kepada orang-orang, siapa yang meninggal, dan mereka mengatakn reina,saya berteriak sejadi-jadinya, saya melihat wajah reina yang terdapat goresan-goresan luka, saya tidak bisa membayangkan lemahnya saya saat itu.
Seseorang yang sudah sangat lama saya kenal pergi untuk selamanya,saya sadar kematian bisa kepada siapapun, saya, anda dan siapapun, sesuai kehendak dan waktunya.
3 Tahun berselang, saya berulang kali mimpi tentang dirinya, terakhir 5 hari yang lalu tepat tanggal 15 oktober saya kembali bermimpi, mimpi yang menyadarkan saya betapa sayang dia kepada saya, dan menyadarkan saya bahwa apa yang harus kita lakukan di dunia ini lebih baik.
dalam mimpi itu, saya bermimpi seperti nyata dan benar-benar terlihat nya, kami bertemu di depan kampus, saya bercerita-cerit a, didalam mimpi itu saya sadar bahwa dirinya sudah meninggal, saya bilang sudah lama kita tidak bertemu ya, "iya sudah hampir 3 tahun ini" jawabnya, saya kangen kamu timpal kembali jawaban saya.
Saya bertanya, selama 3 tahun didalam kubur apa yang kamu lakukan, Dia menjawab dengan santai, tapi ternyata ini adalah peringatan besar untuk saya, dan anda, jawabannya sangat sederhana " mam kalo saya ceritakan apa yang terjadi kepada saya selama 3 tahun didalam kuburan, tidak akan ada lagi kejahatan di dunia".
Siksaan dan hukuman yang tidak pernah dibayangkan orang yang masih hidup, dan kamu berbuat sebaik mungkin sebelum ajal dan meninggal seperti aku.
Aku pengen hidup sehari saja untuk memperbaiki semua kesalahan aku.
itu kalimat ucapan reina yang membuat jantung saya langsung berdetak.
Tidak lama dalam mimpi itu dia mau pamit dan pergi, dan yang saya sangat herankan seperti sebuah kenyataan, ini seperti reka ulang 3 tahun yang lalu, dia pamit seperti disaat saat kematiannya, dia bilang baik-baik ya, jaga diri, dia pergi menggunakan motor dan pakaian yang sama pada saat kecelakaan, aku bilang, aku mau ikut, aku tidak mau kamu pergi, gak usah ikut aku. tidak lama dia pergi, aku kejar dan dia telah menghilang.
saya tersadar dari tidur dan disaat saya tersadar, tubuh langsung merinding, tapi sangat segar tidak seperti biasanya, saya berpikir mungkin mimpi itu membawa saya kedalam alam lain, karena konon 1 hari di dunia, perbandingannya sekian kali lipat di alam sana.
Sampai saat ini saya masih saya masih sangat terpikir dengan pesan-pesannya, bahwa betapa menyesalnya kita bila kita tidak berbuat sebaik mungkin di dunia, karena kita tidak tau ketika kita sudah meninggal, apa yang akan terjadi dialam sana, semoga dengan cerita saya ini bisa menggugah kita.
Mari kita menabung amal ibadah kita dari sekarang, karena ketika kita mati sudah tidak ada kesempatan lagi.
KISAH NYATA, CERITA CINTA DARI ORANG YANG SUDAH MENINGGAL
By Unknown
Doa Terakhir Seorang Preman |
Di sebuah kota besar yang padat penduduk, hiduplah seorang preman yang sudah berkali-kali melakukan perbuatan jahat dan keji. Loreng, begitu orang mengenalinya. Konon pria ini sudah sering keluar masuk penjara. Tubuhnya dempal dan berkulit hitam. Rambut keriting, agak gondrong dengan beberapa bekas luka mengerikan ada di wajah dan lengannya.
Ia sering memalak orang-orang yang dianggapnya lemah. Sehari ia bisa dapat Rp 200 ribu dan bila ia sedang merampok namun tak terciduk polisi, Loreng bisa memegang hingga dua juta di saku rompi kulitnya yang bau rokok. Ia akan tertawa girang setengah serak dengan komplotannya. Namun bila ia terciduk oleh polisi, maka ia harus bertahan di dalam penjara. Syukur bila ia disegani oleh penghuni selnya, namun bila ia menemukan lawan lebih kuat, kadang Loreng bisa babak belur di sana. Baru sebulan lalu Loreng bebas dari penjara, setelah untuk keenam kalinya ia masuk dalam bui.
Meski begitu, Loreng tidak kapok. Rokok masih menjadi kembang gulanya, bir masih menjadi air putihnya. Hidupnya masih bergantung pada jati dirinya sebagai preman. Kadang ia ingin insyaf dan menjadi tukang ojek atau buruh. Namun keinginan itu jatuh bangun hingga jatuh dan belum pernah bangun lagi. Dunia hitam masih begitu menggoda baginya.
Sebenarnya, Loreng punya anak dan istri. Namun ia tak ingin pulang kepada mereka karena pernah menelantarkannya sejak 15 tahun lalu saat anak mereka masih balita. Ia masih mencintai mabuk-mabukan dan judi, ia yakin tak akan mungkin diterima di rumahnya kembali. Kini Loreng bermukim di belakang pasar tradisional, dekat wilayah agak kumuh. Rumahnya hanya berupa susunan triplek dan kardus, lembab dan kotor. Tapi cukup untuknya sekedar tidur bila tidak sedang beraksi.
Loreng kini tak sekuat dahulu. Karena rokok dan bir sudah mulai membuatnya rapuh. Tidur di tempat yang lembab, dingin dan sering berpolusi membuatnya sering batuk parah. Tak ada yang merawatnya, makan pun mulai tak teratur. Karena tubuhnya mulai ringkih ia mulai gentar untuk terlalu sering melakukan pemalakan di terminal maupun pinggiran jalan.
Suatu ketika saat bangun tidur, entah mengapa ia begitu rindu dengan istri dan anaknya. Dengan tubuh yang agak demam dan sedikit uang sisa kemenangannya berjudi, hari ini ia hendak melihat tempat tinggalnya. Ia naik bus menuju ke kota di mana ia pernah tinggal dan merajut mimpi bersama istrinya. Sepanjang jalan, ia mengenang masa-masa indah berpacaran bersama istrinya. Hingga mereka menikah dan akhirnya PHK membuat Loreng putus asa dan menjadi seperti ini.
Saat tiba di depan gang tempat ia tinggal, ia merasa tempat ini tak berubah. Ia mencium aroma batu arang sisa orang berjualan sate dari warung sate di samping gang. Disambut ayam-ayam peliharaan pensiunan TNI yang sekarang pun masih duduk di depan rumahnya. Ia berjalan dan mencium harumnya aroma tradisional kampung halaman. Satu belokan lagi dan ia akan melihat rumahnya di ujung jalan.
Namun langkahnya terhenti sejenak. Ia melihat ada sebuah mobil mewah di depan rumah yang ia kenali sebagai rumahnya. Apakah rumahnya sudah ditempati orang lain? Loreng mendekati rumah tersebut perlahan-lahan dan mengintip dari balik semak dan pohon. Mobil mewah itu kini tepat di depannya dan ia melihat sepasang anak muda sedang bercengkrama dengan bahagia di depan serambi rumahnya.
Tak lama muncullah wajah yang ia kenali sebagai istrinya, namun alangkah kagetnya ia karena wanita itu menggandeng pria lain. Loreng mendengar mereka bercengkrama, ia kemudian menyadari bahwa pria itu adalah suami istrinya kini. Lalu kedua anak muda itu sepertinya adalah putra Loreng dan pacarnya. Tanpa sadar Loreng kadang ikut tersenyum melihat senyum mereka, namun kemudian ia sadar bahwa meski hanya beberapa meter, Loreng dan keluarganya sudah terpisah sekian jauh.. sekian lama.
Loreng tertunduk. Tentu saja sang istri sudah memilih pria lain untuk membahagiakannya. Dan sepertinya mereka sudah hidup lebih terjamin dan sejahtera, dengan uang yang lebih halal, bukan dengan uang hasil judi. Sambil sedikit terbatuk-batuk, Loreng membalikkan langkahnya. Tak ada yang tahu ia pernah kembali lagi ke rumah itu, namun pergi lagi dengan langkah gontai.
Matahari makin menyengat, ternyata sudah adzan Dzuhur. Loreng terlalu lelah untuk langsung kembali ke rumah kardusnya yang kotor. Ia pun memutuskan istirahat di masjid dekat gang rumahnya. Entah mengapa, ia pun rindu dengan rumah Allah ini. Dulu Loreng dan istrinya juga menikah di masjid ini, dengan berbagai mimpi dan senyum bahagia. Namun kini ia kembali, sebagai orang yang kotor dan bermandikan dosa.
Preman kuat yang tak lagi punya tempat pulang ketika ia menua dan sakit-sakitan itu tiba-tiba menitikkan air mata. Sambil terbatuk-batuk yang semakin parah, ia menuju tempat wudhu. Seorang bapak menghampirinya dengan sedikit cemas, "Sakit, Pak? Rumahnya di mana?
Loreng hanya menggeleng dan mengambil wudhu. Ia ingin ikut sholat berjamaah bersama orang-orang. Ia mengambil shof terdepan dan mengikuti sholat dengan khusyu'. Sepanjang sholat ia menitikkan air mata dan sesekali batuk. Ia menyesali kehidupannya kini yang sendiri dan hampa, menyesali perbuatannya pada istri dan anaknya, serta menyesali hidupnya yang tanpa makna.
Dalam untaian doa dia memohon ampun kepada Tuhan.
"Ya Allah, aku telah menghabiskan hidupku dengan berbuat jahat pada orang lain. Aku telah menelantarkan anak dan istriku. Perbuatanku tak dapat dimaafkan. Namun Engkau adalah Allah Yang Maha Mengampuni. Mohon ampuni dosaku dan lindungilah selalu keluargaku. Jangan biarkan anakku putus asa dalam kehidupannya dan menjadi sepertiku.Jadikanlah dia anak yang soleh dan menjaga ibu, istri dan anaknya. Mohon ampun, Ya Allah. Aaamiiin... Aaamiiin... Ya Robbal Alamin.."
Begitulah Loreng mengucap doa kemudian ia menutup wajahnya dengan kedua tangan. Selama beberapa detik ia batuk sekali dan mengerang dengan sedikit keras. Kemudian tubuhnya tersungkur di atas tempatnya berdoa. Beberapa orang yang masih berada di masjid terkejut dan akhirnya menghampiri pria tersebut.
Itulah doa terakhir Loreng sang preman kota besar. Di saat terakhirnya ia hanya ingin memohon ampun dan perlindungan untuk anak dan istrinya, karena ia tak pernah melakukannya selama ini. Loreng dikabarkan meninggal dengan senyuman sebelum ia masuk ke liang lahat.
Doa Terakhir Seorang Preman
By Unknown
Kisah Pemuda Kristen yang Mendapat Taufiq Sebelum Meninggal |
Salah seorang Syaikh menceritakan sebuah kisah yang mengharukan:
Suatu saat aku mengisi kajian di sebuah masjid di kota fulan, datanglah imam masjid tersebut dan berkata, "Wahai Syaikh! Di kota ini, tepatnya dua pekan yang lalu, telah terjadi suatu peristiwa yang sangat menakjubkan!" Aku balik bertanya, "Peristiwa apa yang terjadi wahai saudaraku?" Maka Imam Masjid tersebut mulai bercerita, "Kami mendengar ada seorang pemuda yang tertabrak kereta api saat melintas di rel kereta api maka aku langsung pergi ke tempat kejadian tersebut dan aku dapatkan pemuda tersebut dalam keadaan sangat kritis, ususnya berhamburan keluar dari perutnya dan tangan kirinya juga telah putus.
Maka aku berkata kepadanya, "Wahai anakku! Ucapkan kalimat laa ilaaha illa Allah. Lalu pemuda itu memandang kepadaku, aku pun mengulang kembali perkataanku, "Wahai anakku ucapkan kalimat laa ilaaha illa Allah!" Maka pemuda tersebut berkata, "Laa ilaaha illa Allah, kemudian napasnya terhenti dan dia meninggal. Lalu aku berusaha mencari kartu identitasnya di salah satu saku bajunya untuk mengetahui nama dan alamatnya.
Tiba-tiba aku dikejutkan dengan sebuah salib ditangannya, ternyata pemuda ini seorang Nasrani." Kemudian imam Masjid tadi berkata, "kita akan pergi ke rumah pemuda tersebut untuk menyampaikan kisah ini kepada keluarganya, semoga bisa menjadi pelajaran bagi mereka."
Maka kami bersama dengan kaum Muslimin yang lainnya, sekitar kurang lebih 2000 orang, berangkat menuju rumah keluarga pemuda tersebut untuk berta’ziah dan mengabarkan tentang keadaannya sebelum meninggal. Ketika kami sampai di rumahnya, bapak pemuda tersebut berkata, "Sungguh anakku senang sekali mendengarkan Al-Qur’an dan hendak masuk Islam akan tetapi aku selalu melarangnya." Maka kami pun bertakbir dan mengatakan, "Sungguh Allah telah memberikan taufiq kepadanya ketika melihat kejujurannya."
Hikmah dari peristiwa ini adalah :
Ketika seseorang jujur dengan Allah dan mengikhlaskan niat hanya kepada-Nya maka Allah akan memberikan taufiq sesuai dengan apa yang diinginkan dan dicintainya. Nabi kita yang mulia telah bersabda yang artinya, “Barang siapa mencintai sesuatu maka ia akan diwafatkan diatasnya.”
Wahai saudaraku! Kembalilah kepada Allah dan bertanyalah kepada dirimu sendiri, amal perbuatan apa yang paling engkau cintai? Apakah amal tersebut mendekatkan diri Anda kepada Allah dan menjauhkan Anda dari neraka atau malah sebaliknya, menjauhkan diri Anda dari Allah dan mendekatkan Anda kepada neraka?
Kita hanya bisa memohon kepada Allah husnul-khotimah, pungkasan yang terbaik bagi kehidupan kita di dunia sebelum di akhirat.
Kisah Pemuda Kristen yang Mendapat Taufiq Sebelum Meninggal
By Unknown
Dawud Wharnsby, Musisi, Peroleh Inspirasi Lewat Al-Qur’an |
Selalu mencari cara untuk mengekspresikan diri. Seperti itulah hidup David Wharnsby. Pria yang lahir dan dibesarkan di Ontario, Kanada itu sedari kecil lebih senang mengekspresikan apa yang dia rasakan terhadap banyak hal, daripada harus mendengarkan pelajaran-pelajaran di sekolahnya. Ketika itu, dia lebih senang menulis cerita dan menggambar kartun.
Beranjak remaja, cara David mengekspresikan diri berkembang menjadi fotografi dan teater. Melalui jalur teater itulah bakat bermusik dan menulisnya terasah dengan baik. Di umurnya yang masih belasan, dia mulai mencari apa sebenarnya yang menjadi tujuan hidupnya. Remaja keras kepala ini mulai membaca bermacam-macam kitab suci dan berbagai tulisan yang berhubungan dengan kajian spriritual.
Pada umur 18 tahun, remaja introvet itu betah melek sepanjang malam hanya untuk menulis, mendengarkan musik, dan mempelajari buku-buku berisi ajaran Hindu, Budha, dan Taoisme. Beragam konsep spiritual pun mulai menjejali kepala David. Hal itu kemudian dia keluarkan dalam ekspresi bermusiknya.
David pun mulai banyak menulis lagu dan puisi. Secara otodidak, ia belajar berbagai macam instrumen musik yang kemudian digabungkan dengan lirik-liriknya yang bernada instrospeksi serta suaranya yang sederhana. Lewat lagu-lagunya itu, dia mulai banyak tampil di berbagai cafe, universitas, dan festival rakyat.
Pada 1991, David mulai mencemplungkan dirinya dalam berbagai kegiatan sosial. Mulai dari menjadi pemain boneka dan pengajar untuk anak-anak, penyanyi keliling, hingga membantu orang-orang cacat. Kegiatannya ini membuatnya berpetualangan ke berbagai daerah.
Ia pun mulai melintasi Kanada, Amerika Serikat, bahkan sampai ke Inggris. Melalui caranya bermusik, David mulai menunjukan ketertarikannya terhadap filosofi dan ajaran spiritual negara kawasan Timur. Ia pun mencari bentuk filosofi spiritual yang sesungguhnya.
Menginjak usia 20 tahun, David akhirnya menemukan Alquran dan kemudian memutuskan untuk memeluk agama Islam. Setelah mengucapkan dua kalimah syahadat, ia pun menggunakan nama Islamnya, yakni Dawud Wharnsby Ali. Agama baginya bukan sekedar institusi untuk manusia. Tetapi sesuatu yang harus diterapkan dalam kehidupan.
‘’Saat mengucapkan kata Islam, saya melihatnya sebagai kata kerja, sebuah kata yang merujuk pada aksi,’’ papar Dawud dalam wawancaranya dengan sebuah majalah pada tahun 2006. Menurut dia, Islam seharusnya menjadi sesuatu yang dilakukan oleh pemeluknya, bukan sesuatu yang hanya dimiliki saja. ‘’Islam harus diimplementasikan dalam kehidupan.’’
Bagi Dawud, Islam sepertinya tidak hanya sebuah agama yang ditempelkan padanya. Dia ingin menerjemahkan bahasa-bahasa keIslaman itu melalui perilaku dan caranya berekspresi. Alquran menjadi inspirasinya dalam bermusik. David banyak menulis lagu-lagu dengan perkusi sebagai instrumennya, menjadi bentuk nasyid.
Dia juga banyak menulis lagu-lagu anak yang terinspirasi dari Alquran. Lagu-lagu anak itu pada awalnya hanya direkamnya dengan sebuah gitar saja. “Itu saya lakukan agar berbagai macam pendengar bisa merasa nyaman dengan materi-materi lagunya,’’ paparnya.
Pada tahun 1995, Dawud berhasil menelurkan sebuah album berjudul Blue Walls and The Big Sky. Pada tahun berikutnya, dia meluncurkan album keduanya berjudul A Whsiper of Peace. Pada album keduanya, ia sudah mulai menunjukan unsur-unsur religi dalam lagunya.
Sebut saja, lagu Al Khaliq, The Prophet, atau Takbir/Days Of Eid. Lagu-lagu bernuansa religi itu terus berlanjut ke album-albumnya selanjutnya, Colours of Islam (1997), Road to Madinah (1998), Sunshine, Dust and The Messenger (2002), The Prophet’s Hands (2003), A Different Drum (featuring The Fletcher Valve Drummers) (2004), Vacuous Waxing (featuring Bill Kocher) (2005), The Poets And The Prophet (2006), Out Seeing The Fields (featuring Idris Phillips) (2007).
Album-album itu, bagi Dawud merupakan hasil dari salah satu caranya untuk menginterpretasi Al Quran. ‘’Bagi saya sangat penting untuk bisa jujur pada diri sendiri terhadap pendapat saya tentang musik dan kegunaannya’’ ujar Dawud. Dalam bermusik, dia banyak bersentuhan dengan musisi mualaf lain seperti, Yusuf Islam (Cat Stevens) dan Idris Philip (Philip Bubel).
Meskipun caranya menginterpretasi Alquran melalui musik ditentang oleh beberapa kalangan. Akan tetapi dia merasa bahwa sebagaian besar penganut Islam tidak keberatan dengan caranya itu. ‘’Bagi saya ini penting untuk bisa berbagai tentang nilai-nilai melalui musik dan lagu,’’ kata Dawud.
Para penikmat musiknya di Turki, Malaysia, Pakistan, Australia, Perancis, Amerika Serikat, dan Inggris sangat menyukai perkembangan karya-karya. Selain sibuk dengan proyek-proyek album pribadinya, pada tahun 1998, Dawud juga bergabung dengan perusahaan multimedia yang berbasis di Chicago, Amerika Serikat, Sound Vision.com.
Di tempat itu, Dawud bekerja sebagai konsultan pendidikan, pengarah audio, dan menjadi asisten produksi untuk lebih dari 15 dalam dokumentar dan program televisi untuk anak-anak. Saat ini Dawud sedang mengerjakan dua proyek albumnya yang akan muncul di tahun 2011 dan 2012.
Dawud Wharnsby, Musisi, Peroleh Inspirasi Lewat Al-Qur’an
By Unknown
![]() |
Kisah Seorang Hafiz Quran yang Diajak Berzina Gadis Cantik |
Ketika tiba waktunya tidur, pemuda ini ingin tidur di ruang tamu, tapi kakeknya menyuruhnya untuk tidur di ruang belakang sehingga tidurnya lebih nyenyak, dan dia bisa bangun untuk shalat Subuh. Pemuda ini pun pergi ke ruang di belakang rumah, menggelar matrasnya, berdzikir sejenak, lalu tidur. Di rumah itu juga bekerja seorang pembantu berparas cantik.
Saat lewat jam dua dini hari, si pemuda berkata, “Aku merasa pintu ruanganku terbuka dan tertutup beberapa kali, tapi aku tidak terlalu memperhatikannya. Kupikir aku sedang bermimpi dan belum sepenuhnya terbangun. Kemudian, tiba-tiba aku merasa ada orang yang berbaring di sampingku, memelukku, dan mulai menciumku dari belakang.” Jadi si pemuda langsung bangun dari kasurnya, mendorong gadis itu dengan tenaganya, dan menampar wajah gadis itu. Secepat mungkin si pemuda langsung memakai pakaiannya, dan langsung bergegas keluar rumah menuju masjid. Dia sangat ketakutan dan terus duduk di masjid sambil menangis hingga adzan Subuh. Pagi pun datang menjelang, lalu pemuda ini pulang dan memberitahu kakeknya atas apa yang terjadi. Lalu kurang dari seminggu gadis pembantu itu dipecat.
Seseorang yang menceritakan kisah ini kepada saya berkata: “Kemudian aku melihat temanku (pemuda tersebut) jadi sering muram setelah kejadian ini, karena betapa besarnya situasi yang dialaminya, dan karena rasa takutnya yang besar kepada Allah. Aku bertanya padanya, dan terus-menerus bertanya, sampai dia memberitahuku tentang kisah ini dan menyuruhku berjanji agar tidak menceritakan ini pada siapapun.”
Orang yang mengisahkan ini berkata pada saya, “Demi Allah aku tidak menceritakannya kecuali karena ada hikmah dibaliknya. Aku menganggap dia sebagai salah seorang dari tujuh orang yang akan dinaungi Allah pada hari ketika tidak ada naungan kecuali naungan-Nya, yaitu seorang pria yang diajak berzina wanita cantik dan berstatus tinggi, namun dia berkata, ‘Sesungguhnya aku takut pada Allah!’”
Bayangkanlah apabila anda yang ada di posisinya dan menerima ujian ini. Bayangkanlah diri anda ada diuji seberat ini! Tidak ada yang melihat atau mendengar anda kecuali Dia yang Maha Melihat dan Mendengar. Jadi apakah anda akan membuat-Nya menjadi saksi atas perbuatan dosa yang anda lakukan? Masya Allah! Dia menangis semalaman di masjid setelah berhasil menjaga keimanannya pada kejadian itu, sementara banyak orang lain yang tertawa dan menunggu-nunggu kesempatan seperti ini. Mereka tertawa, tetapi demi Allah, mereka akan menangis dan menyesali perbuatan mereka di akhirat nanti. Akhir kata, saya mendo’akan semoga Allah selalu menjaga anda!
Tonton Videonya
Kisah Seorang Hafiz Quran yang Diajak Berzina Gadis Cantik
By Unknown
Sesama jenis/ilustrasi |
Imam Masjid New York Shamsi Ali menuturkan beberapa tahun lalu ia ditelpon oleh seorang sopir limo di kota New York. Menurut sopir tersebut ada pelanggangnya yang ingin belajar Islam.
"Saya meminta dia (pelanggan sopir) agar datang ke masjid. Suatu hari datanglah orang itu, orang putih tinggi besar dan bertato," kata Shamsi, Rabu, (16/2).
Setelah laki-laki tinggi besar itu duduk, Shamsi bertanya mengapa pria itu mau belajar Islam? Dia mengatakan karena dia ingin jalan hidup yang menuntunnya dalam 24 jam selama 7 hari dan seluruh hidupnya.
Pria itu bercerita bahwa ia beragama Budha saat itu. Walaupun lahir sebagai Katolik, ia pindah Protestan, dan akhirnya masuk Budha. Bahkan ketika datang, dia berpakaian biksu untuk tujuan menghargai Shamsi sebagai imam masjid.
Shamsi pun menjelaskan bagaimana Islam menuntun hidup manusia dalam 24 jam sehari semalam. Baru beberapa menit pria itu memotong pembicaraan dan bertanya: apakah benar ia bisa diterima sebagai Muslim?
"Saya jawab, semua manusia dirangkul oleh Islam dan semua memiliki peluang yang sama untuk menjadi yang terbaik. Saya kemudian lanjut menjelaskan tuntunan Islam," terang Shamsi.
Pria itu kembali memotong pembicaraan lagi dan bertanya, "Apa anda yakin, kalau saya akan bisa diterima oleh Islam?". Karena terkejut Shamsi lalu bertanya mengapa pria itu bertanya demikian? Lalu laki-laki berbadan besar itu mengaku dirinya seorang gay.
"Sejak kapan anda merasakan seperti itu? Apakah sejak kecil?" tanya Shamsi.
Pria itu sempat terdiam sejenak lalu membantahnya. Ia menceritakan ia baru menjadi gay ketika memulai bisnisnya di bidang event organizer dalam bidang fashion show. Pergaulannya di dunia model yang menjadikannya memiliki kecenderungan untuk menyukai sesama lelaki.
Shamsi menerangkan kepada pria itu, menjadi Muslim bukan sekedar pindah agama tapi melakukan perubahan, termasuk untuk mengubah orientasi seksualnya. Shamsi bertanya kepada laki-laki gay itu, apakah anda mau berubah? Laki-laki itu menjawab dengan tegas, ya saya mau.
"Alhamdulillah setelah masuk Islam, dua bulan kemudian di bulan Ramadan pria itu menelpon saya memberitahu kalau dia puasa dan merasakan ketenangan," jelasnya.
Setahun kemudian di musim haji, Shamsi kembali mendapat telpon menyampaikan bahwa pria itu sedang berada di Maroko untuk melamar calon isterinya. Rupanya diam-diam dia mencari jodoh lewat biro jodoh di internet.
"Alhamdulillah, teman kita ini sudah berkeluarga dan berbahagia. Tidak ada di dunia ini yang tidak bisa berubah. Apalagi itu adalah bagian dari preferensi gaya hidup," ujar Shamsi.
Shamsi mengaku kurang mengerti dengan mereka yang membela homo dan lesbi. Di satu sisi meninggikan 'kemampuan manusia untuk menentukan pilihan'. Tapi di sisi lain mereka berargumen seolah kaum homo dan lesbi itu tunduk patuh pada ketentuan lahir.
Kisah Gay Bertato yang Masuk Islam dan Kemudian Insyaf
By Admin
Kisah Mengharukan Anak Yang Membawa Hidayah |
Mendekati perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW, kami menghadirkan beberapa kisah Islami yang bisa menjadi inspirasi Anda. Semoga kisah yang satu ini membuat ibadah Anda semakin baik dan menjadi pengingat peran seorang ayah dan suami di dalam keluarga.
Pada suatu malam, seorang pria yang baru selesai bekerja masuk ke dalam rumah. Dia dikejutkan dengan suara isak tangis anak laki-lakinya yang akan beranjak remaja. Suara itu berasal dari kamar sang anak laki-laki. Pria itu langsung masuk ke dalam kamar dan menemukan anaknya menangis tersedu-sedu.
"Mengapa kau menangis?" tanya sang ayah.
Setelah mengatur napasnya, sang anak laki-laki menjawab, "Tetangga kita, kakek Ahmad meninggal dunia tadi pagi,"
Sang ayah berdecak merendahkan. "Tua bangka itu telah mati? Ya sudah, biarkan saja dia mati, apa urusanmu sampai kau menangisinya? Dasar anak bodoh!" ujar sang ayah dengan suara tinggi. "Aku pikir sudah terjadi bencana di rumah ini hingga kau menangis. Ternyata kau hanya menangisi kakek tua itu. Bisa-bisa setelah aku mati nanti, kamu tidak akan menangis seperti saat ini. Dasar anak dungu!"
Sang anak kembali berlinang air mata sambil memberanikan diri menatap ayahnya dengan pandangan tidak percaya. Bagaimana kata-kata itu bisa keluar dari bibir ayahnya sendiri.
"Iya ayah, kelak aku tidak akan menangisi kepergian ayah seperti aku menangisi kepergiannya. Dialah orang yang menuntun tanganku untuk Salat Jumat dan Salat Subuh berjamaah. Dialah yang membuatku sadar bahwa teman-teman bergaulku memberi pengaruh yang buruk. Dari dialah aku belajar membaca Al-Quran," ujar sang anak dengan air mata yang masih berlinang. Anak laki-laki itu mengucapkan semua kata-katanya dengan halus, tanpa menaikkan sedikitpun nada suaranya.
"Sementara ayah, didikan apa yang telah ayah berikan padaku? Ayah memang ayahku secara biologis, tetapi kakek Ahmad adalah ayah bagi keimananku. Hari ini aku menangisi kepergiannya karena dialah yang membuatku dekat dengan Allah SWT," lanjutnya sambil mengusap air mata yang tersisa. Sebenarnya hatinya terasa sakit mengucapkan semua itu, tetapi itulah fakta yang dia rasakan selama ini.
Saat itu, sang ayah diam. Ada rasa sakit di hatinya karena sang anak berani mengucapkan kata-kata itu. Tetapi sebuah fakta kadang lebih menyakitkan dibandingkan sebuah kebohongan. Sang pria tahu bahwa apa yang dikatakan putranya adalah sebuah fakta. Benar bahwa dirinya selama ini tidak pernah mengajarkan amalan dan didikan tentang agama sebagaimana kewajiban orang tua pada anaknya.
Pria itu akhirnya melelehkan air mata. Bulir-bulir air itu menetes di pipinya. Dipeluknya anak laki-laki yang tidak dia sadari sudah lebih tinggi dan semakin dewasa. Dulu putranya masih begitu kecil, sekarang tinggi mereka hampir sama. Dielusnya puncak kepala putranya, "Maafkan ayah.."
Sejak malam itu, sang pria berjanji akan menjadi ayah yang baik. Tidak hanya mencukupi materi, tetapi juga mencukupi kebutuhan sang anak akan keimanan dan ketakwaan pada Allah SWT. Dia tidak pernah lagi meninggalkan Salat Wajib dan Salat Jumat. Sekarang sang ayah sudah bisa menjadi ayah sejati untuk anak dan keluarganya.
Ladies, semoga kisah ini membuat Anda dan keluarga ingat bahwa anak adalah titipan Tuhan. Bagaimana dia tumbuh dan berkembang adalah tanggung jawab orang tua, termasuk bagaimana membuatnya memiliki keyakinan teguh terhadap agamanya. Semoga Anda menjadi orang tua terbaik untuk anak-anak Anda.
Kisah Mengharukan Anak Yang Membawa Hidayah
Dalam diri seorang ibu terdapat kebahagiaan, segala macam kebahagiaan. Seolah dalam diri anaknya tersimpan dunia dan segala kesenangannya. Ia tidak melihat dunia selain pada anaknya! Namun, kebahagiaan itu telah berlalu. Ia adalah anak semata wayang, sedang si ibu seorang diri! Ibu dan anaknya hidup sebatang kara tanpa saudara atau kerabat.
Suaminya meninggal tanpa mewariskan kekayaan apa pun, selain gubuk kecil dari tanah liat uang terletak dipinggir perkampungan lama di ibukota Riyadh. Di dalam gubuk itu tidak tersimpan perabot rumahtangga, selain barang-barang di mana bila Anda melihatnya sekilas, Anda akan mengerti barang-barang tersebut hanya dipergunakan oleh mereka yang hidup 20 tahun silam. Orang yang hidup di zaman ini akan jijik untuk sekedar duduk di atasnya, karena busana mereka lebih bersih dari hatinya.
Berbeda dengan orang zaman dahulu, mereka memiliki kalbu yang lebih bersih dibanding pakaian yang melekat di badan. Harta satu-satunya yang ditinggalkan suaminya adalah seorang bayi laki-laki yang usianya baru beberapa bulan. Harta miliknya hanya sebuah gubuk dari tanah liat dan bayi yang parasnya seperti fajar yang sedang duka, ditambah santunan tahunan yang tidak seberapa besarnya. Dengan uang santunan yang disebut ‘tunjangan sosial’ itulah sang ibu hidup dan menghidupi bayinya. Sisanya disimpan untuk menghadapi masa-masa sulit.
Sang ibu membesarkan anaknya hingga tiba saatnya si kecil bersekolah. Di hari pertamanya, ia berangkat ke sekolah dengan membawa tas kecil di atas kepala. Ia tampak keberatan, meski di dalam tas kecil itu hanya terdapat Juz ‘Amma, buku belajar membaca, berhitung, dan sebuah pensil, ditambah sepotong roti kering sebagai menu sarapan pagi. Ketika berjalan, ia terllihat seolah menyeret sehelai jubah yang menutupi topi kecil di atas kepalanya yang mungil!
Sang ibu meneteskan air mata bahagia mengantar kepergian si buah hati menyongsong masa depannya. Setiap hari ia mengantar kepergian si kecil ke sekolah dengan berjalan kaki dan menunggu dengan sabar sampai anaknya pulang sekolah. Ia menyambut kedatangan anaknya dengan ciuman di kedua pipi, membawakan tasnya dan menggandeng pulang ke rumah di bawah terik matahari. Kebahagiaan ibu meluap-luap saat mendengar pengumuman kelulusan anaknya dari sekolah dasar, memberitahukan kepada setiap orang yang ditemuinya di jalan, bahwa anaknya lulus dan tengah mengantongi ijazah.
Beberapa tahun berlalu. Saat ini si anak telah menamatkan kuliahnya dan meraih gelar sarjana dari universitas paling bergengsi di ibu kota negeri ini. Sang ibu masih hidup berdua dengan buah hatinya di dalam gubuk tanah liat. Suatu hari, sang ibu merasa amat berbahagia bercampur derita dan harap. Pasalnya tidak lain karena buah hatinya akan berpisah dengannya dan meninggalkan negeri tercinta untuk melanjutkan studi di Barat. Kelak, usai menamatkan studi, ia akan memperoleh ijazah tertinggi. Hati sang ibu hampir-hampir runtuh karena tangis, saat anaknya menutup pintu mobil sewaan yang akan mengantarnya ke bandara ibukota Riyadh dan akan berpisah dengan ibunya selama enam tahun!
Sang ibu tidak bisa mengetahui kabar anaknya selain melalui surat yang ditulis dan dikirimkannya dengan bantuan para tetangga. Setiap malam menjelang, ia mendekap foto anaknya yang menghiasi lembaran ijazah sekolah dasarnya, membasahinya dengan airmata hinggaia terlelap tidur, berharap dapat bertemu sang buah hati dalam mimpi! Demikianlah keadaan sang ibu sepanjang tahun-tahun perpisahan dengan anaknya; di bawah lindungan Allah Subhanahu wa Ta’ala!
Beberapa tahun berselang, Sang ibu menerima surat dari anaknya, sang doktor, yang mengabarkan bahwa dalam waktu dekat ia akan kembali! Gurun Nejed seolah-olah tidak mampu menampung luapan kebahagiaan sang ibu. Ia memohon kepada Allah agar memanjangkan umurnya hingga ia dapat bertemu buah hatinya. Ia bahkan tidak nyenyak tidur, menanti kedatangan anaknya.
Suatu malam, saat matanya hampir terpejam, tiba-tiba pintu gubuknya berderit terbuka. Ia melihat dua koper besar yang ditenteng si pemiliknya, seorang laki-laki berusia 32 tahunan, mengenakan pakaian yang hanya dikenakan oleh orang tertentu; jaket, dasi dan sepatu mengkilat laksana lidah api. Sang ibu mendekap dengan kedua tangannya yang ringkih dan ia pun tak sadarkan diri! Suara tangis yang bersahutan membisingkan para tetangga yang berdiri termangu di beranda, ikut menyambut dan menyampaikan ucapan selamat atas kedatangan anak tetangganya yang telah menjadi doktor!
Beberapa tahun kemudian, sang doktor mengajak ibunya pindah ke rumah yang baru saja dibelinya, setaraf dengan derajat dan kedudukan diri sang dokter. Akan tetapi, tidak untuk ibunya! Ia meninggalkan gubuk itu untuk selama-lamanya! Ya, untuk selamanya, karena gubuk itu untuk selama-lamanya! Ya, untuk selamanya, karena sang anak telah menjualnya dengan harga amat murah, beberapa dirham saja. Sebab, ia merasa tidak butuh lagi pada rumah kumuh itu! ibunya merasa seperti memotong sekerat jantungnya lalu mencampakkannya ke tanah, terlintas olehnya bayangan para tetangga yang santun. Namun, ia berusaha tabah untuk menyenangkan hati anaknya dan demi mendapat ridha Allah atas kesabaran ini.
Suatu hari, sang ibu memberi saran agar dirinya menikah dengan seorang wanita putri si Fulan, wanita yang taat beragama, shalehah, pandai menjaga kesucian diri, pemalu dan penurut. Anaknya hanya tertawa, seraya menepuk kedua telapak tangan, ia berkata pada ibunya, “Belum, belum waktunya menikah…!!”
Hingga ketika waktunya tiba, sang doktor menikah dengan wanita yang selevel dengan dirinya. Wanita berkedudukan dan rupawan, tetapi sayang, ia pawai menyombongkan diri, angkuh, merendahkan orang lain, termasuk gemar menghina cara berbicara dan berpakaian ibu mertuanya dan seterusnya.
Sang ibu berjuang untuk sabar seperti kesabaran Nabi Ayyub. Ia tidak ingin melukai perasaan anaknya, sehingga tidak sekalipun ia menceritakan padanya tentang penderitaaan yang ia rasakan akibat kekejaman menantunya setiap kali suami pulang kerja, si istri mengajaknya menyendiri di dalam kamar, mengadu kepada suaminya apa saja yang terjadi di rumah sepanjang hari, tentang bagaimana ia dibuat menderita oleh ibu mertuanya, menderita dan menderita. Begitulah penderitaan yang dialaminya setiap hari. Sang doktor dibuat bingung dan heran, setiap kali ia bertanya bagaimana penilaian sang ibu pada perilaku istrinya. Sang ibu berupaya memuji dan menceritakan yang baik perihal menantunya. Semua itu dilakukan agar ia tidak melukai perasaan anaknya atau membuatnya murka. Sang doktor tampak mulai kehilangan kesabaran dan imannya menipis, dan lenyap pula sisa-sisa perasaan kasih sayang yang sempat ia simpan dengan malu-malu sepulangnya dari Barat.
Sang anak berdiri tegak di depan ibunya, yang tengah mencuci pakaiannya, sedang ular besar (sang istri) dengan rambut panjangnya yang terurai di punggung, memperhatikan dari kejauhan. Dengan nada memerintah, ia berkata kepada ibunya, “Wahai ibu, engkau harus bisa menjaga martabat istriku. Engkau harus berpakaian yang pantas jika teman-teman istriku berkunjung. Engkau pun harus bertutur kata yang baik, jangan duduk bersama mereka di ruang tamu… , jika tidak,..”
Ibunya yang renta itu menoleh ke belakang. Ia mengira sang anak berbicara kepada seseorang, tetapi ketika ia tidak melihat seorang pun selain dirinya, sang ibu tersadar bahwa anaknya sedang berbicara kepada dirinya! Tiba-tiba dunia terasa begitu gelap, ia bersandar pada kekuatan tubuhnya yang masih tersisa. Sang ibu bergegas menuju biliknya, melemparkan tubuhnya yang renta di atas kasur, membenamkan mukanya di balik bantal dan menangis dengan tangisan yang menyayat hati.
“Ular betina” semakin menebarkan keburukan, tetapi si suami justru semakin memperhatikannya. Hingga siang bolong, petaka besar itu pun terjadi!
“Berapa kali aku katakan kepadamu, nalar orangtua renta ini tidak cocok dengan gaya hidup kita! Ia sudah usang, apakah engkau mengerti! Sampai-sampai ketika telepon berdering, engkau ikut-ikutan ingin mengangkatnya? Tidak ada satu persoalan pun di rumah sial ini yang engkau tidak ikut campur di dalamnya! Semoga Allah menutupi aib dirimu! Kita tidak cocok hidup bersamamu dan engkau pun tidak lagi pantas berada di tengah-tengah kami… !!”
Dengan menjinjing sehelai kantong plastik berisi beberapa potong pakaian miliknya, sang ibu meninggalkan rumah anaknya yang megah itu. Ketika sampai di depan pintu pagar, ia menoleh, airmatanya bercucuran membasahi pipi, di tengah siang hari yang panas membakar. “Semoga Allah memaafkanmu, anakku! Demi Allah, aku tidak pernah mengajari kamu dan istrimu selain hal-hal yang baik. Aku tidak pernah sekalipun melukai perasaan istrimu, dan semoga Allah memaafkan kalian.” Ia pergi tanpa tujuan, sedangkan si anak berusaha menyadarkan hati nuraninya untuk menyusul sang ibu, akan tetapi si “ular betina” yang cantik jelita dan lembut itu menghalanginya. Ia pun mengurungkan niatnya.
Beberapa bulan telah berlalu semenjak petaka itu. Sang ibu bertanya kepada para tetangga tentang hal ihwal anaknya; apakah ia dalam keadaan baik, apakah dia sakit, sudahkah dia dikaruniai anak? Hidupnya terlunta-lunta, berpindah dari satu rumah ke rumah yang lain. Tinggal di rumah tetangga satu beberapa hari, dan di rumah tetangga lainnya sebulan dan seterusnya. Dengan memendam rasa malu, ia menerima apa saja yang diberikan orang sebagai sedekah untuknya, seolah ia menelan bara api yang memerah.
Suatu hari, si anak menderita sakit yang membuatnya dirawat di rumah sakit. Saat berita itu sampai di telinga sang ibu, ia bergegas membesuk dengan cara menumpang mobil sewaan menuju tempat anaknya dirawat. Tak disangka, tepat di depan pintu kamar rawat, sudah berdiri si “ular betina.” Ia mengelabui dokter dan perawat dengan mengatakan kepada mereka, wanita tua itu tidak waras dan mereka patut khawatir ia akan memporak-porandakan peralatan medis di ruangan itu.
Si ibu menjerit ketika mereka memaksanya keluar, “Tidak! Dia anakku, dia buah hatiku. Allah mengasihi kalian. Jangan halangi aku! Aku hanya ingin menjenguknya!” Wanita tua itu dikeluarkan dengan paksa dari rumah sakit dan anaknya tidak diberitahu akan kedatangan sang ibu.
Hampir seluruh harta kekayaan sang anak terkuras habis untuk pengobatan. Bahkan, ia terpaksa menjual sebagian perabotan rumah. Pada suatu hari, setelah terjadi pertengkaran sebab banyaknya tuntutan yang diajukan istri, si “ular betina” mengatakan kepada suaminya, “Sekian lama aku bersabar demi dirimu dan ibumu, tetapi saat ini sungguh sayang, engkau bukan lagi laki-laki sejati. Aku tidak tahan hidup lebih lama lagi bersama orang melarat sepertimu. Ceraikan aku. Tidakkah engkau mendengar? Ceraikan aku!”
Si suami yang jatuh miskin itu berkata, “Seakan ia menampar mukaku dengan sebatang besi panas dan mencampakkan tubuh telanjangku di tengah gurun Nafud!” Tak ada pillihan lain; ia menceraikan istrinya, lalu pergi merana untuk memungut kembali kenang-kenangan lama yang telah hilang, mencari sang ibunda tercinta yang teraniaya! Ia mendatangi setiap rumah di perkampungan lama, bertanya pada semua tetangga, namun tiada hasil. Ia mencarinya di lemari penyimpanan mayat di rumah sakit, di kantor polisi dan mengira bahwa sang ibu telah tiada.
Suatu hari, sang anak singgah di sebuah masjid di kampung halamannya untuk shalat Maghrib, kalau-kalau ia mendapat kabar tentang ibunya dari orang-orang yang pernah bertetangga dengannya. Tiba-tiba, ia menyaksikan pemandangan yang menyayat hati. Pemandangan yang dapat membawa orang yang berdosa pada pintu tobat, pemandangan yang memaksa airmata untuk menetes deres!
Apa gerangan yang Anda bayangkan? Seorang wanita tua, yang tidak lain adalah ibunya tercinta, ada di beranda masjid, sambil menengadahkan tangan mengharap belas kasih orang untuk mendapat sekeping dua keping recehan, sama seperti ketika ia menengadahkan tangannya di waktu kecil pada ibunya. Sekarang, sang ibu menjadi pengemis agar bisa hidup. Ia merasa segan menerima santunan dan sedekah tetangga, sadar bahwa dirinya menjadi beban bagi mereka. Dengan demikian ia telah merendahkan martabat diri sendiri. Maka ibunya memilih untuk mengemis, mengharap belas kasih para hamba Allah di sudut-sudut masjid.
Dengan serta merta, sang anak bersimpuh di hadapan ibunya, mencium kaki dan tangan ibunya, merengkuh kedua kaki ibu dan menempelkan pada pipinya. Tangis sang anak seolah memekakkan langit kota Nejed, menciptakan pemandangan yang membingungkan setiap orang yang melihatnya. Ia membopong sang ibu dengan kedua tangan dan membawanya ke rumah, seraya meneriakkan kata-kata bercampur airmata dan penyesalan,
“….laknat Allah[1] atas istri durhaka, laknat Allah atas predikat ‘doktor’, atas rumahku, atas gaji yang kuterima, atas harta benda dan siapa saja yang memisahkan diriku dengan ibuku…”
Demikianlah segera sang anak membawa pergi ibunya dalam pelukan. Dan memalingkan punggungnya dari dunia!
Demi Allah, saya ingin memberi komentar atas peristiwa tersebut sebagai penutup kisah ini, tetapi saya merasa tidak mampu. Bacalah kisah ini sebagaimana adanya, tanpa komentar![2] [Syahida.com]
Sumber: Musa bin Muhammad Hajjad az Zahrani (Keramat Hidup: Orang Tua)
Kisah Anak Durhaka Bergelar Doktor: Demi Istri, Mengusir Ibu Dari Rumah
By Admin
Langganan:
Postingan (Atom)